Amanda memasuki kelasnya, XI IPA-2 dengan lesu, bukan karena takut mengantuk saat pelajaran Bu Leli karena kurang tidur semalam, namun karena dia malas untuk mengikuti pelajaran guru matematikanya itu.
"Tumben lo datengnya siangan gini," Lavi memperhatikan teman sebangkunya yang baru duduk itu.
Amanda menjadikan tasnya sebagai bantal di atas bangku.
"Gue tau, pasti lo juga gak bareng abang lo, kan?" Tebak Dina, yang duduk di depan Amanda.
Amanda menatap Dina heran, "kok, lo tau?"
Dina mengibaskan rambutnya sombong.
"Jelas dong, abang lo yang ganteng itu gak pernah lambat berangkatnya."
Amanda dan Lavi hanya memutar bola mata mereka malas. Tak tahukah Dina saat ini, kalau dirinya sedang kesal dengan abangnya itu.
"Gue yang satu sekolah sama lo, tapi abang gue yang lo perhatiin, lucu banget lo."
Namun tiba-tiba Amanda langsung berbisik ke Dina. "Gue dianterin abang gue yang lain kok."
Dina menatap Amanda dengan terkejut, yang menurut Lavi terlalu alay.
"Eh? Siapa? Siapa?" Tanyanya penasaran.
"Abang Gojek," Amanda langsung tertawa melihat wajah kesal Dina.
"Rese lo!"
Dina kemudian mengambil hape-nya lalu memilih bermain instagram daripada menghadapi Amanda, yang ada hanya menguras emosinya saja.
Lavi yang sejak tadi menyadari kalau Amanda sedang mengerjai Dina hanya menggeleng, sudah biasa menghadapinya, lalu melanjutkan kegiatan membacanya.
Dina ini kalau urusan laki-laki tampan memang nomor satu, tak heran dia tahu semua laki-laki populer baik di sekolahnya sendiri maupun yang diluar sekolah. Bahkan Amanda pernah berfikir, kalau Dina mungkin tahu semua laki-laki tampan dan populer di seluruh Kota Jakarta.
"Salah sendiri, udah tau abang gue cuma satu, masih aja nanya-nanya," ujar Amanda di sisa-sisa tawanya.
Tiba-tiba Alan masuk ke kelasnya, dan menghampiri bangkunya.
"Gebetan dateng noh," ujar Lavi tiba tiba.
Sedangkan Amanda sudah fokus melihat Alan yang berjalan ke arahnya, yang entah kenapa seperti ada efek slow-motion.
Alan ini salah satu murid populer di sekolahnya, dia rajin, bahkan juga selalu masuk 10 besar di kelasnya XI IPA-4. Jika Lavi merupakan siswi terpintar di kelas ini, maka Alan adalah Lavi versi laki-lakinya di kelasnya sendiri. Namun anehnya Lavi tidak terlalu suka jika Amanda dekat dengan Alan, dia selalu pindah jika Alan menghampiri Amanda. Padahal Alan selalu baik pada semua temannya, ramah, tampan, kapten basket, dan bahkan salah satu anggota OSIS di sekolah mereka.
Amanda bahkan sempat berfikir kalau Lavi juga menyukai Alan, hanya karena tidak ingin menyakiti sahabat sendiri, makanya dia yang memilih menjauh. Namun nyatanya, pemikirannya itu langsung dipatahkan dengan fakta bahwa Lavi sedang dekat dengan kakak kelas saat ini.
Semua teman sekelasnya tahu bahwa Amanda dan Alan sudah dekat sejak 3 bulan yang lalu.
Bahkan sampai ada yang bertanya langsung padanya, seperti, "kapan friendzone lo berakhir? Kapan Alan nembak lo? Gak capek ya Man, digantung Alan?" Namun Amanda hanya tersenyum, karena dia juga tidak tau kapan Alan menyatakan perasaan padanya.
"Seru banget nih," Alan duduk di meja depan Amanda, setelah menggeser sedikit tas Amanda.
Sedangkan Amanda sudah tersenyum malu dengan pipinya yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [The Truth Untold] [ON GOING]
Teen FictionAmanda Mefiana Fani hanyalah seorang gadis berusia 17 tahun yang sedang menikmati indahnya masa remaja. Kehidupannya terlihat sangat bahagia, apalagi saat dia dipertemukan dengan cowok bernama Melvin Walter, cowok yang memiliki paras tampan karena m...