EPISODE 3 - MEET NUNO

7.2K 636 33
                                    

Saya nggak tahu kira-kira masih ada yang nungguin cerita ini atau enggak, tapi saya ngerasa berkewajiban menyelesaikannya. Thanks buat yang selalu ngingetin saya bahwa saya masih punya ‘anak’ yang berada di masa pertumbuhan 😅😅

Enjoy this part, Everyone ❤❤

**


Saat Najja berkata manajernya akan datang ke kantor, kukira Mbak Ifa yang kemarin mengurusi kontrak kami. Namun, saat Mas Bayu bilang ada laki-laki yang mencariku, tak dapat kucegah kepalaku menyimpulkan bermacam spekulasi. Masa iya, Najja sendiri yang datang? Atau jangan-jangan justru orang TV yang mencariku untuk meminta klarifikasi?

“Mas, orangnya kayak apa yang datang?” Satu-satunya jalan untuk mengetahui semua itu memang hanya bertanya pada Mas Bayu. “Orang TV ya, jangan-jangan? Bawa kamera nggak?”

Lelaki berseragam biru muda dengan badge bertuliskan OB di dadanya itu lekas menggeleng. “Enggak kok, Mbak. Orangnya datang sendiri. Tinggi, badannya gede.”

“Udahlah, Na. Temuin aja dulu. Najja bilang manajernya kan yang datang?” Mara melongok dari balik kubikelnya. Aku mendengkus. Huh, sok tahu!

“Manajernya tuh cewek, Mar. Namanya Mbak Ifa.” Satu lagi orang sok tahu di sini: aku. Yah, aku sih cuma menjalankan peran sebagai pacar yang baik, kan. Kalau ketahuan aku nggak kenal sama manajernya Najja, bisa-bisa Mara curiga.

Mara mengelus dagunya, aku tahu dia hanya pura-pura berpikir. Mana mau dia memikirkan sesuatu yang tidak menjadi urusannya. “Ya, mungkin aja asistennya atau siapa. Kalau kamu nggak temuin dan tanya langsung, Mas Bayu juga kan nggak ngerti. Ya, Mas Bayu, ya?”

Saat aku menoleh ke arah Mas Bayu, lelaki itu mengangguk beberapa kali sambil nyengir. Setelah menghela napas panjang, aku beranjak dari kursiku. “Ya udah, deh. Di mana orangnya, Mas?”

Mas Bayu mengantarku ke lobi. Laki-laki itu di sana. Duduk di kursi panjang sambil menunduk. Saat aku berjalan mendekat, dia mengangkat kepalanya dan menemukanku tepat di hadapannya.

“Nalini?”

Langkahku terhenti. Bersamaan dengan itu, seteguk ludah terpaksa kutelan. Gigiku beradu hingga rasanya rahangku sakit. Tatapan mata itu, belum berubah sejak terakhir kali aku melihatnya. Saat dia tersenyum, kutahu senyum itu juga belum berubah.

“Apa kabar, Na?” Tanpa izin, lelaki itu melangkah lebar-lebar hingga mengikis jarak kami, lalu merengkuhku dalam peluknya. “Aku kangen.”

Kupejamkan mata untuk menguatkan diri. Ini bukan saatnya terbawa suasana. Seharusnya aku mengingat bagaimana lelaki itu meninggalkanku empat tahun lalu. Bukannya terus mengingat tatapan mata dan senyumnya yang selalu bisa membuat hatiku melemah.

Aku mendorong tubuhnya perlahan untuk merenggangkan pelukannya. “Aku nggak tahu gimana caramu menemukanku. Apa maumu sekarang?”

Lelaki itu tergeragap, seolah aku mengingatkannya pada sesuatu. Dia berdeham. “Najja memintaku menjemputmu.”

Dahiku refleks membuat kerutan. “Najja?”

Sambil mendesah, lelaki itu mengulurkan tangannya ke hadapanku. “Perkenalkan, saya Nuno, manajer Chef Najja Danuatmaja.”

Mataku mengerjap sekali, lalu sekali lagi. “Nggak mungkin.”

**

Meski berkali-kali aku menyangkal, kenyataan memang tak mungkin berubah. Nuno memang manajer Najja. Seingin apa pun aku mengubahnya, keadaan itu tidak mungkin berubah. Sama seperti perasaanku. Aku tahu sudah bisa melupakannya sejak bertahun-tahun lalu, tapi satu pertemuan kami membuatku teringat semua momen yang pernah kami lewati dulu.

COOKING WITH GIRLFRIEND (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang