EPISODE EKSTRA: JE T'AIME

8.3K 585 28
                                    

Halohaaa... Akhirnya ekstra part bisa diposting juga 😭😭

Maaf kalau cuma pendek, ya. Sebenernya, setelah ending tuh saya nggak tau lagi mereka mau diapain. Jadi yagitu 🙈🙈

Kalau mau ekstra part lagi, bolehlah dikasih usulan mau momen apa 🤭 insya allah kalau nggak ada halangan, nanti dibikinin 🤗

See youuu~

🌼🌼🌼

Kalian harus tahu, hidup tidak akan berubah hanya karena sudah bersama dengan orang yang kalian cintai. Kuberi tahu satu hal, jangan pernah memercayai novel-novel roman yang kalian baca tiap akhir pekan itu. Jangan pernah percaya pada jalan cerita dalam sinetron atau film bergenre roman. Karena pada kenyataannya, bersama dengan orang yang kita cintai bukanlah happy ending yang sesungguhnya.

"Beneran kamu harus balik ke Jakarta minggu depan?"

Aku menghela napas. Ini sudah kesekian kalinya Najja bertanya. Apa iya, aku harus menjawab lagi? Memangnya jawabanku akan berubah atau apa kalau dia terus bertanya?

"Kamu bilang kontrakmu lima tahun di sini." Lelaki itu bersedekap, merajuk. "Padahal, kontrak Je T'aime udah kubikin sekalian lima tahun, biar nanti kita bisa pulang barengan begitu kontrak habis."

Aku menggeleng-geleng, tak habis pikir. Apa ini Najja yang kukenal tiga tahun lalu? Kenapa sekarang dia makin kayak bocah, sih? Dia sudah tiga-tiga, lho. Rasanya sangat tidak masuk akal melihat lelaki seumurannya merajuk seperti itu.

"Kamu yakin mau putus gitu aja?"

Mataku membelalak, dia ini ngomong apa, sih? "Nggak usah lebay, deh, Chef. Aku tahu kamu bucin, tapi nggak gini juga. Jakarta-Kalimantan nggak sejauh itu sampai kamu harus ngomongin soal putus."

Kulihat sebuah seringai terbit di bibir Najja. "Tuh, bahkan setelah dua tahun kamu juga nggak mau manggil aku pakai nama, kan? Aku nggak percaya sama hubungan jarak jauh."

"Kamu nggak percaya sama aku. Harusnya aku udah tahu, sejak dulu kamu emang nggak pernah percaya sama aku, kan?"

Najja mengalihkan pandangannya, menghindariku. Baiklah, dia tak perlu berkata apa-apa lagi sekarang. Gesturnya sudah menjelaskan lebih banyak. Seharusnya aku memang tahu diri. Sejak awal kami memang tidak benar-benar ditakdirkan untuk bersama. Bahkan pertemuan pertama kami sudah direncanakan sejak jauh hari. Apa lagi memangnya yang kuharapkan dari hubungan ini?

Tanpa pamit, aku beranjak dan keluar dari Je T'aime. Oke, aku berharap dia mengejarku, atau setidaknya memanggilku. Namun, sepertinya Najja memang sengaja membiarkanku pergi dari sini. Sebelum pergi, aku sempat melirik sebentar ke bagian dalam kafe. Najja sudah tidak ada di tempat kami berbincang tadi. Tak lama, lelaki itu muncul dari arah dapur bersama seorang karyawan perempuan. Dengan ekspresi serius, mereka terlihat tengah membicarakan sesuatu.

Hatiku sakit saat melihat mereka tertawa bersama. Ada yang mencelus dari dalam dadaku hingga membuatku harus mengepalkan tangan demi menahan kesal.

Sepertinya aku tidak akan menyesali keputusanku kali ini.

**

To be honest, aku berharap ada adegan AADC di bandara hari ini. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Harapan itu tidak akan pernah terjadi sampai kapan pun. Sama seperti waktu aku meninggalkan Jakarta dulu, perjalananku kembali ke Jakarta juga lancar tanpa halangan. Padahal, apa salahnya sih, kalau tiba-tiba penerbangannya delay sejam dua jam gitu?

COOKING WITH GIRLFRIEND (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang