{LC: 7}

1.1K 43 0
                                    

Dia kembali lagi dan mengingatkanku akan kenangan buruk itu
~Vadera Delta Anka~

Semakin sedikit atau menurun vote dan komen tiap part maka akan semakin lama update dan menambah peluang untuk cerita ini dihapus dari wattpad.
.

..............................................

Aldan menatap frustasi ke arah layar televisinya yang menayangkan kejadian semalam, interview singkat di rumah sakit sekarang menjadi berita trending teratas hari ini mengingat isi berita itu mengenai dirinya dan Dera yang mendapat gelar King & Queen Hollywood.

Ia langsung mematikan saluran televisi itu karena muak dengan isi berita yang sangat dilebih-lebihkan oleh pembawa berita agar rating saluran mereka naik hanya karena satu berita.

"Dera benar-benar keterlaluan, dia bicara dengan mudahnya mengenai masalah kami."

Aldan langsung berjalan ke kamarnya dan Dera, lalu membuka kasar pintu tersebut membuat pemiliknya terkejut dan menatap tajam ke arah Aldan, Dera yang tak mau peduli dengan apa yang dilakukan pembohong ini kembali melanjutkan kegiatan menggunting kukunya.

"Kau sudah menonton berita hari ini?"

Dera menoleh ke arah Aldan dengan kening berkerut karena tak mengerti maksud Aldan yang menanyakan tentang berita, namun ia membalas dengan menggelengkan kepalanya pertanda belum menontonnya.

Aldan memutar mata jengah melihat sikap acuh tak acuh yang diberikan oleh Dera, ia langsung mengambil remot dan menyalakan televisi, karena menjadi trending hari ini tanpa harus mencari Channel yang menayangkan berita semalam sudah langsung ditemukan saat televisi menyala.

Bukannya merasa bersalah Dera malah tertawa mengejek melihat berita semalam lalu asyik menontonnya sambil menatap mengejek ke arah Aldan. Pria itu langsung mematikan televisi tersebut karena kalau tidak dimatikan bukannya bicara Dera malah akan menonton seharian penuh berita itu.

"Berita yang bagus, ternyata wartawan itu pintar juga mengolah berita."

"Dera ini bukan waktunya bercanda, kau sudah membuat masalah yang besar!"

"Aku tidak peduli dan tidak mau peduli tentang masalah besar itu."

Dera menatap tajam Aldan lalu berdiri dan mengambil tas kecilnya hendak pergi dari kamar ini karena malas berdebat dengan Aldan namun pria itu mencekal tangannya lalu mendorongnya dengan pelan hingga ia kembali duduk di pinggir kasur.

"Aku harus melakukan apa agar kamu percaya kalau aku enggak memanfaatkan kamu apalagi untuk wanita lain, aku mungkin enggak mencintai kamu tapi aku bisa menjanjikan kamu kesetiaan."

Aldan menatap tajam Dera berusaha untuk mengintimidasi wanita keras kepala di depannya, sedangkan Dera malah membalas tajam kembali ke arah Aldan dan tak terpengaruh sama sekali melihat tatapan tajam Aldan.

"Caranya cuma satu, saya mau balik ke Dunia Entertainment, kamu bisa bolehin saya? Buktikan kalau kamu enggak masalah lihat saya sukses dengan gelar aktris terbaik kembali."

"Dera, saya bisa mengabulkan itu kalau keadaan kamu baik-baik saja nyatanya enggak, keadaan kamu sedang buruk, penyakit dan kehamilan kamu bisa membahayakan nyawa kamu."

"Kalau gitu, jangan cegah saya pergi dan satu lagi tanpa izin kamu, saya akan tetap kembali ke dunia Entertainment."

Dera mendorong tubuh Aldan agar tidak menghalangi jalannya lalu keluar dari kamar dan meninggalkan Aldan yang menatap frustasi punggungnya, ia tak tahu bagaimana membuat Dera mengerti.

Dera sendiri sangat kesal dengan jawaban Aldan yang mengatasnamakan penyakit dan kehamilannya, suara dering ponselnya membuat Dera berhenti dan mengambil dulu ponselnya ternyata ada panggilan dari nomor tak dikenal membuat Dera bingung karena yang tahu nomor pribadinya hanya segelintir orang, itu pun yang sudah sangat dekat dengannya namun Dera tetap mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, ini siapa ya?"

"11 tahun berlalu, ternyata kamu sudah melupakan saya juga melupakan malam itu di mana seorang Anka yang polos berubah menjadi Dera yang liar."

Tubuh Dera diam mematung, bibirnya terasa sangat kelu hingga sulit bicara, setetes air mata turun di pipinya saat mendengar apa yang diucapkan penelepon itu mengingatkannya pada malam penuh luka dan sangat menyakitkan.

Ponsel tersebut jatuh dari tangannya karena tak kuat mendengar lagi ucapan orang tersebut, Aldan menatap terkejut ke arah Dera setelah mendengar suara benda jatuh yang ternyata ponsel Dera, ia langsung menghampiri wanita itu dan terkejut sekaligus khawatir saat melihat air mata mengalir di pipi Dera dan wajah ketakutan yang sangat kentara di wajah cantik itu.

"Dera, kamu kenapa? Bicara sama aku."

"Dera jawab, Dera siapa yang menelepon kamu tadi? Dia pasti yang buat kamu kaya gini kan?"

Dera hanya diam dan menatap kosong ke depan, ia ingin bicara namun lidahnya terasa bertulang hingga sulit untuk bicara, ia berusaha bicara dan akhirnya bisa walaupun hanya beberapa kata, sedangkan Aldan mengusap air mata di pipi Dera dengan lembut.

"Pria itu kembali."

"Pria siapa? Apa yang dia katakan sampai kamu bereaksi seperti ini."

Aldan menekan lembut kedua sisi pipi Dera berusaha membuat Dera bicara namun Dera yang sudah tak kuat berdiri karena ubuhnya terasa sangat lemah hingga tubuhnya jatuh di lantai dengan keadaan tak berdaya membuat Aldan khawatir dan langsung memangku kepala Dera di pahanya dan menepuk pipi Dera berusaha menyadarkan Dera.

"Dera sadar, aku ada di sini, bangun Dera."

Hasilnya nihil karena Dera tak kunjung bangun, Aldan berusaha mencari tahu siapa yang menelepon Dera namun ponselnya sudah rusak dan hancur sehingga tak bisa terbuka lagi, Aldan pun langsung menggendong Dera ke kamar lalu membaringkannya di atas kasur sambil mengusap rambut panjang Dera dengan lembut.

"Masih banyak rahasia yang kamu simpan dari saya, Dera."

Tangerang, 28 Mei 2020

LIFE CHOICESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang