1. Bad day

36 9 0
                                    

Budayakan vote sebelum baca!!
:)

Dengan perasaan tidak karuan aku berjalan menuju kelas. Mempercepat jalanku karna bel sudah berbunyi dari tadi. Saat di depan pintu kelas, aku berhenti lalu menarik napas panjang. Mencoba memperbaiki perasaanku agar terlihat biasa saja. Untung belum ada guru yang masuk.

"Fadli, bu Hanna itu guru killer kan yah hahaha ...." si tomcat tertawa keras sampai-sampai memukul meja.

"Cowok tengil, awas kamu ntar," kataku pelan sambil melotot ke arah Tommy.
Ok Rain, kamu harus terlihat calm. Makhluk hidup macam tomcat nggak usah diurusin.

Jam geografi, kurasa gurunya tidak hadir. Aku menceritakan apa yang terjadi pada Icha, tentang si Tommy yang bohongin aku.

"Hahaha ... mau-mau ajah kamu dibohongin sama Tommy" Icha tertawa mendengar ceritaku, apanya yang lucu coba orang lagi kesal juga.

"Au ah, tomcat nyebelin," kataku sambil mencomot snack coklat.

"Aku heran sih Rain, kenapa si Tommy begituh jahil padamu. Tapi aku yakin banget kalau si Tommy tidak begitu menyebalkan," jelasnya dengan lolipop rasa strowbery di tangan kanannya. "Aku rasa kalian harus damai deh, lagi pula kamu kan baru di sini. Jadi harus cari banyak teman bukan musuh."

Ucapan Icha membuatku kaget, "Ha? damai? nggak ah. Aku nggak pernah buat salah sama dia, jadi ngapain harus damai. Kalaupun iyah, yang harusnya minta maaf duluan itu dia."

"Kekeh banget jadi orang, jangan terlalu membencilah nanti suka lagi" Icha menyenggol bahuku.

"Iddiihhh ... udah kayak enggak ada cowok lain ajah. Lagipula itu mustahil yah," jawabku.

◆◆◆☆◆◆◆

Aku dan Icha berjalan menuju musholla sekolah untuk sholat dzuhur, di perjalanan aku melihat si tomcat and the geng yang sedang bermain gitar. Dia menatapku dengan tatapan muka yang menyebalkan.
"Cowok tengil, menyebalkan, sok keren," kataku lalu membuang muka.

Dari arah berlawanan datang seorang cowok bertubuh tegap dan berkulit sawo matang. Terlihat gagah dengan penampilannya yang rapih.

"Hy, kalian berminat untuk ikut event menulis puisi nggak?" tanya cowok itu pada kami.

"Aku mau dong kak, kapan emangnya?" Icha menjawab dengan spontan.

"Minggu depan, kalau berminat tulis nomor hpnya di sini yah," cowok itu menyodorkan sebuah buku yang berisikan nomor para siswa yang ikut event puisi.
"Ok makasih, tunggu kabar kelanjutannya yah" kami melanjutkan perjalanan menuju musholla yang sempat terhenti karna bicara dengan cowok tadi.

Karna penasaran aku menanyakan siapa cowok tadi, "tadi siapa Cha?"

"Oh yang barusan itu? dia kak Adit, ketua osis sekaligus kapten basket di sekolah ini."

"Ganteng yah," kataku.

"Iyalah ganteng, kan dia cowok bukan cewek" mendengar ucapan Icha aku jadi tertawa.

Sampai di Mushola aku langsung mengambil air wudhu, aku kaget saat melihat sesosok makhluk hidup yang membuat moodku hancur hari ini.

"Lah kok di sini, bukannya tadi di sana yah?" aku heran, karna barusan aku melihatnya sedang duduk bersama gengnya dan sekarang tiba-tiba ajah bisa ada di sini.

"Apa lo lihat-lihat? kagum lo lihat cogan?" Katanya dengan logat jawa yang kantara.
"Minggir-minggir, nanti air wudhu gue batal lagi!"

"Biasa aja kali" bahkan di tempat seperti ini pun dia masih bisa membuatku kesel.

Lupakan soal tomcat tengil, sekarang fokus sama sholatnya.

◆◆◆☆◆◆◆

Bel berbunyi panjang sebagai tanda pulang sekolah.

"Kamu pulang sama siapa?" Icha bertanya sambil memasukkan buku-bukunya dalam tas.

"Seperti biasa, pulang sendiri. Tapi nanti aku pakai trans Jogja kok," jawabku.

Aku dan Icha berjalan menyusuri koridor yang ramai menuju halte depan sekolah.

"Aku duluan yah papa ku udah datang solanya" Icha meninggalkan aku yang masih berdiri di halte. Aku hanya tersenyum tanpa menjawabnya.

"Cuaca kok panas banget yah padahal mendung. Kurasa akan turun hujan deras," aku mengibaskan tanganku lalu mendongak ke langit yang mendung.

Hampir satu jam aku menunggu trans Jogja, ada rasa bosan yang menghinggap. Hujan turun begitu deras, tak ada seorangpun di halte kecuali aku. Siswa yang lain sudah pulang.

Aku mendengus lalu melihat jam di tanganku, "hufth ... jam 4 sore."

Tiba-tiba saja datang seorang cowok berpenampilan rapih dengan jam tangan hitam di tangan kirinya. Aku menatap cowok itu tanpa berkedip beberapa detik.

"Permisi, aku boleh duduk di sini?" tanyanya padaku, dan aku langsung menggeser badanku untuk memberikannya tempat duduk.

Setelah itu dia tak lagi bicara, dia sibuk mendengarkan musik menggunakan earphone. Sedangkan aku pura-pura bermain air hujan dengan cara mengulurkan tanganku, sesekali aku menatap wajahnya.

Beberapa menit kemudian, dari arah selatan muncul sebuah trans Jogja. Cowok yang duduk di sampingku bangkit lalu menaikinya. Aku menatap bus tersebut sampai hilang dari pandanganku.
Dia pergi tanpa sepatah katapun.
Tak berapa lama kemudian datang sebuah bus, aku bersiap untuk menaikinya. Tapi tiba-tiba saja Tommy datang menyergap naik ke dalam bus, yang kebetulan hanya bisa memuat satu orang karna penumpangnya sudah banyak. Aku mengalah lalu duduk kembali.

"Dia lagi, dasar cowok tengil. My bad day." aku kembali melirik jam tanganku, jam setengah 5. Hujan masih turun meski tak sederas yang tadi.

15 menit aku menunggu, lalu datang sebuah bus. Aku langsung berjalan menuju bus tersebut sambil menutup kepalaku menggunakan ransel.

Jalanan terlihat begitu padat, ternyata Jogja serupa dengan Jakarta. Aku melihat keluar jendela bus yang berembun karna hujan, lampu kendaraan menerangi jalan. Suara knalkson saling bersahutan, jalanan dipenuhi dengan genangan. Untuk menghilangi rasa bosan, aku membuka ranselku lalu mengambil coklat dan ponsel yang masih terpasang earphone.
Aku memutar lagu Shawn Mendes, Imagination.

Tbc

Salam buat kalian semua yang sudah membaca ceritaku, jika suka dengan cerita ini silahkan tinggalkan jejak dengan cara vote. Beri kritik dan sarannya juga.

Thx 😊

RAINaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang