08. I'm Fine

2.1K 258 1
                                    

Happy 1k readers~

Terima kasih banyak!🙏🏻💕

Selamat membaca~

©soobincredible

Sepanjang perjalanan aku tidak fokus, hanya mengayuh sepeda saja. Pikiranku melayang ke mana-mana, dari tadi dia bicara pun aku abaikan.

"Nar! Jangan ngelamun mulu! Nanti kalo kesurupan bawa pulang lo susah! Gue nggak mau tanggung jawab!" Cuitnya kesal, berbalik sebentar hanya untuk memukul tanganku pelan.

"Iya iya." Keluhku mengalah.

Pusing juga menghadapi Soobin yang bawel seperti ini.

"Lo nggak sedih orang tua lo mau pisah?" Tanya Soobin tiba-tiba, mataku memicing ke arahnya.

"Lo nggak liat mata gue bengep kaya gini?!"

"Bukan, maksud gue sampe sendu banget gitu, mikirin lamat-lamat kaya orang yang baru diputusin."

"Ngapain juga sampe kaya gitu, Bin? Mau disesalin kaya gimana lagi? Kan bukan gue yang ngejalanin itu semua. Itu masalah cinta mereka. Gue, kak Taeyong dan kak Jungwoo nggak ada hak untuk ikut campur."

"Tapi lo rela mereka pisah?"

"Ya... rela nggak rela, tapi harus rela. Perihal itu kayanya mereka udah yakin, apalagi pas gue denger dari papa kalo mama itu seling—"

"Ssst—udah nggak usah dibahas lagi, nanti lo nangis dikira gue yang apa-apain lo."

Aku tersenyum karena aku tau maksudnya, dia tak suka melihatku menangis. Aku terlalu cengeng, katanya.

"Gue sih fine aja, Bin. Kaya ngerelain orang meninggal yang nggak bisa diganggu gugat, terus sedihnya nggak boleh lama-lama."

"Horor banget njir sandingannya orang meninggal." Manusia itu bergidik ngeri lalu tertawa kecil dari depan sana.

Ngomong-ngomong... dengan siapa aku akan tinggal nantinya? Dengan papa, kah? Atau mama?

"Ini mau ke mana?"

Kalau mereka bercerai, mama yang ketahuan selingkuh, apa ia akan menikah setelah itu?

Ah apa yang telah aku pikirkan?

Tapi, bagaimana nasib papa kalau mama—

"Gue bawa lo pulang." Mendengar kata pulang, telingaku berjengit.

"IH ENGGAK! Awas aja Bin sampe lo bawa gue pulang! Gue nggak mau gila! Gue masih mau jadi orang waras!" Protesku setengah berteriak, menggerakan stir sepeda dengan arah yang tak tentu.

"Woy anjir, jangan gitu dong! Ini sepeda nggak ada asuransinya! Punya Yeonjun lagi! Siapa tau belum lunas, udah rusak aja nanti!"

Aku tak menggubris perkataannya itu. Keheningan di antara kami kembali menguar ditambah suasana yang mendukung, semakin membuatku kembali sendu.

Ingatanku kembali mengulang kisah indah itu. Sewaktu mama dan papa masih saling mencintai, tak ada pengkhianatan atau yang berkhianat. Di saat mereka menyatu karena cinta yang tulus, bukan paksaan atau hasil sandiwara.

Tuhan... kalau memang ini skenario terbaik dariMu untuk mama dan papa, maka setelah mereka berpisah dan mereka memiliki keluarga baru, tolong damaikanlah keluarga itu. Jangan sampai hancur seperti keluarga lamanya karena aku menyayangi mereka.

Aku tak mau mereka terluka di sayatan yang sama.

"Hiks..."

Hatiku seperti dikoyak oleh cakar elang, sangat perih dan begitu sesak sampai tak mampu untuk bernapas dengan normal.

The Truth; Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang