"Raf, kita udah boleh pulang kan?"
Rafael mengangguk seraya merapikan barang barang yang sudah dibawa ke rumah sakit."Gue bayar administrasi dulu ya, lu tunggu sini."
Naura mengerucutkan bibir mungilnya."Yahh.. sendirian dong. Jangan lama lama ya paelll"
Rafael tersenyum lalu mengacak ngacak puncuk kepala Naura.Rafael bergegas untuk mengurus administrasi rumah sakit. Naura sangat senang bisa pulang ke rumahnya.
Sudah berbulan bulan Rafael tinggal di rumah Naura, semenjak oma Lusy meninggal, Rafael sudah seperti punggung keluarga. Walau uang yang mereka dapatkan hasil dari cabang perusahaan milik omanya....
Setelah selesai mengurus administrasi, Rafael berjalan menuju kamar rawat gadisnya. Saat dia berjalan secara tidak sengaja Rafael melihat Aletta berjalan tergesa gesa. Rafael melihat Aletta yang terburu buru dari ruangan 'psikolog' Rafael tidak mengerti itu. Mengapa Aletta mengunjungi ruangan piskolog? Banyak pertanyaan di benaknya.
Rafael acuh saja, mungkin saudara Aletta telah mengalami gangguan jiwa selama masa hidupnya. Rafael hanya bisa positif thinking.
...
"Ih paell lama amat udah kaya nyari jodoh aja!"
Rafael hanya terkekeh melihat sahabatnya yang sedang menggerutu.
"Ngapain nyari jodoh! Jodoh gua aja ada di hadapan gua"
Bukannya blushing seperti gadis gadis lainnya, Naura justru melemparkan pria itu dengan bantal."Pea.."
"Cinderella gak boleh ngomong kasar sama pangerannya!"
Naura hanya diam tak bergeming."Iya pangeran.. pangeran kodok!!"
Rafael tertawa terbahak bahak, memang ganas sahabatnya itu.Setelah beradu mulut, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Dokter hanya perpesan supaya tidak melakukan aktivitas yang berat.
Hanya itu saja.
Tidak butuh waktu lama, hanya 20 menit Rafael dan Naura sudah sampai istananya. Dimana mereka melakukan aktivitasnya sehari hari, dimana Rafael membuatkan sarapan untuk Naura, dimana tempat tidur Rafael dijadikan kerajaan yang paling indah bagi naura. Naura rindu itu semua.
"Akhirnya, gue bisa lihat istana gue ini"
Naura tersenyum senang, tanpa disuruh Naura berlari menuju pintu utama lalu membukanya."Wagelasehhh.. kotor banget ni rumah.. gimana sih yang nempatin!"
Naura berkacak pinggang, ekor matanya melihat kanan kiri sudut rumahnya."RAFAEL!! RUMAH KOTOR BANGET!!"
Rafael segera menutup kupingnya dengan kedua tangannya. Rafael tidak mau gendang telinganya pecah, cukup gendang rumahnya yang pecah karena Naura."Namanya juga gak ada pembantu Nau! Lagi pula kan gua di rumah sakit mulu"
Naura hanya tersenyum kaku."HE-hE-he.. gue lupa yak.."
Rafael hanya menggeleng gelengkan kepalanya saja.
Untung sayang -batin Rafael."Ayo paell!! Kita Bobo di kamar lu.."
Naura menarik lengan Rafael paksa. Rafael hanya mengikuti arah tarikan itu.Setelah sampai di depan kamar Rafael, Naura merebahkan tubuhnya sejenak.
Naura menepuk nepuk ranjang sebelah kirinya.
"Sini Bobo-an, nyanyiin gua sambil elus elus pala gua"
Rafael hanya menurut saja. Dia segera merebahkan tubuhnya di samping Naura. Lelah. Itu yang dirasakan Rafael."Yaudah tidur gih gua nyanyiin"
Naura tersenyum senang lalu membalikkan badannya membelakangi Rafael. Rafael segera bernyanyi lalu mengelus rambut Naura penuh kasih sayang.🦋🦋🦋
Usahain up terus.. biar kalian semangat bacanya!! Jangan jadi silent readers..
Untuk yang mau bertanya silahkan di komen.. setelah itu aku akan jawab pertanyaan kalian..
Maaf baru up, banyak ulangan soalnya.
Voment!!!!