Menikah dengan orang kaya itu bukan jaminan hidup selalu senang. Setidaknya begitu keadaanku saat ini. Ricky jadi semakin sibuk, proyek ini, rapat itu. Padahal ayah sudah memintanya untuk tidak terlalu gila kerja.
Secara keuangan, kehidupanku tidak bermasalah. Suamiku juga bukan orang yang pelit pada keluargaku. Hanya saja kejadian yang menimpaku dulu cukup membekas pada dirinya. Dia jadi over protective terlebih kalau aku ingin mengajak aurel keluar. Banyak sekali ini itu-nya. Aku sendiri berusaha kembali normal, terlebih dengan aurel yang harus kurawat.
Ricky ingin memastikan keluarga kecilnya terjaga dengan baik. Alasan yang selalu sukses untuk membungkam mulutku dari kalimat protes. Kami masih tinggal dirumah bunda, setidaknya sampai aku mempersiapkan materi untuk sidang besok.
"masih inget pulang". Wajahku cemberut saat dia masuk. Belakangan ini dia tidak pernah punya waktu untukku, berbeda waktu masih pacaran.
Ricky tidak menjawab, duduk di sofa sambil melonggarkan dasinya. Tas kerjanya dilempar ke sofa sebelah.
"ributnya nanti saja. Cape nih. Ambilin air dong". Aku menurut walau masih kesal. Selalu begini, walau aku tau dia capek, setidaknya hargai kehadiranku.
Tanganku menaruh gelas dimeja. "mana aurel?".
"lagi sama bunda". Mataku melirik kearah kerah kemejanya. Sebuah cap bibir warna merah terlihat.
Aku melotot kearahnya. "itu apa. Kok ada lipstik di kemejamu". Emosi yang kutahan meluap.
"oh ini tadi ada sekretaris baru, ga sengaja mau numpahin air. Aku tahan tapi sempat nabrak ke badanku". Aku tau dia jujur, tapi tetap saja cara bicaranya membuatku kesal.
"oh pantas ga ingat pulang. Ada mainan baru ya!". Aku bergegas pergi ke kamar, membanting pintu dengan keras. Tidak ada permintaan maaf darinya. Suaranya menghilang, dia mungkin pergi ke rumah utama.
Menyebalkan. Perkawinan tidak seindah cerita dongeng. Kupikir setelah masalahku selesai, kami dapat hidup dengan tenang. Yang terjadi kami malah selalu ribut.
Saat aku keluar, beranjak menuju bangunan utama. Dari jendela kulihat, keuarga Ricky sedang bermain dengan aurel. Suamiku ada bersama mereka. Wajah lelahnya berganti senyum saat menggendong bayi mungilku itu. Salah seorang sepupunya perempuan-nya kebetulan sedang berkunjung.
Dia cukup cantik, sexy dan terlihat serasi dengan suamiku. Ricky tampak nyaman, keduanya terlihat seperti suami istri dengan aurel ditengah-tengah mereka.
Rasa cemburu membakarku. Ricky sudah jarang memperlihatkan senyum itu. Setiap hari hanya wajah lelah yang ditunjukannya. Seberapa besar usahaku mencoba untuk membuatnya nyaman tetap saja hasilnya mengecewakan. Apa dia sudah tidak cinta lagi padaku?
Kutenangkan emosiku saat memasuki ruang tengah. "bunda, aku ambil aurel dulu ya sudah malam".
Ricky mendelik. "biar disini dulu saja". Tangannya menepis uluran tanganku yang akan membawa aurel dari gendongannya.
"udah malam kak. Jadwalnya aurel tidur". Ingin rasanya memukul suamiku ini kalau tidak ada orang.
Aurel dibawa kepelukannya. Dia terlihat nyaman dalam dekapan ayahnya. Bayiku yang mungilku itu memang dekat dengan ayahnya. Aku sampai bingung, padahal aku yang selalu bersamanya. Bunda pernah bilang kalau anak perempuan biasanya dekat dengan ayahnya.
Tapi aku tetap bersikeras membawanya. Pertengkaran jadi susah untuk dihindari. "kalian berdua berhenti bertengkar. Kayla biarkan suamimu bermain dengan putrimu sebentar. Dia-kan kerja seharian, kau tidak kasihan". Bunda selalu saja membela Ricky. Ini sebabnya aku ingin segera pindah ke rumah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Kayla
Romance( Cerita sudah di buat versi cetak dan di wattpad hanya sampai part 4) Cerita sequel dari my lovely kayla. Perjalanan setelah pernikahan yang tidak seindah cerita dongeng. Konflik keluarga juga memperumit jalan hidup Kayla. Bisakah nona ceroboh ini...