2

20 5 0
                                    

"Bisakah kau buang embel-embel nie setiap menyebut namaku?!" Teriak jimin kesal lantaran dipanggir dengan jiminnie.

*

"Ahh kau selamat chagy.. kau sangat membuatku bangga.." ucap wanita paruh baya itu cipika cipiki anak perempuannya.

"Kau dari kecil sampai sebesar ini selalu pintar.. kau memang keturunanku kau mengikuti jejakku" kata pria paruh baya itu memeluk anak perempuannya.

"Ini semua bukan apa-apa.. appa eoma.. " balas gadis itu tenang.

"Ahh tentu saja kau sangat rendah hati~ makanlah ibu masak banyak untukmu chagi" mendorong anaknya untuk duduk dimeja makan.

"Sohyun.. kau sudah membuatku sangat bangga dengan menjadi siswi lulusan terbaik tahun ini apa kau ingin melanjutkan S2 mu dinewyork?" Tanya sang ayah duduk dimeja makan.

"Terserah kalian saja.." balas gadis itu memakan makanannya.

"Annyeong~ aku pulang.." teriak hoseok ceria diambang pintu.

"Appa eoma aku peringkat pertama dikelas seni!" Ucap hoseok semangat memberikan selembar kertas sertifiat juara.

"Kelas seni?" Tanya sang ayah.

"Iya appa.. dan aku berada diperingkat pertama.." senang hoseok ikut duduk dikursi meja makan.

"Jadi selama ini kau mengikuti kelas seni?" Tanya sang ibu memastikan.

"Nee.. aku mengikutinya selama ini" jawab hoseok tersenyum ceria berharap ibu dan ayah nya akan sekedar memberikan ucapan selamat.

Bruakkhhh! (Suara gebrakan meja)

"Berhenti mengikuti kelas seni! Kau tau itu pelajaran yg sia-sia! Jangan jadi anak bodoh dan tidak berguna seumur hidupmu hoseok!" Bentak marah ayah hoseok menggebrak kuat meja dengan tangannya.

"Ahhkk..uu.. mm..iiaannhae.. appaa.. " ucap hoseok terbata-bata menahan sesak didadanya.

"Sudahlah kau memang tidak berguna! Lebih baik kau belajar seperti nunnamu yg selalu berbakti dengan semua ptestasinya tidak sampah seperti senimu itu!" Ucap sang ayah penuh dengan nada penekaan membuang sertifikat juara sini hoseok kelantai.

"Setidaknya kau tidak menari-nari seperti banci . Cukup melukis itu seni yg bisa kumaklumi . Sudahlah ayo makan jangan mendebatkan hal tidak penting seperti ini. Jangan merusak siasana baik yg dibawa nunnamu" kata sang ibu dengan dinginnya.

Hoseok menundukkan kepalanya menahan gemuruh kesedihan dihatinya, berusaha sekuat mungkin tidak menetaskan air matanya didepan keluarga kecilnya.

"Aku melihatnya.. kalian sangat senang tadi saat nunna.. tapi disaat aku..? Kenapa? Bukannya aku juga anak mereka..? Kenapa setiap kali aku berusaha hasilnya selalu sama? Reaksi kalian sangat berbeda terhadapku dan nunna.." pikir hoseok sedih menahan tangisnya.

Sohyun selaku kakak perempuan hoseok tidak berbuat apa-apa melihat adiknya dicerca dan tertunduk murung setelahnya sebab saat seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari .

Hoseok yg terus menerus berusaha mencari perhatian kedua orang tuanya selalu mendapat cacian dan hinaan dari kedua orang tuanya, bagaimana dengan sohyun? Sohyun hanya bisa diam menatap dingin namun terdapat kilat sendu disorot mata sohyun setipa kali menatap hoseok.

Mereka makan malam dengan hening hoseok enggan membuka suara, hoseok memakan makanannya dengan perlahan menahan sakit dihatinya kalau saja tadi hoseok tidak banyak meminum air putih mungkin dia sudah menetaskan air matanya .

Selesai makan hoseok melangkahkan kakinya memungut sertifikat juaranya dilantai yg dicampakkan oleh ayahnya tadi.

"Jangan pungut sampah itu hoseok! Jangan belajar jadi pemulung! Kau bodoh sudah sangat membuatku malu" bentak sang ibu yg marah akan seokjin yg keras kepala tetap memungut kertas itu dan berlalu pergi.

no more dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang