Bagian Lima, Hin.

1.2K 132 11
                                    

"Hin?"

Tay bergumam masih di dalam mobil BMW Six Series warna hitam miliknya. Dirinya dapat melihat seseorang yang ia panggil 'Hin' barusan itu sedang melakukan pekerjaannya sebagai pelukis.

"Hin" entah mengapa nama itu ia gumamkan sampai kedua kali dari bibirnya. Entahlah,Tay bahkan tidak sadar saat melakukannya.

'aku hanya akan melihatnya dari dekat, hanya ingin melihatnya sebentar, ya benar' dia melafalkan kalimat itu dan mensugesti dirinya baik baik sebelum keluar dari mobilnya

-

-

-


Tay Tawan benar benar keluar dari mobilnya dan menghampiri sosok itu.

-


-

Dirinya berjalan pelan-pelan menghampiri sosok itu namun tetap memastikan bahwa ia tidak mengusik konsentrasi New yang sedang melukis.

ia sampai disalah satu pohon yang berjarak lima langkah kecil disamping New dan mulai menyandarkan tubuhnya disana.

Bodoh Tay Tawan, Kau pikir ini jarak aman?


-


-



Tay memasang tudung hoodie yang ia kenakan, tatapan matanya tidak lepas dari seseorang yang sedang menggoreskan kuas catnya ke kanvas tersebut.

Sosok yang Tay perhatikan sekarang memakai baju berwarna pastel berlengan pendek lengkap dengan ripped jeans yang mengekspos bagian lututnya, oh dan jangan lupakan bahwa Tay dapat melihat goresan kecil cat berwana merah di tulang pipi sebelah kiri yang Tay seratus persen yakin tidak disadarinya karena sedang berkonstrasi melukis.

Iya dia sedang sangat berkonsentrasi, lihatlah kerutan-kerutan kecil yang bermunculan di dahinya setiap ia mengoleskan kuas di palletnya untuk ia goreskan di kanvas.

"Jingga.... Atau Kuning ya?" Gumamnya, oh tentu saja Tay dapat mendengarnya, bukit ini sepi. Hanya ada mereka berdua.

Tanpa dijelaskanpun, dari posisi New sekarang apalagi dengan dirinya yang bergumam seperti itu, telah dapat disimpulkan bahwa dirinya sedang melukis sang senja. Menarik.

-

-


-








Sudah terhitung beberapa menit Tay dalam posisi seperti ini, dirinya sama sekali tidak memiliki niatan untuk mengusik New. Jangan mengusik, bersuarapun Tay tidak. Dirinya seorang mafia, bersikap tenang seperti mati rasa seperti ini sudah menjadi hal biasa untuknya.

'Kata orang...-' Baiklah Tay merasa dirinya aneh karena tiba-tiba membatin seperti ini.

'-Jika orang tersebut merasa bahwa kita sedang melihatnya, maka dia memiliki rasa pada kita' lanjutnya.

'Haha, what a silly statement' batinnya kembali sambil tersenyum bodoh dan ikut menatap pada objek yang sedang New lukis.

Tay dapat melihat Sang mentari perlahan mulai menghilang dibalik sana, membuat suasana yang semula terang perhalan mulai redup namun, ini masih senja.

Langit masih setia berwana jingga kemerahan bahkan mungkin.. sedikit merah muda? Entahlah. Yang jelas ini suasana tenang yang selalu Tay kagumi. Benar, ia penikmat senja.



-


-





-






Sugestiku, dan Dirimu. ㅡ a TayNew FanfictionWhere stories live. Discover now