Semua anggota telah selesai melakukan rintangan kedua. Kini saatnya mereka untuk makan siang.
Alfaro segera mengambil makanan yang disediakan oleh juru masak, kemudian ia langsung mencari tempat duduk.
Edi datang menghampiri temannya itu dan berkata,
"Bolehkah aku numpang duduk bersamamu?""Eeh, tentu saja, ayo kita cari tempat duduk sama - sama".
mereka lalu mencari tempat duduk bersama. Mereka pun mendapat tempat duduk yang berada di sudut ruangan tersebut.
Mereka duduk dan kemudian menikmati santapan tersebut.
"Hey Alfaro, bolehkah aku bertanya sesuatu?",
"Silahkan",
"Mengapa kamu mengambil bagian dalam organisasi ini?",
"Aku ingin menyelamatkan sahabatku yang diculik oleh pemimpin mereka, dan juga membalaskan dendamku",
"Dendam?, Dendam apa?",
"Dendam atas kematian orang tuaku, itulah mengapa aku ikut kedalam organisasi ini",
Edi tiba - tiba melepaskan sendok yang ia pegang. Alfaro lantas bertanya "Ada apa?"
"Kita punya dendam yang sama terhadap orang itu" Edi menjawab pertanyaan itu dengan tundukan serta perasaan marah yang hebat.
"Baiklah, kalau begitu, ayo kita berjuang bersama - sama." Alfaro mengepalkan tangannya lalu mengajak Edi untuk melakukan tos.
Edi langsung mengangkat wajahnya, melihat ada seseorang yang ternyata bernasib sama dengannya dan ingin melakukan hal yang sama, Edi lalu membalas tos itu sambil berkata
"Ayo kita lakukan, demi balas dendam!".Tidak terasa waktu makan siang telah berakhir. Mereka lalu melanjutkan kegiatan pelatihan.
"Baiklah, ini tempat latihan kalian selanjutnya!", Terlihat sebuah sungai dengan arus yang sangat deras, menakutkan.
"Baiklah, kalian semua. Ini adalah latihan fisik terakhir. Kalian semua harus menyeberangi sungai ini sampai ke tepi seberang, apakah kalian bisa?!"
"Bisa kak!!", Mereka semua mulai melompat kedalam sungai itu.
Alfaro yang berada di belakang teman - temannya yang sudah mulai berenang menuju tepi seberang, terlihat sangat ragu akan rintangan ini.
"Hmm, ini kesempatan bagus untuk membalas apa yang dia lakukan kepada adikku", Lery berpikir demikian, lalu bergerak mendekat Alfaro.
"Byuuuurrrrrr", Lery mendorong Alfaro, sayangnya posisi Alfaro saat terjatuh membuatnya hanyut terseret derasnya aliran sungai.
"Tolong!!!!!, Tolooong!!!!!", Alfaro meminta pertolongan.
Edi yang saat itu masih berada didalam air langsung berenang mengejar Alfaro. Alfaro terus terseret dialiran sungai itu hingga sebuah batu membuatnya tersangkut, Edi akhirnya dapat menggapai temannya itu dan segera membawanya ke tepi sungai. Edi terus menyebut - nyebut nama Alfaro berharap Alfaro dapat membalasnya."Hay nak", kata seseorang yang terdengar sangat akrab ditelinganya. Alfaro mulai membuka matanya secara perlahan. Tampak ada 2 orang yang terus memanggil nama Alfaro. Hmm, siapa mereka?.
Alfaro sungguh terkejut. Ternyata mereka yang memanggil Alfaro merupakan kedua orang tuanya. Sulit dipercaya, bukankah mereka telah tiada?, Apakah ini hanya khayalan Alfaro semata?, Tapi, siapapun pasti bahagia bukan, bertemu dengan seseorang yang sangat dirindukan?. Alfaro langsung bangkit dan memeluk kedua orang tuanya.
"Aku sangat merindukan kalian", Alfaro menumpahkan air mata, kerinduan yang selama ini ia pendam akhirnya terbayar sudah. Tetapi saat ini ia sangat bingung. Mengapa ia bisa bertemu kedua orang tuanya. Apakah dia sudah meninggal?.
"Tentu saja belum. Kami hanya akan hadir didalam alam bawah sadarmu", Ayah Alfaro menjawab.
Alfaro terkejut karena sang ayah bisa mengetahui apa yang ia sedang pikirkan.
"Jadi aku masih hidup yaa pa?",
"Tentu saja nak, jika kamu ingin kembali kedalam dirimu yang normal, kamu tinggal membuka matamu",
"Apakah jika aku sudah kembali kedalam diriku yang normal, aku tidak dapat melihat kalian lagi?",
"Tentu saja bisa, ingatlah, kami selalu ada disini", Ayah Alfaro menunjuk hati Alfaro. Tentu saja ini hal ini membuat Alfaro memancarkan senyuman yang telah lama ia pendam.
"Baiklah. Kembalilah kepada teman - temanmu. Mereka sangat khawatir,"
"Siap pa. Sampai bertemu lagi ya."
Alfaro langsung membuka mata.
Dan......
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Not A Battle Ground
Teen FictionAlfaro Seorang Siswa SMA kelas 11. Kehilangan kedua Orangtuanya akibat pembantaian, Diejek oleh temannya, serta dihajar oleh ayah dari sang sahabat, karena sahabatnya, Alisa diculik oleh Edward, seorang penjahat internasional dengan ciri khas bandan...