Bagian 5

28 3 1
                                    

Pukul 4 pagi.

"Semuanya bangun!!!!!" Teriak salah satu komandan pasukan.

Sontak semua anggota terbangun dan langsung mengganti pakaian mereka menggunakan seragam yang sudah disediakan oleh organisasi.

Mereka lalu berbaris di lapangan. Tampak ada beberapa anggota yang menggigil akibat suhu yang cukup rendah.

Ketua pun datang
"Baik semua, selamat pagi!"

"Pagi pak!" Terdengar tidak terlalu banyak anggota yang menjawab salam dari sang ketua.

"Baiklah, setelah ini, kalian akan diambil alih oleh pelatih yang sudah pernah melakukan tugas ini sebelumnya. Untuk arahan selanjutnya akan diambil alih oleh orang yang akan memimpin kalian untuk tugas besok, Lery" ketua lalu mempersilahkan Lery untuk menyampaikan arahan.

"Halo orang - orang lemah, apakah kalian siap merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa!"

"Siap Senior!", Sekali lagi, hanya sebagian dari anggota baru yang menjawab,

"Hey, kalian yang menggigil, maju kedepan!", Tegas Lery sambil menunjuk mereka yang menggigil

Setelah mereka yang menggigil maju kedepan, Lery memerintahkan mereka untuk melakukan posisi push up sebanyak 100 kali.

Iman Alfaro mulai goyah. Menyaksikan teman - teman seperjuangan yang dihukum sekeras itu, ia menjadi khawatir apakah dia akan sanggup mengikuti pelatihan ini. Namun, apakah dia harus berhenti sekarang?, Apakah ia akan membiarkan sahabatnya ditawan?, Pastinya tidak.
"Aku tidak boleh goyah, aku harus terus melangkah".

Lery kemudian memerintahkan anggotanya untuk kembali kedalam barisan.
"Ingat semua, kami melatih kalian agar kalian menjadi hebat dalam menghadapi rintangan saat menjalankan tugas, mental kalian akan terbentuk bagaikan baja, namun, bagi kalian yang ingin mundur, kami persilahkan", perkataan Lery dengan penuh wibawa.

Tidak disangka, ternyata ada 5 orang yang mundur dari organisasi ini, mereka keluar dari barisan lalu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.

"95 orang?, Tidak jadi masalah, apakah kalian siap??!!"

"Siap Senior!!!" Sorak mereka.

Senyum sinis dari Lery terpancar, seakan ia telah siap memberikan rintangan yang sangat mematikan.

Lery membawa mereka semua menuju rintangan utama, terlihat berbahaya.
"Baiklah semua ini rintangan pertama kalian. Kalian harus berlari dari kejaran anjing itu" dia menunjuk seekor Anjing herder yang dipegang oleh temannya.

"Hahahahahahaha, hanya itu?", Tertawa angkuh terdengar.

"Siapa yang mengatakan itu?",

"Saya!, Edry!",

"Waw, sombong sekali kau, baiklah, kamu yang memulai rintangan ini!" Lery terlihat marah, ia lantas menyuruh Edry untuk bersiap di garis awal.

"Apakah kamu siap?, Sombong!"

"Pastinya!"

"Mulai!!!!", Edi langsung beri dengan cepat, dugaannya salah!, Anjing herder tersebut sangatlah cepat, anjing itu kemudian menggigit baju Edi yang langsung membuatnya terjatuh, beruntung salah satu senior ada disitu sehingga ia masih bisa selamat.

"Sombong membuatmu lupa, bahwa masih ada yang lebih hebat darimu, Push up 100 kali!" Tegas Lery yang langsung dilaksanakan oleh Edi.

Melihat Edi diperlakukan seperti itu, Alfaro merasa ingin membalas perkataan Lery
"Hey, senior, suruh lah Edi berdiri, biarkan aku mencoba rintangan ini dulu, jika aku berhasil, hentikan hukuman itu"

"Menantang kamu ya!, Baiklah!, Silahkan dicoba!. Edi, berdiri!"

"Baik senior", Edi langsung berdiri.

"Apakah kamu siap?"

"Siap senior!"

"Mulai!!"

Alfaro langsung berlari secepat kilat. Anjing herder itu pun mengejarnya, namun, apa yang terjadi?, Ternyata Alfaro mampu mencapai garis finish tanpa tersentuh oleh anjing itu. Mereka semua terkejut, tidak terkecuali Lery.

Lery langsung menghampiri Alfaro
"Siapa namamu?"

"Alfaro, Senior"

"Panggil kami kak".

"Siap kak".

Semua junior pun diperkenankan memanggil semua senior dengan sebutan kak. Tentu saja ini membuat hubungan antara senior dan junior menjadi lebih terjalin. Mereka lalu kemudian melanjutkan pelatihan ini,

Edi Kemudian menghampiri Alfaro
"Waw, kamu hebat sekali, bolehkah kita berteman?", Edi mengulurkan tangannya.

Alfaro pun mengulurkan tangannya kemudian berjabat tangan dengan Edi
"Tentu saja", disitulah awal mula Alfaro dan Edi berkawan.

Semua orang telah mengikuti tes pertama, mereka diarahkan oleh Lery menuju tempat pelatihan kedua,

"Baiklah, pelatihan pertama sudah kalian lewati. Ada yang berhasil maupun Gagal. Tidak masalah, itu hanya pengetesan kecepatan kalian bila ada musuh nanti, namun bagaimana dengan rintangan ini?!"

Lery menunjuk kearah 2 orang penembak yang memegang senapan angin.

"Kalian lihat mereka?, Kalian harus mencapai mereka. Mereka akan mengarahkan senapannya pada kalian. Kalian dapat menghindar diantara pohon - pohon yang ada ditempat ini. Apakah kalian siap!"

"Siap kak!", Mereka kembali bersorak.

"Baiklah. Sebagai pembuka, Alfaro akan mengikuti pelatihan ini terlebih dahulu" Lery menunjuk kearah Alfaro dan mempersilahkan Alfaro menuju garis start.

Senyum sinis Lery terpancar lagi dari wajahnya.
"Tadi itu hanya permulaan, aku akan mulai baik kepada mereka semua, kecuali kau, Alfaro!". Sepertinya ada dendam yang dipendam oleh Lery kepada Alfaro. Tetapi, apa?, Hmmm, mungkin saja dendam pribadi, atau dendam buat keluarga?, Mungkin saja.

"Aku sudah siap kak". Perkataan Alfaro yang terlihat siap berlari.

"Baiklah, Mulai!!!"

Alfaro mulai berlari, para penembak mulai membidik Alfaro. Satu per satu peluru mulai ditembak kan. Tidak ada pilihan selain berlindung. Ia pun bersembunyi dibalik pohon yang berada tidak jauh darinya.

"Hmm, bagaimana cara aku menghadapi kedua penembak itu?", Pikir Alfaro.

Alfaro lalu melihat pohon - pohon yang tertanam berjajar, sepertinya dia menemukan jalan keluarnya, ia akan berlari berlindung disepanjang pohon - pohon itu.

Ia pun melakukan rencana tersebut. Para penembak itu terus menembakkan peluru kepadanya. Ada sesuatu terjadi!, Kedua penembak tersebut kehabisan peluru, melihat kejadian itu, Alfaro langsung berlari dan mencapai kedua penembak itu.

"Ti...,Tidak mungkin", Lery terkejut Alfaro mampu melalui rintangan ini.

"Hmmm, tunggu saja rintangan selanjutnya, pasti kau tidak akan mampu melaluinya!" Kata Lery dalam hati.

Just Not A Battle GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang