01. As Always

8.2K 486 20
                                    

"Hello Nara, hello Nara, target jahil yang tepat!"

SRAAK!

"Eh—" jari tanganku membeku, masih dengan pose memegang selembar kertas tugas invisible yang telah dicuri orang gila itu sebelumnya.

Tanganku mengayun menggapai baju seragamnya dan menatapkan punggungnya ke dinding, namun ia membalik keadaan dengan begitu mudah.

"CHOI SOOBIN! Balikin nggak!" Ancamku di keadaan yang sangat—eumm... intim ini.

Melupakan posisiku saat ini, aku berusaha meraih kertas tugas itu dengan susah payah, berjinjit pun tak sampai karena kakiku yang pendek tidak setara dengan tinggi badan pria menyebalkan ini.

"Kalo gue nggak mau ngasih ini ke lo gimana?" Ucapnya enteng yang membuatku naik darah.

Ya Tuhan, dia ini anak manusia bukan, sih?

"Soobin bangsat!" Teriakku refleks lalu terdiam memandangi sekitar.

Tanpa sadar sedari tadi kami menjadi pusat perhatian di sepanjang lorong koridor sekolah dengan posisiku yang diapit oleh badan Soobin bersama tembok di belakangku dan Soobin yang tengah menjujung tinggi kertas tugasku itu.

Sialan!

"Kim Nara, ikut saya!"

"Mampus!"

"Kamu juga Choi Soobin!"

"Mampus!" Cibirku meniru gaya bicaranya sebelum mengikuti pak Taeil ke ruang BK.

***

"Dia yang mulai pak! Masa kertas tugas saya diambil!" Elakku saat Soobin mengatakan suatu kebohongan.

Dia bertingkah seolah-olah aku yang mencari gara-gara, padahal sudah jelas jika di sini akulah yang menjadi pihak yang dirugikan!

"Bohong pak, dia men—"

"Soobin jujur aja kenapa, sih?!" Kesal juga lama-lama menghadapi orang seperti Soobin ini.

"Sudah berhenti! Kalian itu harus dihukum apalagi?! Apa perlu saya skors supaya kalian berdua jera?!" Aku terperanjat.

Skorsing? Yang benar saja! Aku akan dijadikan hidangan utama makan malam oleh kak Taeyong juga kak Jungwoo dan disidang di waktu yang bersamaan dengan kedua orang tuaku nantinya!

"Pak, gak bisa gitu dong! Saya kan viktim di sini, kenapa saya juga dihukum?!"

"Kalian sudah saya peringatkan berkali-kali untuk tidak berbuat keributan! Kenapa diulangi lagi dan lagi? Kalian seperti menantang saya, tau tidak?!"

"Pak demi apapun, kali ini saya tidak salah! Saya berani bersumpah!" Wajahku memelas, pokoknya aku tidak mau diskors, tidak mau dan tidak akan mau!

Jika saja skors itu tidak mendapatkan sangsi apapun dari orang tuaku, mungkin boleh juga dicoba.

"Diam kamu Nara! Kamu pikir saya percaya?! Baiklah," dia menghela nafas, membuat aku yang melihatnya jadi frustasi akan keputusan apa yang akan dia ambil. "Saya tidak akan memberi skors pada kalian, tapi saya akan panggil kedua orang tua kalian!" Ucap pak Taeil telak.

Oh for godsake, aku sungguh benci Choi Soobin!

"Yah pak, masa berubah kaya gitu, sih?! Ish biang kerok, ngomong dong!" Lenganku menyenggol sikut Soobin cukup kencang, membuat dia mengerutkan keningnya.

"Ok pak saya pilih skors, tapi satu hari saja. Bagaimana? Tidak terima penolakan." Soobin berargumen, mengharapkan kata 'deal' keluar dari bibir pak Taeil dengan gaya tengilnya yang membuat dia terlihat seperti orang bodoh.

Eh tunggu, apa-apan?! Kalau begini dia memang bodoh! Aku tidak mau kedua orang tuaku tau kalau selama ini aku selalu membuat masalah di sekolah bersama dengan kunyuk satu ini!

"Siapa yang berhak atas kalian di sini?! SAYA atau KAMU?!"

"Kok nanya sama saya pak?"

Pak Taeil berdiri, meraup wajahnya kasar dan bertolak pinggang dengan alis yang tertaut kesal.

"Choi Soobin! Kalau tensi darah saya tinggi, saya tuntut kamu!"

"Eh, kok jadi salah saya pak? Itu kan—"

"Pilihan kalian ada dua. Panggil orang tua atau skors satu minggu?" Dua pilihan itu sama sekali tak ada satu pun yang menguntungkan bagiku.

Pak Taeil... ya ampun, jangan sampai aku juga membencimu.

"Panggil orang tua kalau begitu."

"Hari Kamis jam pelajaran ke lima sehabis bel istirahat, saya tunggu di sini. Deal?"

"Deal. Sudah kan pak? Saya permisi." Aku melamun mendengar keputusan Soobin, masih belum mencerna dengan baik kata-katanya.

"Silahk—"

"EH TUNGGU!" Kutarik tangan Soobin yang hendak keluar dari ruang BK setelah menyadari keputusan konyol yang dia pilih. "Pak nggak boleh kaya gini dong! Dari awal, bapak bilangnya skors bukan panggil orang tua! Labil nih, masa bisa berubah drastis kaya gitu?!"

"Kalau begitu, mau kamu diskors satu minggu?"

"Ya... enggak! Tapi saya mau kok bersihin gudang, kelas kosong, perpustakaan, laborat—"

"Ssst! Sawan dia pak. Kami permisi!" Finalnya menarik lenganku keluar dari tempat yang memiliki aura hitam legam itu. Aku tak akan diam atas keputusan yang hanya disetujui oleh dua belah pihak! Itu tidak adil!

Kalau seperti ini caranya, aku dalam bahaya.

"EH! Soobin apa-apaan, sih?! Lepasin gak!"

"Bacot."

"Gue gak mau orang tua gue dateng ke sini! Lo tuh pembawa sial banget, ish!" Sepersekian detik kemudian ia berhenti yang langsung ku manfaatkan untuk melepaskan tanganku dari genggamannya, kemudian dia berbalik.

"Lo pikir gue mau bersih-bersih ruangan penuh debu sama sarang laba-laba kaya gitu? Kalo emang lo mau kerja sendirian, baru gue iyain!"

"Ok fine! Biar gue yang bersihin semuanya sendirian!"

Yang penting jangan sampai aku mengecewakan kedua orang tuaku dan juga dua kakakku.

"Deal?"

"DEAL!"

-TBC-

The Truth; Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang