Manipulasi tanda Hallmark gerakan bawah tanah

5 1 0
                                    


Allan Pope

Seni tertinggi dalam perang adalah menaklukan musuhmu tanpa pertempuran. Orang marah bisa dibuat senang lagi, tapi orang mati tidak bisa dihidupkan lagi. Itulah kira-kira yang dikatakan Sun Tzu seorang jenderal ahli perang dan filsuf dari tiongkok ratusan tahun lalu sebelum masehi. Aku tahu resiko yang aku ambil, bertindak sendiri dan tidak koperatif dalam pergerakan bawah tanah, aku sadar tindakan ini rapuh, dan tidak berintegritas. Tapi tetap saja kami lakukan...

Kuletakan gelas kaca besar berisi jus lemon di atas meja, diam-diam kulirik Jericho yang sibuk mengutak-atik sirkuit flat dengan soderan panas. Aku tak ingin dia curiga dengan menawarkan langsung minuman itu.

"Mendadak akhir-akhir ini kau sangat tenang Allan," kata Jericho tanpa mengalihkan perhatian pada pekerjaannya. "Kau tidak menanyakan perintah Messenger lagi."

"Apa yang bisa kita lakukan selain menunggu hasil kesepakatan dari resolusi itu?" Aku menduduki sebuah meja, agak risih ketika tumpukan kertas gridlines besar bergambar desain kasar rancangan-rancangan modifikasi pesawat dan senjata-senjata berjatuhan ke lantai karena kugeser.

Pria kulit gelap itu mengucek matanya setelah lama memicingkan mata pada objek yang dikerjakannya.

"Tania bisa memperbaiki itu," usulku.

"Tidak," tolak Jericho dengan penat, "aku berniat merusaknya, jikalau mekanik kita bisa memperbaikinya lagi aku akan menggunakan ini untuk perangkat senjata kita."

"Tak ada mekanik yang bisa memperbaiki micro chip yang rusak, itu kata Tania,"

"Kendala kita adalah kita tidak bisa membuat chip kita sendiri, tapi aku sedang mengupayakan peningkatan kualitas produksi, siapa tahu kelak kita bisa..."

Sejak rapat gelap, Aku, Daniel, dan Tania: kami bertiga tidak pernah berkomunikasi lagi. Aku tidak ingin Jericho menaruh curiga kepada kami.

Kuambil satu gelas kaca besar berisi jus lemon itu sambil mendekati Jericho dan bersandar dekat rak tempat dia duduk, lalu aku menyesapnya sambil bicara padanya agar dia tertarik mengambil minumannya.

"Berhubung Messenger tidak punya arahan untuk kita saat ini, boleh kah aku meminta libur beberapa hari? Kukira aku butuh menyegarkan pikiran."

Jericho memandangiku dengan heran, bibirnya sedikit terbuka. "Apa yang ingin kau lakukan?"

"Sekolah. Aku tertarik ikut study tour ke New York dan melihat-lihat museum perjanjian Luciditus. Juga siaran langsung pers deklarasi hasil resolusi itu nanti lebih dekat di lapangan halaman kantor All Human Voice," alasan ini sudah kusiapkan matang-matang.

Tanpa gerakan-sekaku bongkahan batu Jerry memandangiku dengan curiga, dia menahan tatapan matanya pada mataku selama beberapa detik.
"Benarkah?"

"Itu benar,"

"Bagus, aku tak akan memata-mataimu."

"Yah." Dengan gelisah aku menunggu, tapi gelas itu tak juga disentuh oleh Jericho. Cepat minum itu orangtua!

Berkali-kali Jerry mencoba menggapai gelas itu, tapi selalu diurungkannya ketika dia ingin berbicara. Dalam hati aku menggeram menantikannya menggenggam gelas itu.

Akhirnya setelah aku berniat meninggalkan ruangannya, dia menyentuh gelas itu juga, Jerry lalu meletakan gelas yang tinggal terisi seperempat jus lemon itu di meaja. Cepat-cepat kuhabiskan minumanku sampai isinya sebatas isi gelas milik Jerry, aku menukar gelas itu. Setelah menunggu beberapa detik dan kulihat Jericho tidak menaruh curiga kalau gelasnya ditukar.

Jadi aku minggat keluar...
...

Segera pintu laboratorium kututup dan mulai bekerja tanpa membuang waktu, di sini satu-satunya ruangan yang terlihat mewah karena warna putih dominan di ruangan memanjang luas ini selalu dirawat. Kuletakan gelas kaca yang kutukar dengan Jericho di atas meja setelah kubuang sisa airnya di wastafel.

Oke, mari kita lihat. Aku akan mengambil sidik jari latent milik Jericho.

Dengan cairan kimia tertentu aku mengidentifikasi sekresi dan melihat alur korosi pada sidik jari di gelas itu. Setelah sampel sidik jari kudapatkan aku bergegas lagi meninggalkan lab forensik, menghambur keluar menyusuri lorong-lorong lagi menuju ke kamarku...

Dengan komputer dan perangkat mekanik yang kumiliki aku memindai data fingerprint tersebut dan berhasil membuatnya seolah-oleh itu dicetak dari tanganku. Sedikit manipulasi kode program dan akses untuk membuat surat perintah melalui protokol khusus yang dilegalkan oleh petunjuk Messenger bisa dibuat... dengan ini aku bisa membuat perintah palsu atas nama Jericho.

Sorry Jerry... kau pasti marah besar karena ini. Aku sempat merenung sesaat di depan komputer, kenapa sulit sekali rasanya mematuhinya?

Awalnya agak gugup, namun akhirnya aku mengontak semua komandan kompi dan pimpinan gerakan bawah tanah yang tersebar di New York dan sekitarnya.
Aku mengirimkan pesan khusus ke beberapa agent di wilayah Manhattan secara tertutup dan... dan ini dia, semua diundang ke pesta.

Di lorong saat sedang berjalan aku berpapasan dengan Daniel. Aku tak mengurangi kecepatan langkah ataupun berhenti untuk berbicara padanya. Kami mengurangi interaksi karena tak ingin Jericho menaruh curiga, dia bisa jadi mengawasi kami.

"-cuitan sukses, siapkan pasukanmu, kita akan terbang ke New York." Kataku sambil berpapasan dengan Daniel.

Temanku itu tak menoleh namun senyum tertunduknya mengembang.

Luciditus (2030 Indonesia Bubar!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang