14. Big Problem

2.4K 220 37
                                    

Relung pikiranku kacau, benang di otakku benar-benar kusut, gundah gulana menyerangku kala melihat dua manusia yang sama-sama immature saling melempar tatapan yang memicu sumbu pendek kebencian di antara mereka.

Aku yang menyaksikan perang dingin yang semakin sengit ini merasa lelah sendiri. Bahuku merosot lesu, kelopak mataku yang terasa berat karena kelelahan tak akan membiarkanku tidur dengan tenang malam ini.

"Udah si bocah duduk di depan aja sama drivernya, biar nggak ngebacot terus." Soobin angkat bicara, melayangkan tatapan sinisnya jauh lebih tajam.

Beomgyu yang merasa harga dirinya jatuh karena selalu saja dianggap anak kecil oleh Soobin-padahal usianya dengan laki-laki jangkung itu hanya terpaut satu tahun, mengambil satu langkah maju dengan dada membusung ke arah Soobin.

Mata bulatnya melotot bak dia ini preman yang paling ditakuti, tak lupa geraman dari dirinya membuncah keluar, "gue bukan anak kecil ya, kak!"

Semburat hasrat ingin tertawa kutahan sebisa mungkin, melihat betapa lucunya sikap Beomgyu yang ingin marah namun masih menjaga kesopanannya pada yang lebih tua.

"Orang dewasa nggak main-main sama cewek, bocil. Main barbie aja sana, balik lagi lo ke playground."

"Bin udah sih, kasian-"

"Yess! Kak Nara belain gu-"

"-nggak liat tuh udah jelek gitu mukanya."

Soobin tertawa puas di atas penindasan seorang Beomgyu. Matanya menyipit bahagia, rahangnya terbuka lebar, lesung pipi yang menambah kesan manis pada Soobin terlihat jelas.

"KAK NARA IH!"

Beomgyu mendorong tubuhku pelan, meleburkan fokus pandanganku dari Soobin.

"Ya-yaudah Gyu, ka-kamu mau ikut kakak pulang, kan? Mau main?" Tanyaku dengan logat yang tak jelas, salah tingkah karena tawa dari Soobin barusan.

Sampai aku tak sadar kalimat apa yang kuucapkan barusan.

"YEY AYO KAK!" Anak itu tiba-tiba menarik lenganku cepat, membawaku mendekat pada mobil online yang tengah menunggu kami sedari tadi. Beomgyu melompat-lompat kecil sembari mengayunkan kepalanya, ia berirama senang.

Sebenarnya, ia lebih cocok menjadi adikku.

Baiklah, sampai sekarang pun, aku masih butuh penjelasan dari diriku sendiri. Kenapa dulu aku bisa menjalin hubungan dengan bocah ini hanya karena tampangnya?

Mungkin saja karena waktu itu aku masihlah seorang remaja labil. Sekarang pun masih, berarti aku dulu itu merupakan remaja yang sangat labil.

Driver yang semula di dalam mobil, keluar untuk membukakan pintu mobilnya.

"Ayo dek, masuk-masuk!" Sambut bapak itu dengan nada yang terdengar menyenangkan.

"Makasih pak." Aku menghentikan pergerakan pintu mobilnya saat driver meninggalkan kami untuk kembali ke kursi kemudi.

Tubuhku merunduk, baru saja ingin masuk sampai tangan besar Soobin menarikku, memaksa tubuhku untuk keluar lagi.

"Apalagi Bin?"

"Gue duduk di belakang sama lo, ini bocah biarin aja di depan kenapa sih?" Nada bicara Soobin terdengar kesal.

"Lo kenapa, sih? Dendam banget sama Beomgyu kayanya?"

"Masih nanya?!" Gertak Soobin, mencengkeram lenganku kencang, tatapan matanya seolah menusuk retinaku. "Lo udah di-"

Tin Tin!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Truth; Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang