(^v^)Aku yang lemah..
Bersembunyi di balik topeng hitam
Tapi, tangan itu terulur..
Menghancurkan keping topeng ini
Kuku jemari itu merobek..
Dan merusak semua yang..
Telah ku sembunyikan
•○•○•○•○•○•
Aku duduk diam, termenung menatap baris kata di handphone cangih itu. Tak berniat membaca,sekalipun melirik.
Hampa..
Sakit..
Dan sesak..
Melebur menjadi sebuah rasa benci berbalut dendam..
Aku, berubah mengerikan..
Aku, bukan yang dulu lagi..
Yang hanya diam
Yang terlalu menurut dan ceria..
Kini, telah hancur..
Berbalut topeng kepedihan. Tanpa ekspresi, tidak berniat untuk hidup. Tapi, terlalu takut untuk mati. Mati? Apa semengerikan yang orang katakan?.
Aku depresi, bahkan tidak menyadari gejalanya. Sesak, sakit, dan benci terbebat rapat dalam hati yang ternoda. Menciptakan, sebuah topeng baru bagi pemilik raga ini.
Selalu menahan..
Selalu mengalah..
Selalu setia..
Tapi apa yang gadis itu dapatkan?
Penolakan..
Penghinaan..
Penghiyanatan..?
Ah ha ha ha ha
Gadis BODOH!
Aku melirik di balik pintu kamar, kamar gelap gulita menyembunyikan dendam gadis itu.
"Hai" suara itu menyapa.
Tidak menjawab.
"Aku di sini, kenapa di cuekin?" Suaranya terdengar kesal.
"Yaudah keluar aja!" Balas ku ketus. "Apa, kamu terlalu pengecut!" Lanjutku congkak mengangkat dagu.
"Gadis gak tau diri!" Bayangan ungu itu keluar dari kegelapan kamar. Remang samar terlihat wujud mahluk itu.
"Ngapain kamu di sini? Jangan ganggu!" Ucapku sinis.
"Ganggu?"--Ia terkekeh--"aku?, jangan ngayal deh! Aku itu kamu dan kamu itu aku" ia berjalan--melayang mendekat. Aku bisa melihatnya, dia..aku.
"Kamu apa?" Kata itu meluncur lemah dari bibirku.
"Aku? Aku kamu. Lebih tepatnya, dendam yang selalu kamu tahan terlalu lama"-- "Apa kamu pikir, rasa benci dan sakit manusia bisa terus di tahan? Naif banget! Topeng mu, bakal hancur" tangan lentik bayangan itu terulur meraih wajahku.
"Karena, kamu terlalu lemah" bisiknya lembut di telingaku. Tapi, rasa dingin itu terus menjalar hingga sela-sela rongga tubuhku.
"Dan yah, sebentar lagi kamu hancur" sosok diriku tertawa nyaring kemudian hilang melebur dengan gelap.
•○•○•○•○•○•
"Kamu tau gak? Aku dapet kabar bagus loh" suaraku terdengar antusias.
"Emang apa?" Bayangan ungu itu berdiri di pojok kamar.
"Nenek aku meninggal" ucapku sedikit serak dan suara bergetar.
Sosok ungu itu tertawa terbahak. Nyaring, menyakiti telinga. "Kan aku udah bilang" ia tertawa lagi. Lebih keras dan melengking "kamu bakal hancur, dan sekarang kamu benar-benar lemah!" Sosok ungu itu berhenti tertawa, terganti menyeringai lebar. Hingga, sudut bibirnya terlihat sobek.
"Uh kamu benar! Kenapa yah, saat aku udah bisa mikir, saat aku udah sedikit dewasa. Aku cuma di kasih waktu sedikit. Benar, benar SEDIKIT!!" erang ku keras.
Dan air itu mengalir, air mata yang ku tahan selama bertahun-tahun.
"Dan kamu nyesel" sosok ungunya melayang mendekat. "Gak tau" balasku acuh tak acuh.
"Kamu harus nyesel dong, HARUS!!" Bayangan itu berteriak. Tanganya terulur mencoba menerkam wajahku. Di ikuti tangan lainnya membekap kepalaku. Kuku panjang itu mencengkram erat. Menusuk menembus kulit. Tapi,tidak terasa sakit. Saat tangan-tangan merah berkuku runcing itu berusaha mengoyak wajahku. Tiba- tiba sesak memenuhi rongga dadaku. SIAL!!!
"AAAARRGGGHH!!!! SIAL!! KENAPA!?, KENAPA AKU!? KENAPA AKU YANG TERUS SESAK BEGINI..ANJING!! BANGSAT!! BABI SEMUAAA!! MANUSIA SETAN!!" Jerit ku kencang, berlari membenturkan dahiku ke tembok bercat putih itu.
"BABI SIALAN!! BANCOT SEMUA!! KENAPA SEKARANG!!? GUE UDAH GAK BUTUH KASIH SAYANG KALIAN LAGI!! GAK PENTING!! KENAPA!?" aku terus membenturkan dahiku ke dinding. Bercak merah mewarnai dinding putih polos itu. Cairan kental merah mengalir mulus di wajah kacau ku.
"DASAR KELEDAI DUNGU!! KEBANYAKAN BACOT OTAK TOLOL! KALIAN GAK AKAN NGERTI AKU!! GAK AKAN PERNAH!! MUAK GUE NGELIAT KALIAN!!! TUHAN ANJING!!"
Sosok ungu itu tertawa terbahak. Keras dan melengking. Mulutnya terbuka lebar hingga, sobekan itu melebar mencapai pipi di ikuti darah yang muncrat setiap ia tertawa.
"Ah ha ha ha...hancur juga kan? Kenapa masih mau di tahan lagi? Topeng kamu udah ancur tau! Dasar DUNGU!! setan pun bakal nangis ngeliat keadaan kamu sekarang..dasar gila! Cewek gak waras!! AHAHAHAHA" sosok ungu itu tertawa lagi.
"Aku depresi, dan lagi pula kamu itu aku!" Ucapku lemah.
Wajah sosok ungu itu terlihat kesal. Melayang mendekat dan menarik kasar rambutku hingga mendongkak.
"Aku dendam kamu, dendam gadis lemah kayak kamu!! Aku bantu kok gak tau terima kasih banget sih!?" Desisnya sinis, menyeringai dengan mulut sobek yang makin melebar.
"Aku tau, makasih" ucapku kemudian tertawa seperti orang sinting. Sosok ungu itu ikut tertawa memuncratkan darah ke wajahku.
•○•○•○•○•○•
Depresi?
Hanya alasan bukan..
Kamu gila, cewek gak waras!
Mati aja napa?
Ganggu orang aja..
Dasar nyusahin!
Semua orang benci kamu tau!!