chapter 3

7 1 0
                                    

"Rinnnnn" suara cempreng setiap hari selalu menyapa gendang telinga Airin.

Airin hanya menoleh dan tersenyum saat mengetahui siapa orang yang meneriaki namanya sekencang itu.

"Eh rin tau ga si ?" beginilah kebiasaan seorang - Karin. Menceritakan apa yang dia rasakan kepada Airin.

"Iya kenapa ?" responnya pada siapapun selalu sebaik ini. Menjadi pendengar setia, menjadi penasihat handal. Ya, Airin banyak disukai karna kedewasaannya. Ia mampu bersikap lembut pada siapapun. Namun, sikap lembutnya tak membuat orang-orang disekitarnya menjadi menyakitinya.

"Papah gue mau balik besok ! Dan kata papah, lo wajib ke rumah karna dia bawa banyak oleh-oleh buat kita. Aaaaa gue seneng akhirnya bisa makan makanan luar negri hehe" Karin seantusias itu saat tahu papah nya akan kembali ke Indonesia.

Airin tersenyum lebar "wah, bilangin makasih ya ke om Danu hehe"

Karin mengerucutkan bibirnya " om om ! Papah kan udah bilang, kalo lo itu udah kaya anaknya. Panggil papah gue papah juga. Okey paham kan ?!" Airin hanya tertawa kecil melihat itu. Keluarga Karin memang sangat baik padanya.

"Iya, jadi kapan mau ke rumah kamunya ?" tanya Airin sambil berjalan beriringan menuju kelas.

"Gue si terserah lo aja rin, lo maunya kapan ?" tanya Karin antusias

"Kapan aja bisa ko hehe"

"Oke besok aja pas pulang sekolah ya" Airin hanya mengangguk dan tersenyum

.

"Anak-anak, ibu akan membentuk kelompok untuk pelajaran matematika. Jadi, tugasnya kalian adalah menjelaskan mengapa munculnya rumus itu. Satu kelompok 3 orang, dan ibu yang akan mengaturnya"

"Bu !" intrupai Daren

"Iya kenapa ?"

"Kenapa ga kita aja bu yang milih ? Kita kan udah besar masa ibu yang pilih ?" usul Daren

"Setuju tuh"

"Mantul"

"Wagelaseh"

"Diam, begini Daren, takutnya dalam pembagian kelompok nanti tidak adil. Dan ibu tidak mau kalian bekerja sama dengan orang-orang itu terus. Makanya akan ibu acak kelompoknya. Paham ?"

"Oh gitu, yaudah oke"

"Baik kelompok 1 (Karin, Angga, Tyas), kelompok 2 (Daren, Airin, Raka), kelompok 3 (Risa, Angga, Nindy), kelompok 4 (Siska, Jean, Putri), dsb..."

"Bisa dirubah ga bu ?" tanya Raka

"Engga bisa. Kenapa emangnya ?" tanya bu Desi

"Saya gamau di kelompok 2" jawabnya singkat

"Ga ada alasan apapun ya, ini kelompoknya paten. Jangan ada yg rubah, kalo ada yg rubah, ibu anggap kelompok itu ga ada. Oke sekian, perihal materi untuk setiap kelompok akan ibu informasikan ke Airin. Dan nanti Airin yang akan menyebarkan ke kalian. Silahkan istirahat" bu Desi meninggalkan kelas.

"Asik sekolompok sama Airin hehe" Daren tersenyum lebar

"Emang kenapa kalo sekelompok sama aku ?" tanya Airin sambil tersenyum ramah

"Lo kan pinter bebbbb, jadi ga bakal kesusahan lah guenya" Airin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya

"Daren ada waktu kosong kapan ? Mau ngerjainnya kapan ?" tanya Airin

"Gue bebas aja rin, serah lo aja. Ngikut aja hehe" Airin hanya tersenyum dan mengangguk

"Yaudah gue ke kantin ya beb, babay" Daren segera melesat ke kantin bersama kawan-kawannya

Sedangkan Karin menghampiri Airin dengan wajah cemberut.

"Kenapa ?" tanya Airin

"Gue kesel ih, kenapa harus sekelompok sama Angga Tyas sih. Udah tau mereka orangnya selengehan. Udah lah ini mah alamat gue bakal keteteran ngerjain sendirian" amuk Karin

Airin hanya terkekeh "jangan gitu ah, nanti aku bantu ngobrol ke Angga sama Tyas biar bantu kamu"

"Mereka mana bisa ke matematika Rin, ulangan aja remed terus"

"Eh jangan gitu, yaudah kalo nanti kanu kesulitan aku bantu deh. Nanti kita kerjain bareng-bareng aja" usul Airin

"Oke mantap. Setuju gue kalo itumah" Airin hanya mengangguk mengiyakan.

Like the Hiroshima BombTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang