{LC: 8}

1.3K 45 1
                                    

Walau badai menghadang
Namun aku akan tetap
Menggenggam tanganmu
~Life Choices~

Halo, jangan lupa dukung cerita ini dengan vote, komen, dan follow karena jika cerita ini sedikit dukungan maka tak akan update dan akan dihapus kembali untuk kedua kalinya dari wattpad, aku ini tipe penulis yang update di cerita yang memiliki banyak dukungan.
...................................

Di sebuah kamar dengan ukuran yang luas dan mewah, terlihat ada sepasang kekasih sedang bertengkar, saling berteriak, dan menatap tajam satu sama lain. Sang wanita mengepak pakaiannya ke koper sedangkan sang pria berusaha menghilangkan bahkan melempar koper tersebut membuat suasana semakin panas dan mencekam di antara keduanya.

"Aku bilang jangan pergi! Berarti jangan!"

"Ini hidup aku, keputusan aku sudah bulat untuk pergi karena aku tahu tempat ini enggak aman untuk berlindung dari dia."

"Dia siapa, Dera? Dari tadi aku bertanya kamu enggak jawab tapi kamu jadikan 'Dia' sebagai alasan."

"Kamu enggak perlu tahu!"

Aldan mengusap wajahnya dengan kasar lantaran frustasi akan jawaban Dera yang membingungkan. Sedangkan Dera sendiri memilih mendorong bahu Aldan yang menghalangi jalannya lalu mengambil kopernya dan kembali mengemasi pakaiannya untuk pergi dari rumah ini.

"Aku janji Dera kalau kamu akan aman di rumah ini, aku akan kerahkan semua kekuatan aku untuk melindungi kamu!"

"Gombalan yang basi!"

Setelah selesai mengemasi pakaiannya, Dera langsung menarik koper tersebut namun kopernya ditendang oleh Aldan dengan kuat hingga terlempar ke tembok dan pria itu memeluknya dengan sangat erat hingga ia tak bisa meronta apalagi melepaskan diri.

"Lepaskan Aldan!"

"Aku enggak akan melepaskan kamu kecuali kamu bicara tentang 'Dia' yang selama ini kamu sebutkan."

Seketika tubuh Dera menjadi diam mematung mendengar ucapan Aldan, ia dilema antara harus menceritakannya atau tidak namun hati kecilnya menjerit, memintanya untuk menceritakan pada Aldan karena entah kenapa ia percaya pria itu bisa melindunginya namun setelah kejadian malam penghargaan itu, Dera menjadi ragu.

Usapan lembut di rambut panjangnya, hembusan nafas hangat menerpa lehernya, dan kecupan singkat di pipinya membuat pertahanan Dera runtuh. Tangan Dera perlahan-lahan naik dan membalas memeluk Aldan dengan erat membuat Aldan tersenyum senang.

"Dia pria yang ada di masa lalu aku, pria yang memperkosaku saat aku masih remaja dan alasan kenapa aku berubah dari wanita baik-baik jadi wanita malam yang nakal."

Tangan Aldan yang sedang memeluk Dera mulai mengepal kuat dan matanya mulai memancarkan amarah dan aura permusuhan, Dera menyadari hal itu namun ia tetap memeluk Aldan dan bersandar di dada bidangnya berusaha menyembunyikan mata berkaca-kaca yang siap menumpahkan air mata ke pipinya.

"Dia sesama artis?"

"Bukan, dia pengusaha, dia paman aku sendiri."

"Apa?!"

"Please, jangan marah. Aku sedang enggak butuh amarah kamu, aku hanya butuh dukungan dan perlindungan kamu dari pria kejam itu."

Aldan tahu Dera mulai menangis, ia bisa merasakan kaos yang ia pakai mulai basah, pasti oleh air mata Dera. Akhirnya ia pun memutuskan untuk tidak menunjukkan amarahnya dan menanyakan hal apa pun tentang pria bajingan itu, ia yakin bisa mencari tahu sendiri tentang pria itu lewat kekuasaannya.

"Jangan pergi Dera, aku janji akan selalu melindungi dan mendukung kamu. Malam itu hanya salah paham, aku hanya khawatir sama kondisi kamu."

"Aku anggap begitu, aku akan melupakan malam penghargaan itu, tapi kamu janji akan jujur tentang hal yang berhubungan dengan aku."

Dera melepaskan pelukannya dengan Aldan lalu menatap berkaca-kaca pria jangkung di depannya dengan pipi sembap karena air mata, ia mengacungkan jari kelingkingnya sebagai simbol janji di antara mereka. Aldan tersenyum geli melihat tingkah Dera namun ia tetap menyatukan jari kelingkingnya dengan jari Dera.

"Aku janji. Sekarang kamu siap-siap dulu, kita ke rumah sakit untuk periksa kehamilan dan kesehatan kamu."

"Iya."

Keduanya saling melempar senyum dan menatap lembut satu sama lain. Kontak mata di antara keduanya terputus saat mendengar suara teriakan yang memanggil Aldan, Dera memutar mata jengah sambil memijit kepalanya yang langsung terserang pusing mendengar teriakan tersebut.

"AYAH!"

"AYAH, VARO NAKAL!"

"AYAH, RAGA NAKAL!"

"Itu anak kamu urusin, kepala aku pusing tahu dengar teriakan dia."

"Iya, kamu siap-siap dulu."

Aldan pun langsung keluar dari kamar Dera dan menuruni tangga untuk menemui kedua puteranya yang sedang bertengkar entah memperebutkan apa, namun keduanya sudah adu mulut dan saling dorong satu sama lain.

Aldan geleng-geleng kepala sambil memijit pelipisnya karena merasa pusing kepala seperti Dera apalagi melihat kedua anaknya yang bertengkar, ia pun langsung melerai keduanya dan memisahkannya.

"Stop! Ini ada apa kok kalian bertengkar?"

"Kak Raga, dia suka sama cewek yang juga Varo juga dan kak Raga itu ketuaan untuk dia!"

"Enggak ayah! Teman dia juga suka sama aku dan soal umur kita cuma beda beberapa tahun!"

"Berhenti! Ayah enggak mau dengar kalian bertengkar lagi karena perempuan, kalian ini masih kecil harusnya pikiran belajar bukan perempuan."

Aldan berusaha menjelaskannya pada anak-anaknya dengan nada selembut mungkin sambil mengusap rambut kedua puteranya, kedua kakak beradik itu menatap sang ayah lalu saling beradu pandang sebelum akhirnya buang muka dengan sombongnya dan berteriak bersamaan.

"Enggak mau!"

Varo dan Raga langsung pergi begitu saja dengan arah yang berlawanan dari hadapan Aldan, sekarang Aldan hanya sendiri di ruang tamu dan menatap kesal pada kedua anaknya itu lalu menatap ke pintu kamar Dera, di mana pria itu sedang bersandar di depan pintu sambil melipat tangannya di depan dada dan menatap geli dirinya yang berusaha mengurus dua puteranya.

"Kita jadi pergi Bapak Aldan?"

"Jadi, Bu Dera."

Keduanya tertawa mendengar sebutan untuk masing-masing, lalu Dera pun menuruni tangga dan langsung menggandeng tangan Aldan untuk pergi ke rumah sakit dan memeriksakan kehamilannya. Sepanjang perjalanan, keduanya tersenyum dan saling berpegangan tangan. Aldan bersyukur hubungannya dengan Dera akhirnya membaik.

Tangerang, 16 Juni 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIFE CHOICESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang