Byte 5

45 7 4
                                    

"Ada yang masih ingat? Untuk menghitung pH dari suatu larutan, maka dapat digunakan sistem perhitungan fungsi logaritma." Pak Bayu, guru mata pelajaran matematika-IPA menggoreskan spidol hitam pada papan tulis di depan kelas. Ujung tintanya membentuk sebaris operasi hitung dengan angka-angka yang tidak kecil. Beliau menjelaskan sekaligus memaksa 46 orang siswa kelas XII MIPA-2 untuk flashback pada materi di awal semester 1 kelas 10 dulu.

Kepala-kepala yang tertunduk dengan pena di tangan, di seisi kelas bercat pink itu bukan mendengarkan. Beberapa di antaranya hanya mencoret asal buku di hadapan mereka demi terlihat mencatat. Beberapa lainnya memainkan ponsel di laci meja. Hanya Viona yang tampak serius memperhatikan dan mencatat setiap ucapan Pak Bayu. Konsentrasinya penuh hingga Eva menggeser selembar kertas berisi pertanyaan, 'ke mana kamu istirahat tadi?'

Viona menoleh pada sahabatnya yang duduk di bangku sebelahnya. Ia sedikit mengernyit lalu menuliskan pesan balasan dan mengangsurkan kembali pada Eva. Aksi surat-menyurat terus berlanjut hingga...

Tak!

Sebuah benda kecil, hitam, terbuat dari jenis plastik polivinil mendarat di meja Viona. Tutup spidol. Viona terkaget dan mengangkat pandangannya. Di depan sana, Pak Bayu berkacak pinggang dengan sorot mata tajam. Dahinya berkerut, mukanya memerah. Jika dibayangkan, mungkin sudah mengepul asap putih di atas kepalanya.

"Ada yang ingin Anda tanyakan, Nona Aster?"

Sontak seluruh pandangan mata mengarah pada gadis yang dikenal disiplin dan disayang guru-guru. Dia selalu dielukan atas ketaatannya pada aturan dan juga kepandaiannya. Namun, beberapa detik lalu, seorang Pak Bayu yang dikenal sabar bisa mengambil tindakan. Apakah kesalahan yang dilakukan Viona begitu fatal? Ia kan tidak berisik, hanya bertukar surat saja dengan Eva.

"Maaf, tidak, Pak," ujar Viona lirih sambil menunduk. Tangannya diam-diam meremas kertas surat yang saat itu memang sedang digenggamnya.

"Anda masih mau belajar atau mau menikmati udara di luar kelas?"
Viona tengadah. Ia menatap guru favoritnya itu dengan tatapan tidak percaya. Apakah itu tadi sebuah pengusiran?

Viona akhirnya memilih bangkit dan berjalan meninggalkan kelas diiringi tatapan permohonan maaf dari Eva. Gadis itu malangkah ke toilet siswa di ujung koridor. Ia bermaksud membasuh wajah saat didengarnya suara seorang yang tidak asing sedang berbincang di balik loker.

SMA Trisaka menyediakan loker bagi siswa-siswinya yang ditata rapi di salah satu sisi koridor setiap gedung. Gedung A untuk kelas 10, gedung B untuk kelas 11 dan 12 jurusan MIPA, dan gedung C adalah lokasi loker kelas 11 dan 12 jurusan IPS dan Bahasa.

Merasa penasaran, Viona mendekati jajaran loker di sisi gedung B, gedung tempat kelasnya berada.

"Kamu sudah janji kan untuk menjaga rahasia ini, Mas?" ujar salah satu suara. Laki-laki dan menurut perkiraan Viona, mereka sebaya.

"Kamu tidak perlu meragukanku. Kita tetap dalam misi semula," ujar salah satu lainnya. Suara ini yang sangat kental di memori Viona. Tanpa melihat pun, Viona tahu siapa pemilik suara ini.

Viona rasa percakapan itu bukan bagiannya. Dia akan menanyakan langsung saja pada yang bersangkutan nanti. Ia melangkah menjauhi loker tersebut, dan berbelok di salah satu koridor lalu masuk ke area toilet.

Gadis itu bergerak mendekati wastafel dan membasuh mukanya. Saat sedang meresapi rasa segar saat kulitnya tersentuh air, getar di saku menginterupsinya. Setelah mengeringkan tangan dengan mengelap pada roknya,Viona mengambil benda pipih yang menjadi sumber getaran itu.

- Mas Khris is calling

Setelah memutar bola mata dan menghembuskan napasnya dengan berat, Viona menjawab panggilan itu.

DRAWBACK [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang