seven

210 17 1
                                    


*

Dia segelap malam

Gadis tersakiti

Tapi..

Ia tetap lemah, terlalu lembut

Hehhehe

mau aku ajak gak?

Untuk mendendam

•○•○•○•○•○•○•

Aku menarik tali itu, mengikatnya dan membuat simpul...

Aku bertanya pada tuhan..

Aku memohon pada tuhan..

Kenapa?

Kenapa begini?!

Aku, mengapa selalu menjadi tameng, tempat pelampiasan.

Tubuh ku sakit,hati ku remuk. Di tampar sebuah kenyataan pahit. Aku selalu iri pada mereka yang bahagia.

Aku depresi...

Aku tertekan..

Aku sangat sedih..

Mereka, persetan dengan mereka! Manusia bodoh!

Aku benci takdir! Tapi, sok beriman dengan tuhan. Ah ha ha ha..ANJING!!

Mereka menyalahkan semua tindakan ku, mereka merasa menjadi yang terbaik dan suci. Penipu ulung! Manusia memang pembohong apik. Salut pada mereka yang selalu bertopeng.

Tapi, bagaimanapun aku manusia. Penipu terbaik para manusia lain. Bahkan, diriku sendiri.

Aku bisa merasa benar, membenarkan mereka yang juga tersiksa oleh dunia. Otak DONGKOL!!

Gadis beriris kelam itu duduk di depan tv, rumah orang. Sedangkan sang tuan rumah di dapur sibuk sendiri. Korea, korea bisa bikin aku waras.

Karena, setiap aku terluka aku hanya bisa menangis, menangis, dan curhat pilu. Bodo amat sama mereka dengar atau tidak. Gak peduli!

Aku...

"Lemah.."

Mataku terbelalak, Menoleh cepat ke samping asal bisikan itu, hanya untuk melihat..

Bayangan ungu itu.

"Si..siapa?" Tanya ku mencicit ragu.

"Aku siapa? Kamu pasti tau dong" bayangan itu menampakan wujudnya. Membuat iris kelam gadis itu melebar.

"Ha..hantu" jawabku gagap.

"Ih! Masa di samain sama roh kesasar gitu sih?!" Balasnya rada kesel.

"Aku..kamu" lanjut bayangan itu menyeringai lebar.

Aku masih menatapnya lekat...bayangan diri, ku.

"Kenapa?" Ucapku lemas.

"Karena kamu lemah, lemah banget" bayangan ungu itu melayang ke belakangku, mengalungkan lengan dingin itu di leherku. Alunan Suara merdu sosok itu menyiksa batin.

"Ak..aku berusaha! Ini salah mereka! mereka bego, bego banget!!" Isak ku pelan. Lagi, air mataku mengalir.

"Hemm..masih toh. Heheheh kamu aneh" bayangan itu terkekeh.

"Apa maksud kamu?" Tanyaku pelan.

"Yah kamu itu lemah, lembek banget tapi topeng kamu itu..hahahaha" sosok itu malah tertawa. "Sok kuat" dan kemudian menyeringai lebar.

"Jangan macam-macam!" Desisku sinis.

"Kamu, Ngancem aku?" Bayangan ungu itu terkikik geli. "Bahkan kamu gak bisa ngebedain kotornya dunia, munafiknya manusia,dan keegoisan kamu...nyakitin orang yang rela berkorban buat kamu" sosok berbisik tepat di telingaku "padahal kalau dia mau, dia bisa ninggalin kamu. Dia, gak butuh manusia. Baginya sosial itu gak penting"

"kamu itu sendirian tau. Yang kamu anggap temen itu semua bertopeng, gak bener-bener ngakuin kamu"

Aku diam, air mataku mengalir makin deras. "Ini salah mereka, mamaku nyebelin, ayahku bego!! BRENGSEK!! KAMU KENAPA SIH!? KAMU ITU APA!!!?"

"Aku.."--banyangan itu menyeringai, darah mengalir dari sudut mata sosok itu. Mataku terbelalak-- "aku, kesedihan kamu" sosok itu terkikik geli hingga tangan panjangnya terulur mencekik leherku kencang.

"Kamu mau mati kan? Sini aku bunuh mau gak? Gak akan sakit kok" kini ia tertawa sinting selagi nafasku makin tersendat-sendat.

"Gak! Bukan sama kamu aku matinya!! Gak sama setan kayak kamu!!" Bentakku kencang.

Darah masih mengalir dari sudut matanya, makin deras. "Masih percaya tuhan hn?" Ucapnya.

"Menurut kamu?" Balasku menaikan sebelah alis. "Sok, berani ah" balasnya wajahnya berubah menyeramkan.

"Mati ah"

"Mati yah"

"Mati mau gk"

Sosok itu bicara tidak jelas. "Sialan kamu" desisku--"pergi sana, aku belum mati!" Aku meronta, nafasku makin pelan. Dan saat bayangan ungu--diriku lain--melepaskan cengkramanya, kegelapan menyelimutiku.

"Tin..tin.., bangun oy! Mau nasi goreng gak. Masih banyak tuh"

Aku tersentak, membuka mata selebar mungkin.

Mimpi..

Tidak! Rasa sakitnya terasa nyata. Dan lehernya masih terasa panas.

"Ambil piring sana" tuan rumah, gadis beriris coklat itu berjalan duluan ke dapur.

Aku melirik sekitar was-was. Dan mataku berhenti di kamar sang pemilik rumah. Sosok ungu itu menyeringai lebar, berdiri di pojok kamar yang gelap dan sepi. Bibirnya bergerak pelan mengucapkan satu kata pengantar tidur.

"Mati"

Dan aku kembali di telan kegelapan.

•○•○•○•○•○•○•

Cengeng..

Cewek cengeng!

Dasar egois..

Nyusahin doang

Kan banyak yang pengen kamu..

MATI!!

Termaksud aku..hihihih

°My Depression°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang