#4 Gara-gara

37 5 0
                                    

Terkadang apa yang tidak disukai malah bikin nyaman senyaman nyamannya. Anonim

Amrita pov

"Karena sekarang sudah mendekati jam 10 malem, tidak terasa Amrita harus undur diri dari ruang dengar kamu. Terakhir dari Amrita, apapun yang kamu lakukan hari ini adalah penentu hari esok. Amrita Anandini pamit. Wassalamu'alaikum warahmatullahi, selamat malam."

Audio mixer ku turunkan dan headphone ku lepas. Lalu tangan ku renggangkan ke atas. Pegal dan lelah rasanya harus bercuap-cuap. Tapi mau bagaimana lagi? Menjadi pendengar untuk mereka yang sedang 'sakit' itu menyenangkan.

'Sakit' disini bukan berarti seseorang gila. Tapi seseorang yang merasa jiwanya bermasalah, sedang galau, tidak bahagia, dan merasa tidak berarti. Aku disini hanya sebagai penjembatan mereka dalam mengekspresikan dirinya. Tentunya nama dan suara disamarkan, karena privasi sangat penting. Dalam program SIANG - Siapa bilANG semua orang boleh mencurahkan isi hati yang sedang dirasakan, supaya tidak menggangu jiwanya. Tapi tetap, tim news room akan mengakomodir mana yang layak siar dan tidak layak. Karena ini begitu krusial untuk kami.

Setelah buku agenda dan Tupperware masuk ke dalam tas, aku bergegas keluar ruangan, tak lupa pamit ke temen-temen tim. Tapi rasa-rasanya malam ini terasa aneh. Tidak biasanya kantor sepi walaupun sudah jam 10 malam. Karena biasanya masih ada anak TV yang lagi take syuting. Aku mengedikkan bahu dan berlalu keluar. Malam ini sepertinya aku mau naik angkot aja, walaupun sebenarnya agak serem sih.

Setelah menunggu beberapa saat, angkot yang ku tunggu datang juga. Beruntung ada beberapa orang di dalamnya.

Tapi nahas, kenapa disudut belakang ada dia?

Mungkin tersadar ada yang memperhatikan, Abimanyu menoleh dan tersenyum ke arahku.

Mau tidak mau aku mengangguk ke arahnya dan duduk di dekat pintu biar gampang pas turun.

"Baru pulang Ta?"

Aduh, kenapa dia pakek nanya segala sih? Basa basi yang berujung basi.

"Iya."

Dia cuma berohria lalu menekuri hpnya.

Aku mengerutkan dahi, sambil berfikir 'tumben amat?' tapi syukur deh, aku bisa pulang dengan tenang.

Begitu sampai di gang depan rumah, aku memberitahu sang sopir supaya menepi lalu turun. Waktu aku mau bayar, sudah ada yang duluan mengangsurkan beberapa lembar uang ke si pak sopir.

"Dua orang ya pak. Kembaliannya ambil aja."

Aku menghela nafas kasar.

"Makasih ya. Ini aku ganti." Aku mengangsurkan uang yang tadinya mau ku bayar ke pak sopir.

"Udah gausah. Ayo ku anter pulang." Lalu Abimanyu malah berjalan mendahuluiku.

"Loh, tapi rumah kamukan nggak ke arah sini?" Aku segera mengejar langkahnya yang udah lumayan jauh. Ku rutuki langkahnya yang panjang-panjang. 'kamu aja yang pendek Ta' dumelku dalam hati.

"Terus ngapain juga tadi naik angkot? Motor kamu kemana?" Berondongku tidak terima setelah mensejajari langkahnya.

"Satu-satu dong kalau tanya, aku jadi bingung mau jawab." Ujarnya sambil memelankan langkahnya.

"Terserah." Jawabku ketus.

"Yaudah iya ku jawab. Gitu aja ngambek." Dan tiba-tiba tangannya mengacak rambutku. Aku cuma ketip-ketip aja, rasanya ada desiran halus banget. Begitu sadar, aku langsung menghentakkan tangannya.

"Apaan sih?" Abimanyu mengangkat kedua tangannya.

"Easy girls." Jawabnya sambil cengengesan. Selalu tidak bisa serius.

Aku mendengus dan mempercepat langkahku. Bodo amat sama Abimanyu. Terus kenapa sih ini ganyampek-nyampek ke rumah? Kok tiba-tiba perjalanannya jadi jauh banget? Udah makin malam nih.

Aku dikejutkan dengan jaket yang tiba-tiba menyampiri pundakku.

"Kebiasaan banget nggak bawa jaket. Udara malam tuh nggak baik buat kesehatan."

Aku berdehem dan berusaha melepas jaket itu. Tapi dia menahan.

"Pakai aja apa salahnya sih?"

"Yang kemarin aja belum dibalikin." Ucapku sewot. Entahlah. Kalau sama Abimanyu rasanya darah tinggi terus.

"Yaudah nggak papa, yang penting kesehatanmu."

Ah, kalimatnya sepele sih. Tapi kenapa rasanya hatiku menghangat? Tanpa sadar aku tersenyum.

"Makasih." Cicitku.

Dia cuma mengedikkan bahu dan melanjutkan perjalanan dalam hening yang tidak canggung. Malah rasanya aman, nyaman dan menenangkan. Entahlah. Ini aneh.

---

Gegar #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang