Met her friends

102 15 7
                                    

Juni-Juli 2016

Pengumuman kenaikan kelas 9 telah diumumkan. Ara merasa senang di kelas itu, karena Ara berjumpa dengan teman lamanya.
Ara mulai beradaptasi dengan situasi disana. Mulai dari teman yang baru, suasana kelas baru, guru baru, dan lainnya. Selama berminggu-minggu, akhirnya Ara pun bisa beradaptasi dengan baik.

Semenjak itu, kami tiap Minggu sering main ke rumah salah satu sahabat, begitu seterusnya. Jadi, rasa kekeluargaan pun terjalin erat.

"Eh temenin aku dong. Aku home alone nih" -Arin.

"Yah,oke aku kesana"

Dan sampe cuaca, yang pada kala itu hujan deras, Ara pun rela untuk ke rumahnya untuk menemani dia, bahkan sampai aku menginap dirumahnya :)

•°•°•°•

Suatu hari, dalam suasana hati yang sendu.

"Gais, aku mau curhat dongggg"

Dan segala keluh kesahnya pun Ara dengarkan. Begitu pula Ara juga menceritakan segala keluh kesah Ara kepada mereka.

Orang tua mereka juga akrab dengan keluarga Ara. Orang tuanya pun sudah dianggap sebagai orang tua Ara sendiri. Terkadang Ara diajak keluarga dia untuk berlibur bersama.

Tetapi jujur, dia hanya iri dengan keluarga temannya. Kemanapun mereka pergi, selalu kompak. Berlibur ke pantai bersama, foto-foto bersama, sambil meminum es kelapa muda.

"Eh kenapa kamu ngelamun aja si dari tadi? Mikirin apa emang? Yuk turun!" -Arin

"Ehm, ngga papa. Cuma ngantuk kok. Udah, lanjutin aja." jawabku.

Hm. Ara hanya rindu keluarga. Sebenarnya Ara juga sedikit terharu dengan keluarga nya yang sering bertamasya menikmati keindahan alam bersama :)

Kapan ya aku bisa seperti keluarga mereka yang bisa jalan-jalan ke sana dan kemari sambil tertawa? Batin Ara.

•°•°•°•°•

Keesokan harinya, Ara melewati hari-hari itu dengan merasa senang. Dia bisa menikmati indahnya masa sekolah dengan sahabat baru. Ia pun bersemangat jika berangkat sekolah. Selain ada penyemangat baru, disitu juga ada teman-teman yang selalu mendukung nya.

Dulu, saat kelas kelas 7 dan 8, Ara sering cekcok dengan temannya. Cekcok itu karena hal sepele. Ya mungkin bisa dibilang perbedaan pendapat dan sudut pandang. Maklum, kami ini masih usia remaja yang masih mengedepankan egois. Hal itu karena masalah sepele, kami tidak bertegur sapa dalam waktu lebih dari 1 Minggu.

Ayah Ara dengan ibunya sering menunggu Ara keluar kelas dan Arin di tempat yang sama. Pada suatu hari, ibunya menanyakan sesuatu hal yang terjadi diantara Ara dan Arin.

"Kamu ada apa sama Arin?"  Tanya ibu Arin.

"Gapapa, tante. Aku cuma sibuk ekskul teater jadi ga sempet main kerumah, hehe." Jawab Ara santai, seolah tidak terjadi apa-apa.


Tak lama kemudian, Arin baru keluar dari kelasnya. Mukanya cemberut bagai bebek. Matanya seperti seolah malas melihat ku lagi.

Sebenarnya, apa salahku? Batin Ara.

Lalu, ibu Arin menanyakan hal yang sama ke anaknya.

"Kamu lagi kenapa sama dia? Ayo cepat kamu harus minta maaf sama dia! Ngga baik loh, marahan lebih dari 3 hari!" Bentak ibunya.

Ayah Ara yang secara langsung melihat itu, seolah memberi kontak mata kepadaku "Sudahlah, kamu duluan saja yang meminta maaf. Walaupun sepenuhnya bukan salah kamu".

Dan akhirnya Ara pun menjulurkan tanganku untuk meminta maaf. Dia mau menerimanya, walaupun dengan raut wajah yang tidak ikhlas.






Annyeong yeorobun, ini cerita pertama ku. Maaf kalo masih jelek kalimat nya. Masih perlu belajar. Jangan lupa vote coment ya, gomawo💜

When I Found The HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang