Butuh waktu cukup lama untuk sampai ke rumah sakit tempat Nasya bekerja, karena jarak kantor dengan rumah sakit tempat Nasya bekerja memang cukup jauh.
Akhirnya Nizar sampai di depan rumah sakit yang terlihat sangat besar dan megah. Nasya memang bekerja sebagai dokter spesialis bedah di rumah sakit yang bisa dibilang ternama ini.
Dari balik kemudinya, Nizar bisa melihat gadis cantik itu dengan jelas. Dan sekarang jantungnya seperti tidak dapat kendalikan lagi. Detak jantungnya sudah mulai tidak beraturan, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu.
Setelah mencoba menetralkan detak jantungnya walaupun jantungnya masih belum sepenuhnya berdetak dengan normal, Nizar segera membuka pintu mobilnya untuk segera menghampiri Nasya.
"loh Mas Nizar? " ucap Nasya langsung berdiri dari tempat duduknya saat melihat kedatangan Nizar.
"emm iya, saya disuruh Althaf buat jemput kamu. " jawab Nizar setia menundukkan kepalanya.
"loh kok Mas Nizar? Emang Mas Althaf kemana Mas? " tanya Nasya dengan nada bicara normal seperti tidak pernah terjadi masalah apapun diantara mereka.
Nasya memang orang yang mudah melupakan masalah yang sudah berlalu, itu sebabnya sekarang ini ia bisa bersikap biasa saja dengan Nizar, orang yang pernah membuatnya menangis beberapa waktu lalu.
"Althaf harus jemput Zahra. " jawab Nizar singkat.
"oh gitu? Emang gak pa-pa Mas kalo Nasya ikut Mas Nizar? " tanya Nasya.
Namun Nizar hanya menganggukkan kepalanya sekali saja untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. Sungguh saat ini rasanya ia ingin kembali ke waktu dimana Althaf menyuruhnya menjemput gadis yang mulai mengisi hatinya ini dan menolak permintaan sahabatnya itu. Jantungnya semakin tidak dapat dikendalikan lagi ketika mendengar suara Nasya.
Setelah menjawab pertanyaan Nasya dengan sekali anggukan saja, Nizar kemudian mendahului Nasya berjalan ke arah mobil dan Nasya pun mulai mengikuti Nizar dari belakang.
Sebenarnya Nasya agak canggung dengan situasi seperti ini. Biasanya ia bisa lebih banyak bicara walaupun dengan orang yang baru ia kenal. Namun bila lawan bicaranya macam ini, Nasya pikir ia tidak bisa terlalu banyak berbicara saat ini.
Di dalam mobil pun mereka tidak ada yang membuka pembicaraan satu sama lain. Semuanya sama-sama diam.
"Mas Nizar ikut acaranya Abi, Mas? " ucap Nasya akhirnya membuka pembicaraan. Sungguh ia tidak sanggup apabila harus diam saja sedangkan terlihat jelas bahwa di sampingnya ada orang yang bisa menjadi lawan bicara.
"engga. " jawab Nizar singkat.
"terus? " tanya Nasya lagi.
"saya cuma antar kamu aja. " jawab Nizar.
Dan tidak ada pembicaraan lagi setelah itu. Nasya bingung harus berbicara apa dengan lelaki di sampingnya ini. Akhirnya ia memutuskan untuk diam saja sampai akhirnya mereka sampai di halaman rumah orangtua Althaf.
"Baba... " ucap Nasya terdengar senang sekali setelah membuka pintu mobil dan melihat seorang lelaki paruh baya di depan pintu masuk sambil tersenyum.
"Baba.. " ucap Nasya lagi sekarang sudah berada dalam pelukan ayahnya.
Ya, lelaki itu adalah Thabi, ayahnya Nasya. Beberapa hari yang lalu Thabi memang pergi ke luar kota. Dan otomatis anak dan ayah ini tidak bertemu untuk beberapa hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Nizar (END) ✔
General FictionKisah dari sepasang kekasih halal yang dipersatukan dalam pernikahan yang tidak direncanakan. Pernikahan macam apa yang tidak direncanakan? Pernah dengar? Check this story.... 😉 Sedikit komen dari para pembaca akan memberi saya lebih bersemangat...