EPILOGUE

718 78 24
                                    

***

Dalam ruangan Apartemen itu hanya terdengar alunan melodi yang menyedihkan, tuts piaoni yang di tekan lamban membuat nada yang menyiratkan makna kesedihan.

Yoongi kembali memainkan piano dengan lembut, membayangkan Mirei menatapnya seperti biasaㅡtersenyum manisㅡNamun yang di dapat hanya rasa hampa yang menyergap.

Semua bayangan menyambangi benak Yoongi, membuat alunan melodi itu semakin menyedihkan dengan bayangan masa lalu yang terus berputar.

Min Yoongi berniat menjaga kekasihnya dari alkohol, Klub malam bahkan dari dirinya sendiri. Menahan hasratnya yang dulu sering menggebu setiap menatap gadisnya.

Semuanya musnah begitu saja, merasa dirinya gagal menjagi Mirei. Kini gadis itu hancur sebelum pergi. Rasa bencinya semakin membuncah kala sadar. Semuanya karena perbuatannya yang egois.

Terlalu sering mengabaikan gadisnya, membuatnya menangis, menyakitinya bahkan tak pernah mendengarkan gadisnya.

Namun, penyesalan rasanya percuma saja.

Yoongi mengehentikan gerakan jemarinya di atas tuts piano saat bulu halus hewan lucu itu menyentuh kakinya. Dengan gerakan perlahan Yoongi menggendong anjingnya pada atas piano. Mengelusnya lembut.

"Ibumu telah pergi, Min Holly." Lirihan Yoongi melengkapi kesedihannya, mengingat kembali Mirei yang menyebut dirinya Ayah dari hewan peliharaannya.

"Ibumu bilang, aku Ayah yang buruk. Memang benar. Aku sangat buruk."

Yoongi menyeka kasar beberapa tetes air mata yang turun dari pelupuk matanya. Kini Yoongi meyakinkan dirinya bahwa perubahan belum terlambat.

Untuk terakhir kalinya, Yoongi ingin menuruti perkataan Mirei.

Dengan begitu Yoongi membuang seluruh stok bir yang tersisa di kulkas, dan membuang seluruh bungkus rokok.

Tubuhnya di hempaskan di atas sofa, sedangkan matanya menerawang langit. Mulutnya menghisap lolipop kecil, dengan senyuman manis menghiasi wajahnya. "Aku akan berubah lebih baik, Rei."

***

Jimin memegang erat jeruji besi, menoleh ke segela arah. Berharap di bebaskan, meski tak mungkin.

Tubuhnya kembali merosot di lantai dingin penjara.

Sebuah mata yang terus menatapnya, kini semakin mengusik dirinya. Pria tua itu terus melihat ke arah Jimin.

"Anda punya masalah denganku?" Tanya Jimin tak santai. Membuat pria itu terkekeh aneh.

"Masih muda sudah di penjara, apa masalahmu?"

Jimin mendesah frustasi, ikut duduk di samping pria paruh baya itu. "Narkoba."

Pria paruh baya itu mengangguk, seakan bukan hal besar. "Kau pasti menyesalinya, seperti aku yang menyesal telah membunuh istriku."

"Percayalah pak, penyesalan memang datangnya terakhir. Jadi jangan harap bisa mengubah segalanya lagi."

Pria paruh baya itu tertawa ringan mendengar penuturan Jimin. Menepuk pelan bahu Jimin. "Sikapmu buruk sekali, mengingatkanku pada seseorang."

"Anakmu? "

"Ya, aku merindukan Yoongi. Anakku yang membenci Ayahnya sendiri."

Tadinya Jimin ingin menutup telinga, namun mendengar nama itu di sebut. Membuat netranya melebarㅡtak menyangka.

"Apa mungkin marga-mu Min?"

"Bagaimana kau tahu? "

"Cih, Dunia memang sempit." Keluh Jimin, yang kini berbaring di lantai penjara yang dingin.

ㅡFinㅡ


A/n: Tidak semua kisah akan berakhir bahagia. Akhir cerita juga tidak harus mendetail, bagaimana kelanjutan hidupnya. Jadi, selamat berimajinasi!
( ˘ ³˘) kalau mau lebih real, tonton lg video trailernya di akun yt: imdewiraa ㅋㅋㅋ

Happy ending? Sorry, we don't live in fairy tales.

Jadi, cerita ini resmi berakhir. Tidak ada ekstra part atau lainnya. Silahkan follow akun Author untuk cerita BTS lainnya. ˋ▽ˊ 

Next story ada Jungkooknya.

Regards,

·듀위·
©Imdewiraa

TOXIC [M] ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang