#6 Masa Itu

15 0 0
                                    

"Masa sekarang ada karena masa lalu. Selamanya masa lalu akan membersamai, entah di belakang atau berjalan beriringan. Yang jelas, masa lalu tidak akan pernah berada di depan."


***

Abimanyu pov

Malam ini aku ada liputan di salah satu cafe yang ada di sekitaran Suhat. Aku, mas Dion dan beberapa rekan berangkat mulai dari tadi jam 5 sore. Sekarang udah jam 11 lebih, tapi syuting kali ini belum juga selesai.

Gara-garanya sih, salah satu presenter cameo yang kurang profesional.

Bagaimana tidak? Dia berkali-kali salah script, alasannya katanya perutnya sakit dan tidak bisa makan pedes. Emang sih, cafe ini terkenal dengan makanan pedesnya. Tapi tolonglah, setidaknya jangan kebanyakan gaya.

Atau jangan-jangan dia sengaja?

Flashback on

Sekitar tiga tahun yang lalu, aku berkenalan dengan seorang perempuan disebuah cafe tempat biasa aku dan temen-temenku nongkrong.

Dia adalah temen dari pacarnya temenku. Namanya Kania. Awalnya aku biasa saja menanggapinya. Ku lihat dia seperti perempuan kebanyakan. Makeup tebal tapi tidak menor karena dia memilih warna-warna nude. Jangan salah, aku tau yang begituan karena pekerjaanku. Selain itu, salah satu temenku-si Dito kalau siang. Dita kalau malam itu makeup artis yang tiap hari ngomongin makeup dan fashion sama si Lisa-salah satu partnerku juga. Jadi sedikit banyak aku pasti paham.

Kembali ke si Kania-Kania ini. Awalnya aku biasa aja, bahkan tidak ada ketertarikan sama sekali. Tapi entah karena kebetulan atau bagaimana, sejak hari itu kami selalu tidak sengaja bertemu sampai akhirnya dia meminta nomerku.

Tidak berselang lama, kami jadian. Awalnya dia yang bilang suka sama aku yang lagi-lagi tempatnya dicafe yang biasa kami kunjungi. Karena aku merasa sebagai lelaki tidak etis rasanya kalau perempuan yang nembak duluan. Akhirnya aku tidak memberi dia jawaban.

Aku berpamitan ke toilet, sementara Kania entahlah. Mungkin dia sudah merasa sakit hati atau kecewa. Setelah dari toilet aku menuju ke panggung, niat hati mau nyanyi satu lagu aja.

"Ekhm. tes. tes. satu. dua." Kulihat Kania menoleh ke arahku sambil melotot. Mungkin kaget atau bahkan malu. Tapi tenang, suaraku emang enggak sebagus suara Afgan atau boy band korea yang digandrungi cewek-cewek. Yah, cukuplah buat didengerin dan enggak ngerusak gendang telinga.

Gitar ku petik dan satu lagu dari Tulus yang berjudul sepatu mulai terdengar mengalun memenuhi cafe.

Kita adalah sepasang sepatu

Selalu bersama tak bisa bersatu

Kita mati bagai tak berjiwa

Bergerak karena kaki manusia

Aku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiri
Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan

Ku tak masalah bila terkena hujan

Tapi aku takut kamu kedinginan

Kita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Di dekatmu kotak bagai nirwana

Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan
Kita sadar ingin bersama

Tulus - Sepatu

Seluruh penghuni cafe bertepuk tangan dan mengatakan "Lagi! Lagi!" tapi aku tetap meletakkan gitar kembali ke tempatnya sampai suara "huuu" kembali berdenging karena kecewa aku tidak memenuhi permintaan mereka.

Aku kembali ke hadapan Kania dan mengatakan kalau aku juga menyukainya, harusnya aku yang mengatakan itu dulu bukan Kania.

Setelahnya Kania memelukku. Kami akhirnya jadian sampai suatu hal terjadi dan kita berpisah.

Flashback off

"Nglamun aja!" Mas Dion menepuk pundakku, membuatku tersentak.

"Lagi mikir aja mas, sampai kapan kita syuting kalau kondisinya kayak begini terus. Udah dini hari ini. Besok pagi kita harus liputan lagi."

"Habis satu take lagi kita udahin. Aku juga capek sama itu model, gayanya sok banget. Cantik sih emang, tapi kalau modelannya begitu angkat tangan deh."

"Abi. Aku mau ngomong sama kamu."

Begitu syuting selesai, Kania menghampiriku dan nampak jelas kalau dia gugup. Aku hanya menatapnya datar.

"Ngomong aja disini!"

"Tapi-"

"Atau tidak sama sekali."

Kania mengangguk dan mengutarakan maksudnya.

****

Selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir dan batin ya temen-temen online 🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gegar #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang