EPISODE 1 - FUCKING PRESS CONFERENCE

13.3K 842 50
                                    

“Nah, itu dia pacar saya!”

A-apa? Siapa? Aku? Eh-heiii... mana mungkin. Aku baru semenit menginjakkan kaki di ruangan ini. Ah, bukan begitu maksudnya, ayolah, kalian pikir saja. Orang yang ada di depan sana adalah chef ternama di negeri ini. Pengikutnya di instagram sudah lebih dari lima belas ribu orang. Belum lagi subscribers di channel Youtube official-nya. Sementara aku, siapa coba aku ini? Cuma reporter majalah kuliner yang sejak dua minggu lalu beralih profesi menjadi seorang stalker demi wawancara super eksklusif junjungan pecinta acara masak se-Indonesia itu. Setidaknya, kami tidak saling mengenal secara personal selama dua minggu ini.

Dia memang beberapa kali membentak dan mengusirku yang bersikeras meminta wawancara dengannya. Aku masih belum salah mengartikan diksi membentak dan mengusir, kan? Apa zaman sekarang membentak dan mengusir itu bagian dari pernyataan cinta? Tidak mungkin.

Kakiku refleks melangkah mundur saat Chef Najja bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahku. Kulirik ke kanan dan ke kiri demi memindai seluruh ruangan yang kini tengah mengarahkan seluruh fokus padaku. Bahkan mungkin, jika dinding dan meja serta kursi itu makhluk hidup, mereka juga akan mengarahkan pandangan intens kepadaku. Duh, kenapa kakiku gemetaran? Lututku benar-benar tidak bisa diajak kompromi sekarang. Gemetarnya sampai ke tulang belakang dan nyaris membuatku berjongkok sebelum Chef Najja merangkulkan tangannya ke pinggangku.

Mataku terpejam, entahlah, mungkin refleks, mungkin juga karena kaget ketika bertemu pandang dengan mata lelaki yang kini menopang tubuhku. Tuhan, cabut saja nyawaku sekarang daripada aku mempermalukan diriku sendiri di depan seluruh reporter televisi yang ada di ruangan ini.

“Kenapa, Sayang? Kamu kaget, ya? Maaf, tapi kurasa sudah waktunya untuk kita show off.” Bisikan itu membuatku merinding. Show off kepalamu! Sampai tadi pagi saja dia masih menolak bertemu denganku, kok sekarang bisa-bisanya dia berkata seperti itu di depan semua orang, di depan kamera yang menyala.

“Che-Cheeef....”

Aish, bukan suara seperti itu yang kuharapkan keluar dari kerongkonganku saat ini. Aku pengin marah dan mengamuk, sedangkan suara tadi justru terdengar seperti rengekan manja.

Chef Najja tersenyum. Tangannya lalu beralih dari pinggang menuju tanganku. Dia menggenggam, oh, lebih tepatnya meremas jemariku. Ada tekanan kuat dalam genggamannya yang seolah memintaku untuk diam dan mengikuti permainannya. Yah, aku bisa apa memangnya. Dia kan tidak pernah memberikanku kesempatan untuk bicara selama ini.

**

“Tolong Anda jelaskan apa maksud Anda tadi, Chef.” Aku tidak merasa perlu berbasa-basi untuk menanyakan hal itu saat Chef Najja meminta bicara denganku secara khusus.

Lelaki itu menyodorkan selembar kertas kepadaku. Aku menerimanya tanpa prasangka apa-apa. Kemudian, dahiku mengernyit saat membaca isinya. Tolong ingatkan aku, ini kehidupan nyata, bukannya drama Korea, iya kan? Yang di hadapanku ini Chef Najja, kan, bukan Jo Jung Suk-Oppa?

“Saya nggak ngerti apa maksudnya ini, Chef,” kataku akhirnya. Memang benar, sih, setelah mempelajari sekilas apa yang tertulis di kertas itu, aku masih tidak mengerti maksudnya. Aku malah berpikir ke mana-mana. Seperti, kapan Chef Najja membuat surat kontrak itu? Bukankah sejak tadi dia berada dalam ruangan yang sama denganku? Apa dia memang sudah menyiapkan semua ini sebelumnya?

“Kamu pasti tahu kan alasan konferensi pers ini diadakan?”

“Buat klarifikasi kalau Chef nggak ada hubungan sama Mbak Wulan,” jawabku tak acuh. “Orang se-Indonesia juga tahu kalau itu.”

Entah aku yang salah lihat atau memang Chef Najja menyeringai, yang jelas hal itu membuatku tidak nyaman. Aku bergerak-gerak gelisah di tempatku duduk. Ingin sekali kutunjukkan betapa aku tidak suka berhadapan dengannya. Tatapan mata sipitnya itu membuatku terintimidasi.

COOKING WITH GIRLFRIEND (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang