Cr pic from pins.
"Asal lu tau, gua paling ga suka sama orang kayak lu."
Gua mendengar suara langkah kaki menjauh. Gua tau Evan pergi dari hadapan gua, tapi gua ga berani melihatnya. Gua ga tahan, ini udah keterlaluan. Dan sialnya, air mata gua ga bisa dibendung lagi.
Gua mengusap wajah gua kasar. Tubuh gua rasanya lemas. Gua terduduk di koridor sekolah, menekuk kedua kaki gua dan menelungkupkan kepala gua di antara kedua tangan.
Pertama kalinya menyukai seseorang dan inilah yang gua dapatkan. Bahkan ditambah hinaan yang membuat semuanya terasa lengkap. Apa yang udah gua lakuin? Seketika gua merasa menjadi orang yang paling bodoh sedunia. Rasa menyesal mulai berdatangan dan membuat gua merasa tertekan.
Gua ga mau menyalahkan Tuhan. Ini salah gua sendiri. Gua udah bertindak terlalu jauh dan ini konsekuensinya. Gua sesaat melamun. Pikiran gua mulai menyelami kejadian yang gua pernah alami dulu. Ketika gua merasa dunia itu ternyata berwarna. Bukan hanya warna hitam dan putih. Ketika gua bertemu dengannya pertama kali.
"Kamu kenapa melamun terus setiap hari?" Seorang anak kecil menghampiri anak berambut coklat gelap yang sedang terduduk melamun sambil memegang beberapa lembar kertas berwarna.
Anak berambut coklat gelap tersebut tersentak dari lamunannya. Ia mengerjap, mendongak menatap anak yang berdiri di depannya namun tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Anak yang berdiri tersebut kemudian berinisiatif untuk duduk di hadapannya. Ia memperhatikan kertas yang dipegang oleh anak berambut coklat gelap.
"Kamu mau buat apa dengan kertas-kertas itu?" Katanya menunjuk kertas-kertas lipat berwarna itu.
Anak berambut coklat gelap menggeleng, "Aku ga mau buat apa-apa.."
"Lalu itu untuk apa?"
Anak berambut coklat gelap terdiam menatap kertas-kertas berwarna yang dipegangnya. "Aku mau belajar membedakan warna."
Sontak anak dihadapannya mengernyit bingung, "Kamu belom bisa?"
Dan dijawab dengan gelengan. Baru kali ini ia menemui seorang teman yang sepantaran dengannya di tempat penitipan anak yang belom bisa membedakan warna. Ia harus bertanya namanya, "Nama kamu siapa?"
"Vian.."
"Aku Evan." Anak itu mengambil kertas berwarna biru dan hijau yang dipegang anak berambut coklat, "Nah Vian, coba tebak ini warna apa dan ini warna apa?"
Raut wajah Vian tampak serius bercampur bingung. Ia berusaha berpikir keras namun nihil, ia tidak tau warna asli keduanya apa. Setelah sekian menit Evan menunggu, akhirnya dengan ragu Vian menjawab, "Merah dan kuning?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Monochromacy in Love
RomanceGua sudah menduga cepat atau lambat mereka bakal tahu. Tapi gua kagak nyangka situasinya bakal separah ini! Aaaaa!!!! Gua yang merupakan preman sekolah bisa-bisanya dibully!? Apa sesalah itu kalau gua berbeda? Sekarang gua harus gimana kalau ketemu...