*3

62 3 0
                                    

Setelah dirasa waktu istirahat mereka cukup, mereka berkumpul di ruangan yang begitu besar ruangan yang diklaim sebagai ruang pertemuan.

Di ruangan ini terdapat meja yang begitu panjang dengan dikelilingi oleh kursi-kursi di samping pojok ruangan ini terdapat berbagai jenis koleksi senjata.

Ruangan ini pun memiliki penerangan yang terang dengan dikelilingi banyak jendela dan ventilasi udara yang memadai.
Sejuknya udara dan suasana yang begitu sunyi dapat dirasakan saat pertama kali menginjakkan kaki di ruangan ini.

Orang-orang itu pun mulai duduk di kursi mereka masing-masing ternyata dibalik kursi tersebut telah terukir nama mereka saat kan memang kursi itu diciptakan untuk mereka.

“ Baiklah kita tidak mungkin menunda-nunda waktu lagi saya pun sudah mengetahui tujuan kapten datang ke sini. Karena tidak memungkinkan Kapten mau keluar dari tempat persembunyian jika tidak ada sesuatu yang penting”. Ucap sandirga.

“ ya kamu memang benar aku datang ke sini karena ada tujuan tertentu dan aku pun sudah meyakini kamu tahu tujuanku datang ke sini. Dan aku yakin kamu sudah mendengar berita dari pimpinan bahwa negara tercinta kita Pasundan ini akan dilebur menjadi satu dengan negara yang baru”. Ucap sang Kapten.

“ memang benar kapten aku telah mendengar berita ini dari beberapa surat kabar dan penyiaran radio. Tidak kanya itu akibat dari peleburan itu para tentara KNIL yang sudah di bentuk sejak lama dengan seenaknya di bubarkan. Dan hanya orang-orang terpilih lah yang masih bisa bertahan. Namun, dengan nama yang baru”. Ucap Sandirga.

“ Yah..... maka dari itulah aku keluar dari zona nyamanku untuk mempertahankan tanah terinta dan membela hak para tentara yang dirampas begitu saja”. Ujar sang kabten dengan mata yang di penuhi kilaan benci.

“ Maaf sebelumnya Kapten, bagaimana kita akan mengalahkan mereka. Jika jumlah kita saja hanya sedikit?. Sedangkan tentara kita yang masih selamat kita tinggalkan di kota asal”. Tanya Turkim.

“ untuk masalah itu tidak perlu khawatir saudaraku... di daerah ini banyak sekali tentara-tentara bekas KNIL selain itu banyak warga di beberapa lapisan yang tidak menyetujui dengan peleburan ini. Maka dari itu kita akan dengan mudah merekrut mereka menjadi anggota kita”. Jawab Sandirga.

“ Jikalau seperti itu maka aku ingin kita mulai besok, harus menyusuri daerah-daerah di pasundan ini. Untuk bagian selatan yang kita tempati itu di lakukan paling akhir, kita sekarang fokus dulu kebaigian barat, timur, apalagi utara yang merupakan daerah kekuasaan pasukan laknat itu”. Ujar Sang kapten.

“ Siap Kapten” jawab mereka serempak.

Setelah musyawarah kecil-kacilan itu para tentara mulai memisahkan diri dan memasuki bilik kamar masing-masing.
Disinilah kisah mereka akan di mulai. Sesuatu yang akan menggemparkan akan terjadi.


Dimalam yang sunyi ini, duduk seorang yang tengah merenung di balik jendela. Jika orang lain melewati kamar ini pasti oraang itu akan mengira sang pemilik tengah terlelap. Namun ternyata aang pemilik itu tengah merenung di bawah pancaran sinar rembulan.

Suara hewan malam masih terdengar jelas. Pekarangan rumah yang di tanami berbagai jenis pohon dan semak-semak menjadi tempat perlindungan para hewan.
Angin yang menerpa di malam ini pun lumayan kencang, setidaknya mampu menerbangkan helaian rambut yang menjuntai kedepan. Hanya sedikit, karena rambut itu selalu di pangkas rapi.

Sunyi...... dan menenangkan itulah yang di rasakan oleh orang itu. Pandangan mata yang menerawang jauh....jauh....jauh.... lebih jauh...... dan semakin jauh....

Jika saja sesorang yang di tatap seperti itu mungkin ia akan merasa tertusuk saking tajamnya. Untungnya yang di tatap adalah langit malam, walau tanpa bintang namun sepertinya dapat menyita semua perhatian orang itu.

Entah apa yang tengah ia pikirkan. Namun sepertinya itu bukanlah hal mudah...
Tiba-tiba saja terdengar bunyi sesuatu...

Kukk...

Kuk...

Kuk...

Kuk...

Suara itu dapat mengalihkan pandangannya dari langit malam menuju dahan pohon trembesi yang mungkin sengaja di tanam untuk menghisap polusi yang di ciptakan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. Karena kebetulan rumah ini drkat dengan jalan walau terhalang halaman luas dan kebun-kebun. Jikaa di lihat dari jalan tidak akan tampak jika ada rumah padahal jaraknya hanya 100 meter.

Di sana di salah satu batang pohon bertengger dengan cantik seekor burung hantu.
Mata besarnya begitu tajaam saat memandang. Paruh runcingnya begitu kuat saat mencekam. Bulu-bulu tebalnya melindungi tubuh itu dari dinginnya malam.

Terlihat jelas sepasang mata orang itu tengah bertabrakan dengan sepasang mata burung hantu. Sama-sama tajam itulah yang dapat diamani.
Hewan-hewan yang semula berbunyi saling sahut-menyahut tiba-tiba saja berhenti berbunyi.

Seakan-akan mereka juga merasakan aura mencekam yang di ciptakan oleh dua pasang mata itu.... semakin lama terasa semakin mencekam... hingga...

Krik...

Krik...

Krik...

Suara jangkrik menghentikan suasana itu.

Orang itu mencetak senyum tipis di bibirnya. Jika orang tidak cermat melihatnya lengkungan di bibir itu tak kan tampak. Entah apa yang ada di pikirannya setelah melakukan kontak mata dengan burung hantu orang itu terlihat lebih bercahaya seakan seperti orang yang mendapatkan ide brilian...

ide yang begitu bagus dan memukau.
Entahlah... hanya dia dan Sang Pencipta yang tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Lautan MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang