Gloomy Period

57 9 5
                                    

Tak terasa sudah 3 tahun Bude meninggalkan Ara. Bude yang sudah dianggap seperti ibu sendiri. Ara sudah belajar mengikhlaskannya, dan sekarang Ara belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Kini Ara punya yang dulu dibilang sahabat yang saling membantu. Cerita pengalaman kelam si Ara pun mulai dari sini.

Apa Ara bisa menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan keluarganya?

4 Desember 2016

Di sekolah Ara, ada project yang diadakan setiap akhir tahun oleh seluruh anak kelas 9. Project itu wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas 9 untuk tambahan nilai mata pelajaran Seni Budaya. Seluruh siswa kelas 9 mengelola acara itu sendiri, seperti menyusun ketua panita, bendahara, sekretaris, donatur, dekdok, penerima tamu, dan lain-lain. Waktu itu Ara mendapat jobdesk jadi penerima tamu dan pembuat hantaran dari lembaran kain batik.

"Eh, Ra! Kamu kebagian penerima tamu sama buat hantaran ya! Kamu sama Lia jadi penerima tamu ya." ucap ketua panitia saat itu.  

"Iya, siap deh." jawab Ara dengan senang hati.

Setiap seminggu sekali, tepatnya pelajaran Seni Budaya, Ibu Tuti ini selalu menagih hasil pekerjaan kelas Ara, seperti laporan proposal beserta anggaran, laporan dana, dan lainnya. Tiap ke kelas Ara, kepala Bu Tuti rasanya tak pernah berkepala dingin. Beliau selalu marah karena kelas Ara, yakni kelas 9D belum mendapatkan dana sepeser pun untuk kebutuhan sponsor. Akhirnya, Arin dan semua anak kelas 9D menyuruhnya untuk mencarikan dana. Yap, lebih tepatnya Ara ada tambahan profesi jadi seksi donatur, padahal Ara bukan seksi donatur. Dan seksi donatur yang sebenarnya pun seperti tidak mau mengerluarkan keringat.

Jam istirahat, Desember 2016

Pada saat itu, Ara sedang duduk di bangkunya. Lalu, tiba-tiba ada Nia disusul teman-teman yang lain mendekati Ara yang sedang duduk termenung itu. 

"Eh, Ra! Kamu jadi donatur ya! Kamu kan dari kemaren ga ngapa-ngapain! Daripada nganggur, sana ikutan cari donatur!." ucap Nia dengan nada bentak.

"Iya sana, masa dari kemaren luntang lantung ga jelas! Maunya apa sih kamu!"  bentak teman sekelas yang lain.

"Enak aja kalo ngomong! Kalo ngomong itu dipikir dulu! Tanya Rian sana, kemarin aku udah bantuin dia kok. Coba, kalo misal kemaren ga ada yang beli cat? Apa kalian bisa membuat ini semua? Kalo bukan aku siapa lagi yang beli cat hah? Lagian kan aku penerima tamu, bukan seksi donatur! Semua udah dibagi job nya sendiri, terus seksi donatur nya siapa? Dia kan?". Jawab Ara dengan kesalnya sambil menunjuk temannya yang jadi seksi donatur.

Ara kesal, karena sudah dituduh teman sekelasnya karena tidak mau bekerja. Seketika itu Ara keluar kelas menyusul 7 temannya, daripada nambah ribut akhirnya Ara ikutan jadi donatur juga.

********

"Ini kita mau kemana dulu nih?" tanya si Aldo.

"Kita naik angkot ya, ke daerah Unsoed dulu aja. Ntar kita mulai cari sponsor disana." jawab salah seorang teman.

Mulai dari jam 9, Ara dan ke 7 temannya itu pun mencari sponsor mulai dari pertigaan Unsoed dekat Rektorat Unsoed hingga ke daerah GOR SATRIA, lebih tepatnya dekat jalan turunan kampus jurusan MIPA Unsoed. Mereka bertujuh mencari sponsor, terkadang gantian seperti seorang pengemis rasanya. Banyak ditolaknya, ada juga yang memberi uang tak seberapa. Ada juga yang cuma memberi uang Rp 2.000,- ya ampun. Ada yang menolak dengan nada mengusir, kami pun sempat juga dihardik. Tapi alhamdulillah, kelas 9D bisa dapat 2 sponsor setelah mencari hingga pukul 14:00 WIB. 

Tak terasa jam menunjukkan pukul 13:30 WIB. Ara dan ketujuh temannya pun sudah lelah rasanya, setelah berjam-jam mencari sponsor. Kebanyakan ditolak, hasil kerja keras itu alhamdulillah dapat 2 sponsor. Akhirnya mereka pun pulang menuju sekolah dengan menggunakan angkutan kota lagi.

When I Found The HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang