Part 1

4.2K 235 37
                                    

"Ae krab~"

Ae menoleh, disana kekasihnya melambai sembari tersenyum lebar. Dadanya bergemuruh, jantungnya berdetak kencang, ingin rasanya ia melihat pria manis itu tersenyum seperti itu untuknya, selamanya.

Ae segera bergegas menghampirinya, ia tak mau membuat kekasihnya menunggunya terlalu lama, "Ada apa, hm?" Tanya Ae begitu sampai dihadapan Pete, kekasihnya.

Pete mengangkat kantung plastik di tangan kanannya sambil tersenyum lucu, "Hari ini aku belanja udang, kamu mau udang, kan?" Tanyanya semangat

Ae tersenyum, tangannya terangkat untuk membelai surai lembut milik pria manis didepannya, "Aku suka udang, tapi aku lebih suka Pete" Godanya

"Ae! Jangan menggodaku!" Pekik Pete sambil mengerucutkan bibirnya, hal ini membuat Ae semakin gemas,

"Dan berhenti memajukan bibirmu seperti itu, aku tidak mau lepas kendali" Ucap Ae sembari terkekeh membayangkan perbuatannya beberapa waktu lalu, terlalu semangat mencium kekasihnya hingga bibir Pete sobek karena gigitannya *ah! Fak!

Pete memutar bola matanya malas, lalu pergi begitu saja menuju lantai dua, tempatnya sebagai pegawai biasa bekerja.
Ae dan Pete adalah sepasang kekasih sesama jenis yang sudah menjalin hubungan sejak mereka berada di bangku sekolah menengah atas, dan tetap berlanjut hingga mereka berdua bekerja di perusahaan yang sama, namun dengan jabatan yang berbeda, Ae sebagai seorang ET, sedangkan Pete sebagai pegawai biasa.

Sayang, hari ini aku pulang terlambat, bisakah kamu menunggu sampai aku datang? Aku ingin makan malam denganmu :)

Pete menghela napasnya sembari menggelengkan kepalanya geli, Kekasih manjanya ini selalu saja bertingkah manis kepadanya, namun ia sama sekali tidak merasa keberatan dengan hal itu, ia malah merasa senang, Ae-nya hanya bertingkah manis kepadanya.

"Pete!"

Pete terlonjak kaget setelah mendengar Tum berteriak didepannya, "Sekali lagi aku melihatmu bekerja sambil memainkan ponsel, kupecat kau!" Ucapnya sadis lalu pergi begitu saja, meninggalkan Pete yang masih shock.

"Kau baik-baik saja?"

Pete menoleh kearah sahabatnya, Tar.

"Aku baik-baik saja, hanya terkejut" Jawabnya sambil terkekeh pelan. Suara kekehannya mengundang perhatian sebagian pria di lantai ini, bahkan pria yang berada disamping kubikelnya terang-terangan menoleh kearahnya.

"Lain kali, jangan bermain ponsel saat bekerja, na? kau tahu sendiri kan, P'Tum sangat menyeramkan saat marah" Ucap Tar sembari membelalakkan bola matanya secara berlebihan seakan Tum adalah seekor monster.

"Baik, aku tidak akan mengulanginya lagi" Ucap Pete sambil tersenyum manis, ia mulai mengambil sebuah File yang harus dia selesaikan hari ini, hingga suara Tar kembali menginterupsinya.

"Tapi tadi kau hanya sedang Chatting dengan P'Ae kan?" Tanyanya kepo

Pete mengangguk polos.

Tar mencebik kesal "Harusnya P'Tum memaklumi, dia kan tahu kalau kau dan pacarmu itu beda ruangan, dan satu-satunya cara untuk mengobati rindu kalian hanya dengan Chatting" Gumamnya sambil menyangga dagu mungilnya di dinding kubikel milik Pete yang dipenuhi dengan stickey note.

"Sudah selesai mengobrolnya?" Suara baritone itu menginterupsi pembicaraaan antara Pete dan Tar, keduanya menoleh kebelakang, P'Tum sedang berdiri menjulang disana bagai dewa kematian yang siap mencabut nyawamu kapan saja.

"Pete, lanjutkan pekerjaanmu" Perintah Tum yang langsung dilaksanakan oleh Pete, "Dan kau, ikut aku" Gumamnya sembari menatap tajam Tar yang terlihat pucat pasi, lalu pergi begitu saja menuju ruangannya.

"Pete, bagaimana ini" Gumam Tar putus asa, ia baru saja membicarakan keburukan seseorang, dan orang itu berada tepat dibelakangnya.

Pete terkekeh pelan, "Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu, Tar. Semangat!"

Tar semakin putus asa, lalu berjalan gontai menuju ruangan Kepala Divisinya yang super galak itu, "Masuk" Teriak Tum dari dalam, bahkan Tar belum mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.

"Maaf" Ucap Tar begitu sampai di hadapan Tum yang duduk santai sembari menyilangkan tangan kekarnya di dada.

Tum mengangkat sebelah alisnya bingung, "Maaf? Untuk apa?"

"Tadi aku membicarakan keburukanmu dengan Pete, ah tidak! Hanya aku yang membicarakanmu, Pete hanya diam mendengarkanku, jangan marahi dia" Ocehnya

Tum terkekeh melihat tingkah menggemaskan lelaki manis didepannya ini, "Kemari, aku merindukanmu"

Tar memerah, "Tapi kita masih di kantor" Bisiknya sambil melotot lucu

"Tapi aku merindukanmu!"

Dengan malu-malu, Tar berjalan mendekati Tum, segera saja Pria tinggi itu menarik 'kekasihnya' kedalam dekapannya, "Aku sangat merindukanmu" Rengek Tum manja, Tar hanya terkekeh sembari menepuk punggung prianya.

***

Pete membuka pintu apartemennya dan menghela napas lelah, selalu seperti ini jika Ae berada disini sendiri, berantakan.

Padahal baru ia tinggal semalam karena harus menginap di apartemen Tar, lelaki imut itu merasa ketakutan jika harus tidur sendiri, sedangkan Tum semalam harus menghadairi rapat penting yang membuatnya tidak bisa pulang.

Ya, Ae dan Pete memang tinggal bersama dalam Apartemen ini. Keduanya mulai pindah sejak memasuki bangku kuliah, Ae yang memang terlahir dari keluarga berada langsung membeli Apartemen mewah ini untuk ia tinggali bersama Bunny-nya tersayang ini.

Sedangkan Pete, ia harus menjual rumah peninggalan mendiang kedua orang tuanya untuk biaya kuliahnya, karena itulah ia langsung menyetujui usulan Ae untuk tinggal bersama disini, lagi pula ia butuh Ae untuk menjaganya.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Pete yang hanya menggunakan celana pendek selutut dan t-shirt polos, langsung membersihkan Apartemen dan mulai memasak makan malam, ia terlihat seperti seorang istri yang menyiapkan segala kebutuhan suaminya.

"Masak apa, hm?"

Sontak saja Pete menjatuhkan spatula panas itu ke lantai dan mengenai kaki putihnya, ia terkejut karena Ae tiba-tiba berada dibelakangnya dan berbisik lirih, ia bahkan tidak tahu kapan pria itu datang.

"Astaga, Pete! Maafkan aku!" Seru Ae panik, ia langsung mematikan kompor dan menggendong Bunny-nya menuju kamar, kemudian berlari mondar-mandir setelah mendudukkan Pete di ranjang mereka. Dia bahkan belum melepas sepatu kerjanya, batin Pete.

"Sayang, aku tidak apa-apa" Suara lembut Pete menyadarkan Ae, pria itu langsung duduk bersimpuh didepan Pete, tangannya bergetar menyentuh luka yang mulai muncul di kulit mulus kekasihnya, ia benar-benar menyesal.

"Maafkan aku, aku janji tidak akan membuatmu terkejut lagi" Lirihnya

Pete tersenyum manis, "Aku tidak apa, sungguh" Ucapnya berusaha meyakinkan, "Lihat! Ini hanya luka kecil" Lanjutnya

"Tapi tetap saja! aku berjanji untuk menjagamu, dan lihat apa yang sudah kulakukan! Aku melukaimu!" Sesal Ae, tangannya tak henti-hentinya mengelus kaki kekasihnya

Tangan Pete terangkat untuk membelai rambut tebal Ae, "Kamu sudah berhasil, Ae. Kamu sudah menjagaku selama ini, ayolah ini hanya luka kecil, aku tidak akan lumpuh!" Ujar Pete menenangkan.

"Aku akan membeli obat, tunggu sebentar!"

Ae langsung berlari keluar Apartemen, Pete bahkan belum sempat melarangnya.

Langkahnya terkesan tergesa-gesa, ia bahkan berulang kali tak sengaja menabrak orang sangking paniknya, dipikirannya hanya ada Pete, dan Pete.

Bruk!

Ae jatuh terduduk, begitupun orang yang baru saja ia tabrak.

"Maafkan aku" Ucapnya tergesa lalu berlari begitu saja

"Ae?" Panggil seseorang yang ia tabrak. Ae menghentikan langkahnya dan berbalik.


"Chompoo?"

Maintain [ E N D - SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang