Metanoia 5; Lethologica

72 9 2
                                    

Vote juseyo!

"When you think of something but the word for it escapes you."
.
.
.

Bel sekolah berkumandang diatas langit SHS.

Tidak butuh waktu lama untuk murid membubarkan dirinya, begitupun dengan Ryujin dan Aiyu yang terlihat murung hari ini.

Sejak berangkat sekolah wajah Aiyu selalu muram dan tak bersemangat sekolah, tentu saja rencananya hari ini dia hanya akan berguling diatas kasurnya yang empuk dan menonton serial kartun favoritnya, tapi karna Dyo memaksanya sekolah alhasil membuatnya harus melupakan rencana indahnya ini.

Mereka terus berjalan menyusuri lorong SHS yang membawa mereka kehalaman sekolah.

Wajah Ryujin terlihat lebih cerah hari ini entah karena apa Aiyu sedang tidak mood untuk bertanya, padahal Ryujin memiliki kapasitas otak yang sama kecilnya dengan Aiyu tapi entah, dia terlihat baik-baik saja melewati hari-harinya disekolah tanpa memiliki beban yang berarti, mungkin karena dia beruntung, beruntung tidak memiliki seorang kakak seperti Doh Kyungsoo.

"Aiyu, udahlah gak papa, toh kamu gak kehilangan apapun, kan?" Kata Ryujin mencoba menghibur teman disebelahnya yang sudah murung seharian ini. Aiyu tak ada niatan berkomentar apapun dia memasang mode hemat data sejak pagi.

Doh Aiyu sudah menceritakan semua apa yang terjadi padanya dan juga guru baru yang ternyata adalah sahabat kakaknya yang mengharuskannya masuk sekolah karena dijemput olehnya, membuat Ryujin tau apa yang sahabatnya itu keluhkan, untungnya Ryujin teman yang peka jika tidak Aiyu sudah tak tau lagi akan bercerita kepada siapa.

Sekolah sudah sepi sejak dua jam lalu, jadwal asli sekolah mereka memang senormalnya jam sekolah, tapi pengecualian untuk kelas tiga karena harus menerima tambahan 2 jam pelajaran, jadilah mereka pulang jam empat setiap harinya.

Keduanya berdiri sampai dihalaman gerbang yang sudah lengang.

"Mana Dyo?" Tanya Ryujin melihat sekitar.

Masih tak ada niatan untuk menjawab, Aiyu terus saja menunduk murung.

Dyo walaupun sering telat menjemputnya tapi hampir tak pernah tidak menjemputnya, dia tidak akan pernah membiarkan Aiyu pulang dengan transportasi umum, bahkan mereka pernah berdebat untuk hal itu, sangat menjengkelkan bagi Aiyu untuk menunggu setiap harinya, tapi kembali lagi pada karakter kakaknya yang terlalu kolot terhadapnya, kadang dia iri pada Ryujin yang bisa naik bus kapan saja.

Thiin.. tiinnn..

Suara motor begitu berisik ditelinganya, tapi tak berpengaruh apapun untuk Aiyu yang tengah jengah seharian ini, dia terus saja menunduk layu.

Thiinn.. tiinn..

"Dia siapa ngeliatin kita?" Kata Ryujin menyikut lengan Aiyu, membuat Aiyu mau tidak mau dengan segala kemalasannya melihat kearah yang dimaksud Ryujin, matanya menyipit mempertajam penglihatannya pada seorang diatas motornya terus saja melihat kearahnya.

Oh shit. Mata Aiyu melebar saat melihat bahwa itu adalah laki-laki yang semalam, membuat Aiyu mendengus kesal, Ryujin hanya menatapnya penasaran

"Kenapa? Jangan bilang itu cow--"

Belum juga Ryujin menyelesaikan kalimatnya Aiyu sudah melangkah pergi meninggalkannya menyeberang jalan.

Rambut panjangnya yang dia kucir kuda tanpa menyisakan poni, hanya rambut-rambut halus didahinya tertiup angin kala kaki panjangnya berhenti tepat disebelah motor pria yang masih setia dengan helmnya yang tertutup.

Metanoia [On Going] [pending] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang