Budayakan vote sebelum baca :)
Ini antara aku dan Icha yang tau, kami membuat janji untuk tidak menceritakannya pada siapapun. Rahasia yang sudah aku pendam selama berbulan-bulan sekolah di sini. Pembicaraan intim antara sesama perempuan soal asmara.
"Janji yah Cha, jangan kasih tau siapa-siapa!" aku mengangkat kelingking lalu Icha mengikutiku.
"I'm promise," jawab Icha dengan senyum simpulnya yang begitu manis.
Aku menceritakan semua isi hatiku kalau aku menyukai Atan, entah kapan rasa itu muncul. Bodoh amat soal yang begituan yang jelas aku merasa deg-degan saat dekat dengan Atan. Detak jantungku berdebar dua kali lebih cepat, apakah aku jantungan?. Pertanyaan ngawur.
"Mr. Keche." Kataku sambil tersenyum saat menyebut nama panggilan yang kubuat untuk Atan.
"Rain, aku mau curhat soal hubunganku dengan kak Adit." Suasana berubah saat aku melihat wajah Icha yang sedih. Ada sesuatu yang dia sembunyikan
"Kalian bertengkar?" tanyaku penasaran.
"Bukan itu, sebenarnya kami tidak pernah bertengkar. Tapi ada sesuatu yang membuatku was-was untuk lanjutin hubungan ini." Icha tertunduk lesu.
"Kenapa?" aku memegangi tangan Icha yang gemeteran.
"Tiga minggu jadian ada ajah yang teror aku." Icha mulai menangis. Yah satu sekolah sudah tau kalau Icha dan kak Adit jadian, bahkan cowok-cowok yang menjadi fansnya Icha pun tidak ada yang berani mengirim coklat lagi. Karna mereka takut berurusan dengan kak Adit yang merupakan anak kepala sekolah.
"Teror gimana? Coba kamu jelasin!" aku meminta Icha untuk bercerita, tapi karna tangisan Icha semakin menjadi aku putuskan untuk berhenti bertanya. Kurasa apa yang dia rasakan sekarang cukup berat.
◆◆◆☆◆◆◆
"Hei lo anak alay sok cantik, jauhin Adit sekarang juga kalau enggak mau berurusan dengan gue." Kelas mendadak ramai dengan kehadiran geng piranha. Entahlah piranha itu nama geng yang sebenarnya atau cuma panggilan dari siswa di sekolah ini. Yang kudengar siapapun yang berani berurusan dengan geng ikan gigi tajam itu akan dibully habis-habisan. Dan katanya ketua geng tersebut adalah mantan dari kak Adit.
Seorang dari mereka terlihat menunjuk ke arah Icha yang sedang menangis.
"Eh apaan ini?" tanya seorang cowok yang berpenampilan rapih yang tiba-tiba saja masuk dan membuat semua mata tertuju padanya, "Kamu ngapain di sini, cari ribut lagi?" tanya cowok tersebut.
Perempuan yang sebelumnya memarahi Icha akhirnya diam saat melihat kedatangan kak Adit.
Langsung saja aku memeluk icha yang sedari tadi menangis."Awas lo yah!" perempuan tersebut meninggalkan kelasku bersama para pengawalnya yang setia. Dia menutup pintu kelas dengan kasar hingga sebagian siswa kaget dengan ulah geng gigi tajam.
"Cha, kakak minta maaf karna belum bisa menjaga kamu." Cowok tersebut mencoba menenangkan perasaan Icha, "kakak janji hal ini tidak akan terjadi lagi."
"Kak, Rain takut mantannya kakak bakalan lakuin hal yang lebih dari ini" kataku.
Suasana yang tadinya mencekam sekarang berubah, yang tadinya kelas dipenuhi oleh murid dari kelas lain sekarang hanya ada anak kelas 11 Ips1. Kecuali kak Adit.
Bel berbunyi dan kak Adit harus masuk ke kelasnya.
"Kakak pergi dulu yah Cha" kak Adit keluar kelas dengan wajah kesal.
Kurasa dia kesal dengan kelakuan mantannya yang seperti itu."Wah kok neng geulis nangis sih, kenapa dia?" tanya Fadli.
"Lo yang bikin Icha nangis yah, ayo ngaku!. Jahat amat sih lo jadi teman." Tommy menuduhku sambil menunjuk-nunjuk.
Berusaha sabar menghadapi perkataan hama tomcat tengil ini.Tommy dan Fadli memang tidak ada di kelas saat kejadian. Siswi yang lain mendekati Icha, mencoba membujuk agar dia berhenti menangis.
"Sudahlah Cha." bujuk Rara.
◆◆◆☆◆◆◆
"Hy Mr. Keche. Apa kabarmu sekarang" Tommy membaca isi dari binderku."Aaaaa ... Tommy balikin punya Raina!" aku merengek mencoba meraih binder yang dipegang oleh Tomcat.
"Kuharap kamu baik-baik saja karna aku tidak mau terlalu khawatir saat mendengar kabar kalau kamu sakit. Uuuuhhh ... totwiiitt." sumpah Tommy makin buat aku kesel. Dia sampai naik meja untuk menghindariku, sedangkan aku berusaha meraihnya tapi susah karna dia terlalu tinggi.
Semua orang melihatku sambil tertawa membuat pipiku merah karna malu.
"Tommy, turun sekarang juga!" terdengar seseorang yang berteriak menyebut nama Tommy, "sini kamu!" Bu Ira yang terkenal sadis kalau menghukum siswa pun datang. Tomcat sialan itu menjatuhkan binderku lalu berjalan menemui bu Ira. Aku menggunakan kesempatan ini untuk mengambil binder lalu duduk.
Bu Ira menjewer telinga Tommy, "aduh bu sakit." Tommy merengek kesakitan, aku menatapnya sambil tertawa kecil.
"Sekarang kamu keluar, berdiri di dekat pintu sambil mengangkat sebelah kaki dan menjewer telinga sendiri. Cepat!" Perintah bu Ira.
"Bu guru kok tega banget sih sama siswa yang imut ini, nanti kalau Tommy pingsan gimana. Hayoo gimana bu guru" malah becanda dia.
Siswa yang lain melihat kejadian itupun tertawa termasuk aku."Jangan banyak cincong, cepat out dari kelas ini kalau tidak hukumannya ibu tambah."
Tommy keluar menatapku dengan menyipitkan matanya.
Lalu menunjuk matanya sendiri menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, seperti ingin mencoloknya dan mengarahkan kedua jari padaku.Kali ini pelajaran berjalan dengan khusyu, karna pengganggu tak berada dalam kelas.
Aku dan Icha meminta izin untuk ke wc."Emang enak dihukum, makanya jangan nakal" aku menjulurkan lidah pada Tommy yang sedang berdiri didepan kelas.
"Awas lo yah." Tommy mengepalkan tangannya.
Kami berjalan mewati kelas 11 Ips3, yang merupakan kelasnya Atan. Aku melirik ke dalam melalui jendela, mencari di mana tempat duduk Atan.
"Masih betah jadi pengagum rahasianya?" tanya Icha.
"Tunggu dia peka."
"Sampai kapan?, kamu tidak pernah memberi kode gimana bisa peka"
"Lupakan! kamu nggak bakalan bisa ngerti kalau aku jelasin" aku langsung mengubah topik pembicaraan, "gimana dengan masalah minggu lalu?" tanyaku.
"Kak Adit katanya sudah kasih tau ke mantanya untuk tidak menggangguku lagi, tapi teror itu masih membuatku takut."
"Kamu tau siapa yang lakuin teror itu?"
"Nggak, terlalu banyak orang yang membenciku di sini," jawab Icha.
"Dia benci karna iri sama kamu."
Tbc...
Please vote, jangan jadi silent reader.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINa
Teen FictionTerlalu membenci bisa mengakibatkan jatuh cinta dosis tinggi. "Aku pernah bilang sama Icha, untuk tidak pacaran dengan kamu. Benci kamu sampai kapanpu, tapi sekarang malah sebaliknya," aku menunduk saat menjelaskan itu "Yah, kadang cinta membuat or...