#26

28 6 4
                                    

Pagi ini rumah terasa sepi. Bukan karena tidak ada penghuninya, melainkan Naura yang tidak kunjung bicara. Rafael juga merasa Naura aneh.

Pada saat sarapan hanya ada suara dentingan sendok. Rafael yang sedang makan berhenti melakukan aktivitasnya sejenak.

"Nau.. makan dulu abis itu kita berangkat sekolah.."
Naura hanya menggeleng pelan kepalanya dan menatap makanan di depannya dengan tatapan sendu.

"Makan Nau.."
Rafael berucap sangat lembut, sebetulnya Naura ingin makan tetapi... tidak!!

Lagi lagi Naura hanya menggeleng pelan, Rafael menghembuskan nafas gausar.
"Yaudah deh.. yuk berangkat"
Naura mengangguk tanpa sebuah senyuman di pagi ini.

Sesampainya didalam mobil Naura tetap tidak mengucapkan satu kata apapun, manik mata indahnya menatap jalanan di pagi hari.

...

Saat sampai di sekolah, Naura segera turun tanpa memperhatikan Rafael. Naura terus menyusuri koridor sekolah tanpa mendengarkan bisik bisik dari fans Rafael.

Kok dia sendiri doang? Tumben Rafael gak Disampingnya.

Lagi marahan ya Naura?

Bisik bisik kok kedengaran — batin Naura.

Setelah menyusuri koridor sekolah naura duduk di kursinya. Pandu yang melihatnya hanya cuek.

"Tumben sendirian, Rafael mana?"
Tanya Pandu seraya menyalin PR dari dysys-teman sekelas mereka yang paling pintar-. Naura hanya mengangkat bahunya acuh.

Tak lama Rafael masuk ke kelas dengan nafas yang terengah engah.
"Huh.. huh.. lu kok tinggalin gue si?"
Naura yang merasa ditatap dengan Rafael hanya menggelengkan kepalanya.

"Tau ah.."
Rafael berjalan mendekati bangkunya dan terlihat Aletta sedang duduk manis seraya tersenyum ke arah Rafael.

"Aku kangen kamu.."
Aletta mengucapkan 3 kata yang sudah lama dia tahan selama beberapa hari ini.

Rafael hanya tersenyum sekilas lalu tangannya beralih mengelus kepala Aletta.
"Aku juga.."

Disisi lain Naura mengerucutkan bibirnya. Kesal. Kesal. Kesal.
Tidak ada yang tau kode Naura. Sebetulnya yang salah siapa sih??

Pandu memperhatikan gerak gerik Naura. Aneh! Sepertinya naura sedang jeaolus dengan Rafael.
Toh, sedari tadi Rafael hanya memperhatikan Aletta saja.

"Udah kali Nau gak usah jeaolus juga sama Rafael"
Naura menggelengkan kepalanya.

"Ya ampun Nau, lu bisu ya?? Gua perhatiin dari tadi lu geleng geleng, manggut manggut.. yang jelas!!"

Tidak ada respon satu pun dari Naura.

"Emang bener nih anak lagi cemburu tingkat dewa.."
Gumam Pandu yang bisa didengar oleh Naura. Satu ide terlintas di pikiran Pandu.

"Aha! Abang Pandu have good idea!!!"
Pandu mempersiapkan ide-nya itu. Berdiri tegap dengan tangan ke atas lalu berteriak.

"AA RAFAEL.. NAURA JEAOLUS SAMA LU!!!"
Naura tidak habis fikir dengan otak Pandu. Benar benar otaknya itu.

Rafael menatap Naura dengan penuh pertanyaan di kepalanya.
Rafael berjalan mendekati Naura lalu berjongkok Dihadapannya seperti seseorang yang ingin dilamar saja.

"Kenapa hem?? Lu cemburu?? Pantas dari tadi ngambek sama gue.. gue minta maaf ya Nau.. gua gak tau kalo lu itu cem—"
Naura memotong ucapan Rafael dengan cepat.

"Apasih.. gigi gue sakit gara gara makan ice crem banyak.. ayo ke dokter sekarang.. Aww.. ayoo cepet"
Naura menarik lengan Rafael dengan kasar. Rafael hanya mengikuti arah lengan Naura. Sedangkan disana Pandu hanya tercengang mendengarnya.

"Jadi dia bukan cemburu?? Cuma sakit gigi?? Oh Tuhan!!!"

🦋🦋🦋

Satu kata buat bab ini??

Rada {REVISI ULANG!}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang