I'm (Not) Your Love Pt. 1

22 1 2
                                    

Eun Hee mengusap air matanya sambil terduduk di sofa kamarnya. Bayangan ketika Wonho memakinya tadi pagi masih hangat di pikirannya. Hanya soal sepele sebenarnya, Eun Hee membuatkan bekal untuknya sebelum pergi ke kantor, dan ketika bekal itu diserahkan pada Wonho, pria itu menepisnya keras hingga terjatuh.

Ini hari ke-240 pernikahannya dengan Wonho, namun pria itu tak juga mendekatinya. Jangankan bermesraan, melihat wajah Eun Hee pun Wonho langsung membuang muka. Tidak berbicara juga tidak berinteraksi. 

Eun Hee berusaha memahami Wonho bersikap seperti itu karena tidak menyetujui dengan perjodohan yang dilakukan kedua orang tua mereka. Perjodohan bisnis, tepatnya. Namun sama seperti Eun Hee, Wonho pun tidak bisa berbuat apa pun. Keberadaan mereka yang masing-masing anak tunggal membuat situasi semakin rumit dan tidak mungkin membangkang perintah orang tua masing-masing.

Tapi sekarang Eun Hee menanggung konsukensinya. Ditinggal sendiri, tidak pernah dianggap, bahkan eksistensinya pun dipertanyakan, apakah Wonho pernah melihatnya sebagai seorang istri?

Apakah Eun Hee begitu bodoh karena mau diperlakukan seperti itu? Ya, sebut saja begitu. Memang seringkali cinta menutup mata dan kiasan itu berlaku untuknya. Sejak pertama kali bertemu dengannya, saat itu juga Eun Hee menyukainya dan rasa itu berubah menjadi cinta. Cinta pada pandangan pertama? Entahlah. Mungkin hal seperti itu memang ada dan Eun Hee adalah salah satu korbannya.

"Apa aku antarkan saja ke kantornya?" gumam Eun Hee pelan dan untuk berapa lama dia bingung sendiri.

"Aku antarkan saja. Nanti bisa ku titipkan di sekretarisnya."

Secepat kilat dia mengemas makanan ke kotak bekal dan pergi mengendarai mobilnya menuju kantor Wonho.

Eun Hee sampai di kantor itu sekitar jam 11 siang. Masih ada sisa satu jam sebelum jam makan siang tiba. Keluar dari lift, dia segera melangkahkan kakinya ke arah ruangan Wonho. Biasanya di meja depan itu duduk sekretarisnya yang dia ketahui bernama Lee Minji. Gadis muda yang cantik. Namun siang ini, tidak ditemuinya gadis itu di sana. Hanya ada meja kosong dengan setumpuk berkas menumpuk di sana.

Eun Hee bingung sendiri. Kalau sekretaris itu tidak ada, bagaimana dia menitipkan kotak bekal itu untuk Wonho?

Berdiri sekian lama, dia memutuskan untuk masuk ke ruangan Wonho. Tidak ada yang melarang bukan? Dia kan istri sah-nya. Eun Hee memang pernah sekali, hanya sekali, masuk ke ruangan itu, tetapi waktu itu bersama ayah dan ibunya. Saat itu mereka juga orang tua Wonho berkumpul di sana. Dan itulah saat pertama dia bertemu Wonho. 

Membuka pintu besar itu dengan hati-hati, juga menutupnya dengan pelan. Jarak dari pintu ke ruang kerja Wonho terpisah oleh ruang tamu bersofa yang memang sengaja disiapkan Wonho untuk menerima tamunya disana.

Begitu masuk, secara samar Eun Hee mendengar suara aneh. Dia menajamkan telinganya. Dia mendengar suara wanita di dalam yang terengah-engah seperti melakukan sesuatu. Berjalan ke arah meja kerja Wonho suara itu semakin jelas. Dan semakin jelas saat dia berbelok ke arah kiri dan dari balik tembok dia melihat semuanya dengan jelas.

Sekretaris itu, Minji, duduk di pangkuan Wonho, tanpa mengenakan apa pun. Dan Eun Hee makin membelalakan matanya saat netranya melihat Wonho pun melakukan hal yang sama. Mereka berdua asyik memadu kasih tanpa menyadari Eun Hee yang melihat semuanya dari balik tembok.

Hati Eun Hee sakit, jantungnya berdetak seribu kali lebih kuat dari biasanya. Tidak menyangka kedatangannya ke kantor hari ini malah melihat hal seperti itu.

Mengapa Wonho tega melakukan hal itu? Lebih memilih Minji daripada dirinya yang notabene istrinya sendiri?

Ada hubungan apa diantara mereka? 

MELLIFLUOUS °one-two shoot°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang