Sambil memikul tas birunya yang cukup berat oleh peralatan sekolah, Alfaro, seorang siswa kelas 11 melangkah menuju sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Dia mampir di sebuah toko kecil untuk membeli sebungkus roti gandum. Tidak seperti teman - temannya yang lain, yang setiap pagi dapat merasakan nikmatnya sarapan buatan ibu, ia kini tinggal sendirian, semenjak ibu dan ayahnya dibantai oleh seseorang yang hingga kini masih diselidiki oleh aparat keamanan setempat.
"Terima kasih rotinya yaa", kata Alfaro sambil memberi uang kepada pemilik toko dan langsung meninggalkan toko tersebut.
"Puukk.." roti yang sedang dimakan oleh Alfaro terjatuh akibat bahunya ditepuk oleh seseorang. Ia lantas menoleh kebelakang, ternyata ini adalah ulah sahabatnya, Alisa.
Mereka berdua telah menjadi sahabat semenjak mereka duduk di bangku SD, mereka selalu bermain bersama, dan juga mengerjakan tugas bersama - sama,
"Aduh, maafkan aku yaa Alfaro, aku tidak sengaja melakukan hal itu, tunggu yaa, aku beliin kamu roti lagi"
Tangan Alfaro langsung menggenggam tangan Alisa,
"Tidak apa, aku sudah kenyang kok, simpan saja uang jajannya", kata Alfaro sambil tersenyum, kemudian melepas tangan Alisa, serta melanjutkan perjalanannya. Alisa kemudian menyusul sahabatnya itu.
Sepanjang jalan, Alisa hanya menatap sahabatnya itu. Semenjak kejadian itu, Alfaro memang menjadi lebih pendiam, serta bersikap dingin kepada orang - orang sekitar. Padahal, sebelumnya Alfaro sangatlah humoris, semua orang sangat senang berinteraksi dengannya, ia pun adalah seorang yang sangat bersemangat.
"Kuharap dia bisa kembali seperti dulu", kata Alisa dalam hati, dengan sedikit perasaan cemas.
Setibanya di sekolah, Alfaro hanya melambaikan tangan sambil sedikit tersenyum kepada Alisa dan langsung berjalan menuju kedalam kelasnya. Alisa pun membalas senyuman itu dan menuju ke kelasnya.
Lonceng pun berbunyi, semua siswa siswi mempersiapkan diri mereka untuk melaksanakan kegiatan belajar.
"Hey Alisa, bagaimana keadaan Alfaro?",
Bisik teman sebangku Alisa, Claritha yang sontak membuat Alisa terkejut."Haduh, ternyata kamu Tha. seperti beberapa hari ini, sikapnya dingin, dan pendiam", kata Alisa.
Claritha sebenarnya menyukai Alfaro, tapi mau gimana?, Tidak seharusnya mengungkapkan perasaannya pada seorang laki - laki bukan?, Hehehe.
"Aduh, aku jadi khawatir nih", Claritha berkata demikian sambil meramas bahu Alisa.
"Sudahlah, berhenti meramas bahuku!!!", Teriak Alisa yang membuat Claritha langsung melepaskannya.
Pembelajaran pun dimulai, baru beberapa menit kami mencatat , terdengar keributan dari kelas sebelah.
Kejadian tersebut sontak membuat semua siswa berlari keluar untuk menyaksikan kejadian tersebut."Rasakan ini!!!!", Alfaro berkata kepada Adamya, teman sekelas Alfaro sambil melayangkan pukulan demi pukulan terhadap temannya itu.
Hal itu membuat Alisa menangis, ia tidak percaya apa yang ia lihat, sahabatnya yang sangat baik itu bisa melakukan hal yang sangat kejam itu. Ia hanya bisa menyaksikan kekejian sahabatnya itu.
"Hey kalian berdua, berhenti!!!!", Pak guru yang kebetulan mengajar di kelas Alisa langsung menangkap mereka berdua dan membawanya ke kantor kepala sekolah.
Alfaro kembali dengan berlinang air mata, ia menuju kelasnya untuk mengambil tasnya, saat Alfaro hendak pergi, Alisa menahannya kemudian bertanya,
"Ada apa Alfaro?, Kenapa kamu menangis?, Kamu tau kan?, Aku tidak suka saat kamu bersedih"."Aku dikeluarkan dari sekolah".
"Pasti karna kasus tadi, kenapa kamu memukulnya?, Ada masalah apa?".
"Dia mengejekku, dia menghamburkan seluruh isi tas ku, dan dia juga mengataiku lemah karena ditinggalkan kedua orang tuaku, memangnya apa salahku?, Aku hanya datang untuk bersekolah, tidak datang untuk mencari lawan seperti dia", kata Alfaro sambil terus mengeluarkan air mata, kemudian menghindari Alisa dan langsung meninggalkan lingkungan sekolah.
Alisa paham betul, apa yang di rasakan oleh sahabatnya itu, marah?, Sudah pasti, sakit hati?, Sangat jelas terpampang oleh sikapnya tadi. Namun, itu masih jam sekolah, tidak mungkin ia bolos, ia langsung kembali ke kelas. Ia berencana akan ke rumah Alfaro sehabis sekolah.
"Hmmm, baiklah, pulang nanti, aku akan mampir kerumah Alfaro".
Lonceng pun berbunyi, Alisa bergegas menuju kediaman Alfaro, setibanya di rumah Alfaro, terlihat ada 2 aparat keamanan yang sedang berbincang - bincang dengan Alfaro, apa yang terjadi?. Alisa langsung menghampiri mereka,
"Selamat siang semua, ini ada apa ya?","Kamu pacar Alfaro ya??, Cieee", kata salah satu aparat sambil menunju Alisa
"Sembarang aja om ini, aku ini sahabat nya Alfaro tau", dengan ekspresi cemberut, Alisa berkata demikian.
Sambil membujuk Alisa yang terlihat masam, aparat tersebut berkata
"Maafkan aku dek, aku hanya bercanda, hahahahaha".Alisa pun membuang muka lalu kembali bertanya,
"Jawab dulu pertanyaanku om"."Jadi gini, setelah kami selidiki, kami berhasil mengungkap ciri - ciri pelaku yang membunuh kedua orang tua Alfaro, tapi kami mendapat sedikit kendala, setelah kami mengecek ciri - ciri tersebut, ternyata dia tidak berasal dari sini" penjelasan aparat tersebut, yang sontak membuat Alisa langsung menghadapkan muka kepada mereka.
"Benarkah??!!".
"Iya, salah satu cirinya ada sang pelaku berambut pirang alami, sedangkan dikota ini, tidak ada satupun warga yang memiliki rambut pirang, kalau adapun, pirangnya buatan, bukan alami".
"Jadi gimana dong om?".
"Sepertinya kami akan meminta bantuan di setiap daerah untuk menangkap pelaku tersebut, ngomong - ngomong, ini ciri - ciri sang pelaku, kalau kalian menemukan ciri - ciri seperti ini, kalian bisa menghubungi kami, mohon bantuannya ya".
petugas itu berkata kepada mereka sambil memberikan selebaran yang menunjukkan ciri - ciri pelaku, Kemudian lekas pergi dari rumah Alfaro."Hmmm, jadi orang ini yang telah membunuh orang tuaku?, Tunggu pembalasanku!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Not A Battle Ground
Teen FictionAlfaro Seorang Siswa SMA kelas 11. Kehilangan kedua Orangtuanya akibat pembantaian, Diejek oleh temannya, serta dihajar oleh ayah dari sang sahabat, karena sahabatnya, Alisa diculik oleh Edward, seorang penjahat internasional dengan ciri khas bandan...