Bagian 3

28 3 0
                                    

"Apa!!!!"

"Seperti itu kejadiannya", aparat tersebut menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi.

"Kalau begitu, mari masuk dulu, kita bicarakan ini bersama - sama Alfaro, dia harus tau tentang hal ini", mereka berdua lantas berjalan kedalam rumah.

Didalam rumah, terlihat Alfaro yang sedang duduk dengan wajahnya yang sedang dibasuh dengan air hangat oleh Ibu Alisa.

"Alfaro, paman ingin menceritakan se...."

"Aku mohon, jangan paman, jangan ceritakan kejadian pahit itu" Air mata Alfaro pun menetes, sepertinya ia belum siap menerima cerita yang akan disampaikan oleh Ayah Alisa.

"Hmmm, baiklah, untuk hari ini, paman harap kamu ingin nginap disini, melihat kondisimu saat ini, paman merasa sangat bersalah, maafkan paman atas kejadian tidak menyenangkan ini yaa" wajah Ayah Alisa terlihat menyesal, telah melakukan perbuatan tersebut.

"Ibu, tolong beresin kamar tamu untuk Alfaro ya",

"Baik Ayah". Sang ibu langsung menuju kamar tamu, mengganti seprey, serta mengambil selimut untuk digunakan oleh Alfaro bila ia ingin beristirahat nantinya.

Hari itu, Alfaro sangat dimanja, ia dimasakkan nasi goreng yang lezat, lalu dibuatkan jus alpukat yang merupakan minuman kesukaan Alfaro. Alfaro merasa senang bercampur sedih, Ia sangat senang karena orang tua dari sahabatnya memperlakukannya dengan sangat baik, penuh dengan kasih sayang, membuatnya merasa nyaman, Meskipun begitu, ia masih memikirkan nasib dari sahabatnya, Selain itu, dia mulai penasaran, sebenarnya apa yang tadi ingin diberitahukan oleh Ayah Alisa.
Hati Alfaro berkata,"Hmmm, haruskah aku mengetahuinya?, Mungkin saja hal baik, tapi, jika hal tersebut tentang kedua orang tuaku, apakah aku sanggup?"

Hatinya terus bimbang, apakah iya?, Atau tidak. Iya?, Atau tidak?, Entahlah, tapi yang pasti, ia ingin tau kejadian sebenarnya dari kisah pembantaian tersebut. Apa?, Mengapa?, Siapa?, Mengapa?, Pertanyaan itu terus bertumpuk didalam hatinya.

Hatinya lalu berkata ia. Alfaro lantas berdiri dan berjalan menuju ruang tamu, disana, Ayah dan Ibu Alfaro sedang berbincang - bincang.

"Paman?",

"Eeh, Alfaro, silahkan duduk",

"Baik paman",

"Ada apa Alfaro?",

"Paman, apa yang tadi paman ingin katakan kepadaku, aku sudah siap menerimanya paman",

"Apa kamu yakin?",

Dengan sedikit gugup, ia berkata
"Saya siap paman",

"Hmm, baiklah, jadi gini, rambut yang kamu berikan kepada aparat tadi, ternyata memang pelaku yang sama yang telah membunuh kedua orang tuamu, pelakunya pun sudah mereka ketahui, dia adalah Edward, dia memang telah menjadi incaran dunia internasional, dia telah membantai ribuan nyawa tak bersalah, diantaranya adalah orang tuamu",

"Tapi, kenapa dia tega melakukan perbuatan keji itu?, Apa salah orang tuaku?"

"Kamu ingat helikopter yang mereka gunakan buat menangkap anak saya gak?, Nah, itu merupakan uang hasil rampokan, memang sih, beberapa hari lalu, dia sempat mengincar rumah kami, namun kami sadar, kami segera menghubungi aparat keamanan, sehingga ia mengurungkan niatnya. Nah, mungkin saja, saat kamu sedang bermain, dia datang kedalam rumahmu, kemudian meminta uang kepada orang tuamu, karena tidak memberikan, ia langsung membunuh kedua orang tuamu kemudian kabur",

"Dimana dia tinggal?",

"Kurang pasti juga, tapi, markas terbesarnya berada di pulau kecil yang harus ditempuh menggunakan pesawat atau kapal, namun paman pastikan, siapapun yang kesana, tidak akan pulang dengan selamat",

Terdengar kejam, tidak punya hati, dan berbahaya, dialah Edward, dengan ciri khas menggunakan bandana pink. Tidak heran saat ini dia merupakan penjahat internasional. Memiliki persenjataan super lengkap, dan pasukan yang jumlahnya mencapai ribuan orang, sudah berbagai macam pasukan elit dikirim untuk membasmi pasukan dibawah kepemimpinan Edward, tetapi selalu saja gagal, bahkan sekedar berlabuh pun mustahil dilakukan.

"Hmm, lalu apa yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan Alisa Paman?",

"Kita hanya bisa memberi harapan penuh terhadap PPABP",

"Apa itu?",

"Pasukan Pembasmi Anggota Bandana Pink, merupakan salah satu organisasi semi militer pro pemerintah. Biasanya mereka diambil dari Polisi maupun tentara, namun sepertinya, tahun ini akan diadakan seleksi Penerimaan PPABP",

"Kapan seleksinya dilaksanakan paman?",

"Besok, siapapun yang sudah lolos seleksi, mereka akan langsung diberikan persenjataan lengkap, dan juga karantina selama sehari, dan hari selanjutnya akan melaksanakan tugas mereka"

Semangat Alfaro membludak, ia ingin bergabung dengan pasukan tersebut, Balas dendam?, Sudah pasti. Selamatkan sahabatnya?, Tujuan utamanya.

"Baiklah paman, terima kasih atas informasinya yaa" Alfaro tersenyum kepada orang tua Alisa, dan langsung berlari kedalam kamar.

Dia pun tidur dengan semangat untuk hari esok, Alfaro yang dulu telah kembali, semangat untuk balas dendam dan penyelamatan membuatnya kembali bersemangat.

Keesokan harinya.....

Just Not A Battle GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang