Metanoia 3; Acedia

65 11 5
                                    

Vote juseyo!

"Lazzynes, Indiferrence."
.
.
.

"Buk, ini murni karna saya yang minta, kalo mau hukum, hukum saja saya." Belanya.

Aiyu cukup tau diri untuk tidak membawa Ryujin, sahabatnya kedalam kesalahannya, walau sebenarnya Ryujin juga salah disini.

Sedangkan gurunya hanya berdiri menatap tajam mata pemilik nama Doh Aiyu yang tengah membela teman sebangkunya.

Doh Aiyu terlalu berani untuk menatap balik mata bu Tiffany sekarang, seolah dia benar disini, seolah dia siap perang untuk hal yang jelas-jelas salah. Mau bagaimanapun Ryujin juga salah karna telah membiarkan tugasnya dia salin.

"Baiklah jika itu maumu!" Bu Tiffany berkomentar, sejujurnya dia tak tau harus bicara apa pada kedua anak didik dihadapannya sekarang, mereka sudah kelas 3 seharusnya mereka tau mana yang salah dan mana yang benar. Seharusnya.

Bu Tiffany sudah terlalu lelah untuk berdebat dengan angkatan mereka yang memang susah diatur terlebih lagi dia tidak ingin membuang tenaganya sia-sia hanya untuk mengoceh pada Aiyu pagi ini.

Dengan suasana lebih tenang bu Tiffany melepas kacamatanya yang sedari tadi dia pakai, meletakan kedua telapak tangannya untuk menyangga berat badannya dimeja.

"Aku akan memeberikan surat panggilan untuk orangtuamu, mereka yang akan membicarakan ini untukmu dan aku juga harus bicara dengan mereka--"

"Jangan!!" Entah mendapat kekuatan dari mana lagi kini Aiyu yang beralih membentak bu Tiffany, hingga membuat beberapa pasang mata disekitarnya menatapnya terkejut.

"Buk, saya mohon jangan panggil orangtuaku," entah apa yang ada diotak Aiyu sebenarnya, mungkin hanya dia yang berani seperti itu pada guru ter-killer disekolah.

Beerbeda dengan sebelumnya yang berbicara lantang seolah dia adalah yang benar, sekarang sorot matanya memohon bahkan suaranya sedikit gemetar. Mungkin dia memiliki bakat terpendam menjadi seorang aktris?

Seperti tak ada ampun, kesabarannya diuji terlalu lama, bu Tiffany sudah tidak tahan menahan lebih lama darahnya untuk tidak naik, dia sudah menunjukan wajah aslinya sekarang.

"Kamu, Doh Aiyu, apa kau tak bisa sopan terhadap orang yang lebih tua, terlebih saya adalah gurumu!" Cetusnya menggebrak meja, nafasnya tersengal sorot matanya lebih tajam dari sebelumnya.

Doh Aiyu tak bisa berkelit lagi, apa yang harus dikatakannya pada Dyo, kakaknya jika sampai surat panggilan benar-benar sampai ditangannya yakinlah perang dunia ketiga akan terjadi.

Wajah cemasnya tak bisa dia sembunyikan lagi. Buku jarinya memutih meremas tepi roknya.

Menyadari hal itu semakin membuat bu Tiffany semakin pening.

"Apa kalian sedang mempermainkanku, huh!" Bentaknya tak kalah dari yang sebelumnya. membuat siapapun disana menatapnya.

Sudah menjadi kebiasaan jika guru BK itu sedang naik darah dia pasti akan berteriak seolah disana hanya ada dia dan orang yang dibentaknya.

"Apa kau mau aku mengeluarkan SP untukmu!"

"Jangan! Aku mohon jangan buk, sejujurnya--"
Ryujin memotong pembicaraan guru sosial politik didepannya setelah sedari tadi hanya berdiam diri tak bersuara.

Apalagi? Seolah kata itu yang terpancar dari sorot mata si guru saat memandang Ryujin yang hanya bisa menunduk.

Menarik nafasnya dalam-dalam mencoba berbicara setenang mungkin walau masih terdengar gemetar.

Metanoia [On Going] [pending] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang