Bagian 4

31 9 4
                                    

Keesokan harinya,
"Paman, bibi, aku pulang dulu yaa"

"Kok cepat banget?, Ada apa?" Heran yang dirasakan oleh mereka

"Aku ingin mengikuti Seleksi PPABP paman, bibi, aku ingin menyelamatkan sahabatku".

"Apa kamu yakin?, Ingat apa yang paman bilang kemarin?, Apakah kamu tidak takut mati?"

"Itu urusan belakang paman, yang terpenting, aku sangat ingin membalas perbuatan manusia tanpa hati itu. Biarkan dia Merakan penderitaan seperti yang aku alami saat ini"

Sepertinya Alfaro sudah tidak dapat dikekang, semangat balas dendam sangatlah besar.

"Hmm, baiklah. Aku memberi harapan penuh kepadamu......nak" kata Ayah Alisa yang langsung membuat Alfaro meneteskan air mata, sangat senang rasanya ada orang yang memanggilnya dengan kata Nak.

Ia langsung memeluk mereka dan berkata
"Aku berjanji akan membawa Alisa kembali kepangkuan kalian".

Setelah mengatakan hal itu, ia langsung bergegas pulang dan mempersiapkan diri, dengan berbekal uang sisa tabungannya serta tas biru miliknya, ia langsung berjalan menuju tempat pendaftaran.

Disana, terlihat ribuan manusia ikut mendaftar untuk menjadi salah satu anggota PPABP. Namun tidak terlihat satupun orang yang Alfaro kenal, eeh, tunggu. Siapa dia?

Ada seorang gadis yang sepertinya tidak terlalu asing, dengan rambut panjang itu, dan juga mata sipit yang indah, mempunyai pipi tembem juga, hmmm, mungkin saja enak buat dicubit, hahahaha.

"Hay Alfaro" kata gadis tersebut tersipu malu

"Halo" Alfaro membalas senyumnya serta mengulurkan tangannya, gadis tersebut juga mengulurkan tangannya kemudian mereka berjabat tangan.

"Maaf sebelumnya, kamu siapa yaa?"

"Ohh maaf, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Claritha"

Alfaro langsung mengingat semua cerita yang disampaikan oleh Alisa, bahwa teman sebangkunya, yaitu Claritha, sangat menyukai Alfaro, ia juga selalu menanyakan keadaannya pada Alisa, karena dia tau, kalau Alisa dan Alfaro merupakan sahabat sejak lama.

"Jadi kamu Claritha ya??, Ternyata kamu cantik banget yaa, hehehehe".

Perasaan bahagia bergejolak dalam hatinya yang tidak tau bagaimana mau ia lampiaskan,

"Aaaaaahhhh!!!!" Teriak Claritha sangat lantang, pandangan semua orang langsung tertuju kepada mereka berdua, Alfaro hanya bisa menggaruk kepalanya sambil merasakan perasaan malu.

Claritha berbisik kepada Alfaro
"Maafkan Aku Alfaro, aku tidak sengaja",

"Sudah lah, gak papa, itu biasa terjadi kok, hehehehe"

Satu persatu pandangan mulai beralih dari mereka, Alfaro pun ingin ikut mengantri bersama mereka yang lain,

"Alfaro, kamu mau mendaftar juga ya?"

"Iya nih, lagian juga aku kan sudah dikeluarkan dari sekolah, daripada gak ada kerjaan, lebih baik aku mengikuti ini saja"

"Tapi Alfaro, Ini sangat......."

"Aku tau apa yang ingin kamu katakan, berbahaya kan?, Tidak apa, aku hanya ingin membalas perbuatan ketua mereka atas apa yang terjadi pada orang tuaku, dan juga menyelamatkan Alisa"

"Apaaaa!!!!!!" Sekali lagi Claritha berteriak, pandang mereka tertuju kembali kepada mereka berdua, Alfaro hanya dapat menutup mukanya,

"Maafkan aku lagi, aku memang suka berteriak jika ada info seperti itu"

"Iya - iya, gak papa" dengan hembusan nafas yang cukup kuat, dia berkata demikian, sepertinya Claritha mempunyai karakteristik yang unik, membuatnya menjadi tertarik pada Claritha.

"Yaaa, jadi begitulah Claritha. Aku ingin menyelamatkannya"

"Kamu tidak perlu mengantri seperti yang lainnya. Ayo ikut aku" Claritha langsung memegang tangannya.

"Eehh, pelan - pelan dong", Alfaro berkata demikian sambil menahan langkah.

Alfaro dibawa Claritha kedalam sebuah ruangan yang ternyata ruangan tersebut adalah ruangan dari ketua PPABP.

"Mengapa dia membawaku kesini?" Tanya Alfaro dalam hati.

"Siapa itu nak?" Tanya ketua PPABP.
Ternyata Ketua PPABP itu adalah ayah dari Claritha, terlihat sangat gagah.

"Ini temanku pa, namanya Alfaro, dia ingin bergabung bersama PPABP pa".

"Kamu masih sangat muda, apakah kamu tidak ingin hidup lagi?"

"Tentu saja tidak. Tapi, demi keluarga dan sahabatku, Aku rela berkorban"

"Semangat mu sangat bagus nak, sini ikut paman", ia membawa Alfaro kedalam sebuah ruangan, didalam terdapat kasur dan juga bantal, sangat banyak, sekitar 100 kasur dan 100 bantal, sayangnya tidak ada selimut.

"Setiap Anggota PPABP akan beristirahat disini sehari sebelum melaksanakan tugas, kamu yakin nyaman dengan tempat seperti ini?"

"Siap pak!"

"Kamu akan merasakan latihan fisik yang sangat keras, meskipun cuman sehari. Kamu yakin nak?"

"Sangat yakin pak!"

"Baiklah nak, kamu silahkan duduk - duduk di kantor saya dulu yaa, biar semuanya saya yang urus. Kamu tidak perlu khawatir."

"Baik pak, terima kasih banyak yaa pak".

Mereka lalu kembali kedalam ruangan ketua.
Sambil menunggu seleksi selesai, mereka saling bercanda, ketua pun memerintahkan pelayannya untuk membawakan Alfaro dan anaknya makanan, dan juga minuman.

Hari telah sore, 99 orang dan juga Alfaro terpilih sebagai anggota PPABP.

Mereka dikumpulkan untuk diberikan pengarahan oleh ketua PPABP,
"Baik semuanya, selamat sore!"

"Selamat sore pak!" semua anggota baru menjawab serentak.

"Baiklah, kalian semua telah terpilih sebagai anggota PPABP yang baru. Selamat yaa, besok kalian akan mendapatkan latihan fisik yang sangat - sangat keras, apakah kalian semua sanggup menghadapinya!"

"Kami siap pak!"

"Apakah kalian semua siap mati untuk tugas yang sangat berbahaya ini!"

"Siap Pak!"

"Baiklah, mulai malam ini, kalian akan tidur di asrama yang telah kami siapkan, istirahatlah dengan cukup karena kita akan memulai kegiatan pada pukul 4 pagi. Sekarang, silahkan menuju asrama dan beristirahat lah"

Semua anggota langsung kembali kedalam asrama.

Pada malam harinya, mereka semua diarahkan menuju ruang makan. Mereka semua makan bersama, serta mendengarkan kembali arahan dari ketua. Setelah mereka makan, mereka pun langsung kembali kedalam asrama dan beristirahat.

Just Not A Battle GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang