{LC: 6}

3.4K 125 7
                                    

Saya bisa memaafkan kesalahan orang lain kecuali kebohongan, karena kebohongan adalah akar masalah
~Vadera Delta Anka~

Kalau baca harap vote dan komen ya, apa gunanya sih jadi Silent Readers, lebih baik dukung cerita yang kalian baca agar penulis semangat dari pada nanti nyesel cerita ini enggak lanjut karena kurang dukungan pembaca.
..........................................

Aldan duduk di samping brankar, tempat Dera berbaring dan sampai sekarang dia masih belum kunjung bangun, hal itu membuat Aldan khawatir. Ia menggenggam tangan Dera dengan lembut dan erat, lalu mencium punggung tangannya dengan lembut.

Aldan tak menyangka Dera akan hadir ke Malam Penghargaan itu, padahal ia sudah menyembunyikannya dari Dera agar Dera tak datang mengingat sekarang Dera sedang hamil dan penyakit yang dideritanya menuntut Dera untuk beristirahat dengan cukup.

Jari lentik yang berada di genggamannya bergerak perlahan-lahan lalu kelopak mata indah itu perlahan-lahan terbuka dan menatap bingung sekitar, Aldan tersenyum senang saat melihat Dera akhirnya sadar namun sepertinya berbeda dengan Dera yang malah menatap tajam dan penuh kebenciannya lalu melepaskan tangannya dengan kasar dari genggaman Aldan.

Belum sempat Aldan bicara, Dera sudah lebih dulu melepas paksa infus di tangannya dan selang oksigen di hidung serta mulutnya, ia langsung berdiri hendak keluar dari ruangan ini. Dera tak sudi satu ruangan dengan seorang pembohong seperti Aldan namun Aldan langsung menghalangi jalannya dengan berdiri di depan pintu.

"Saya mau keluar, minggir!"

"Kamu salah paham, saya punya alasan enggak bawa kamu ke Malam Penghargaan, kondisi kamu alasan saya melakukan itu. Kamu harus berbaring dulu, kata dokter kondisi kamu lemah."

Tangan Dera mengepal kuat saat melihat Aldan masih saja berakting sok peduli padanya lalu ia menampar keras pipi mulus Aldan hingga menimbulkan warna merah, Aldan terkejut saat Dera tiba-tiba saja menamparnya.

"Saya tahu kamu aktor tapi jangan pernah tunjukkan keahlian kamu itu depan saya karena saya enggak butuh itu."

"Terserah kamu mau bicara apa, tapi sekarang kamu berbaring dulu."

Aldan memaksa Dera untuk kembali berbaring di brankar, sedangkan Dera meronta tak mau apalagi jika kulit mereka bersentuhan, hal itu membuat Dera jijik. Dera langsung mendorong Aldan dan berlari keluar dari kamar rawatnya tanpa peduli teriakan Aldan yang memanggil namanya.

Dera sudah terlanjur kecewa pada Aldan terutama pada dirinya sendiri yang menaruh harapan kebahagiaannya pada Aldan tanpa meragukan sedikit pun karakter Aldan namun pria itu menghancurkan kepercayaannya dalam semalam.

Air mata menetes di pipi Dera saat mengingat tentang kejadian malam itu di mana Aldan lebih memilih datang bersama wanita lain yang merupakan junior di Dunia Perfilman dibandingkan dirinya yang jelas-jelas berada di depan pria itu.

Dera menghentikan taksi yang melaju ke arahnya, saat ia hendak masuk Aldan malah menarik tangannya masuk ke dalam rumah sakit kembali. Supir tersebut hanya geleng-geleng kepala melihat tingkat sepasang kekasih itu lalu menjalankan taksinya kembali.

"Lepaskan saya, saya mau pergi."

"Kamu salah paham sama saya."

Dera memutar mata jengah melihat Aldan masih bersikeras mengatakan bahwa ia salah paham padahal semuanya sudah sangat jelas. Dera menghempaskan tangan Aldan dengan kasar lalu menatap mata Aldan Dan berjalan mendekat pada Aldan, memangkas jarak di antara mereka.

"Kamu kira saya akan jatuh ke jurang yang sama untuk kedua kalinya?"

"Saya enggak punya hubungan apa-apa sama wanita mana pun semenjak kamu tinggal di rumah saya."

"Terus saya harus bilang WOW gitu? Kamu memanfaatkan saya untuk karir kekasih kamu itu agar posisi Aktris Terbaik jatuh ke tangan kekasih gelap kamu? Taktik yang basi!"

Aldan tak tahu harus melakukan apalagi untuk menjelaskan pada Dera akan apa yang terjadi sebenarnya, Dera sendiri hanya menatap penuh amarah pada pria di depannya ini. Sebuah cahaya dan suara jepretan kamera membuat keduanya menoleh dan terkejut saat melihat ada Paparazi di Rumah Sakit yang sedang merekam pertengkaran mereka.

"Kita kembali ke kamar rawat kamu, aku akan jelaskan semuanya."

"Tapi aku enggak mau! Bicara saja disini biar semua tahu kalau kamu dan kekasih gelap kamu itu memanfaatkan saya!"

Aldan menatap kesal pada Dera yang menatapnya dengan tatapan menantang apalagi senyum miring di bibirnya yang membuat Aldan tahu kalau masalah ini akan berujung panjang, apalagi Paparazi itu semakin berani mendekat saat tahu Dera ingin pertengkaran ini diekspos oleh Media.

"Nyonya Dera, ada hubungan apa dengan Aldan?"

"Saya bukan siapa-siapa dia, hubungan kita hanya hubungan satu malam dan Aldan hanya bertanggung jawab atas kehamilan saya tapi nyatanya dia memanfaatkan saya untuk karir kekasihnya merupakan pemeran pembantu di Film kami yang baru ini."

Aldan ingin sekali berteriak pada Dera untuk menghentikan drama ini namun wanita itu terus saja berbicara sesuka dirinya di depan Paparazi, Paparazi tersebut terlihat sangat senang dengan info yang ia dalat dari aktris ternama dan Aldan yakin berita ini akan langsung ditayangkan eksklusif di Televisi.

Dera baru saja ingin bicara kembali namun Aldan langsung menarik kuat tangannya hingga Dera tak bisa melawan atau membebaskan diri, Paparazi itu mengejar kedua artis ternama tersebut berusaha mengorek info lebih banyak lagi.

"Tuan Aldan, apa benar yang dikatakan Nyonya Dera?"

Aldan hanya diam tak menjawab malah Dera yang menjawab dan mengiyakan, belum sempat Paparazi bertanya lagi, Aldan langsung menutup pintu kamar rawat dengan kasar dan menimbulkan bunyi nyaring, tak lupa ia mengunci pintu agar Paparazi itu tak bisa masuk.

Aldan menatap penuh amarah pada Dera namun Dera malah tersenyum tanpa berdosa dan tetap bersikap santai, akhirnya amarah Yang sedari tadi ia tahan keluar lewat nada bicaranya yang naik beberapa oktaf pada Dera.

"PUAS KAMU SUDAH KASIH TAHU SEMUANYA!"

"PUAS PAKAI BANGET!"

Tangerang, 21 Mei 2020

LIFE CHOICESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang