Dirgam dan Amanda sudah sampai di SMA Angkasa, karena pertandingan basket kali ini diselenggarakan di SMA itu. Ini sudah memasuki babak penyelisihan, dan ketua tim dari SMA yang sangat terkenal itu pastinya sama-sama kuatnya, dan pertandingan kali ini pasti akan sangat seru.
"Penampilan gue aneh ya? Dari tadi gue diliatin mulu atau emang perasaan gue aja?" Tanya Amanda, sambil meletakkan helm-nya di atas motor Dirgam.
Dirgam memperhatikan Amanda, sahabatnya ini padahal hanya memakai celana jeans, sweater warna navy dan sneakers putih, rambut panjangnya dia biarkan tergerai begitu saja, make up? Amanda hanya memakai lip balm dan bedak tipis, wajahnya yang putih bersih memang membuatnya selalu terlihat fresh.
"Lo cantik, mereka iri kali," Dirgam menggandeng tangan Amanda menuju ke lapangan indoor, yang berada di dalam sekolah itu. Amanda hanya mengikuti kemana Dirgam membawanya.
"Hei, Gam," panggilan itu membuat Dirgam dan Amanda menoleh ke sumber suara.
Amanda hanya diam melihat Melvin dan kedua temannya menghampiri mereka, mereka semua memakai baju basket, yang membuat Amanda sedikit terkejut.
"Melvin pemain basket juga? Lawannya Alan dong."
Dirgam bertos dengan mereka semua.
"Lo nonton juga?" Tanya salah satu diantara mereka.
"Iyalah, kan sekolah gue yang jadi lawan lo."
"Jadi lo gak dukung gue nih?! Tega kamu mas, tega!" Amanda menatap aneh sedangkan Dirgam menatap jijik.
"Malu gue punya temen kayak lo, Yan," ujar Dennis sambil menjitak kepala Ryan, sedangkan yang dijitak hanya mengaduh.
"Hai, kita ketemu lagi," ujar Melvin yang membuat kedua temannya menatap Amanda juga.
"Wih.. Lo udah punya cewek, Gam?" Tanya Ryan.
"Pinter juga lo milih cewek, Gam. Bening bener," tambah Dennis, sambil menatap Amanda dengan senyum selebar mungkin.
Dirgam hanya menatap malas, "dia temen gue."
Ucapan itu langsung membuat Ryan dan Dennis berebut ingin berkenalan dengan Amanda.
"Gue Ryan, panggil aja sayang," ujar Ryan sambil mengedipkan satu matanya genit ke arah Amanda.
"Halah, sayang mata lo katarak. Jangan dengerin dia ya, dia rada gila, gue Dennis," Dennis mengulurkan tangannya.
"Amanda," Amanda tetap membalas dengan senyum ramah, sambil membalas jabat tangan mereka berdua yang menurut Amanda sedikit aneh.
"Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan!" Seru Ryan dan Dennis bersamaan.
"Meleleh hati abang, dek," ujar Ryan sambil memegang dada kirinya.
"Lemah aku tuh," tambah Dennis dengan wajah yang terlihat tersiksa.
"Aduh! Ampun bos!"
"Sakit, Vin!"
Teriakan kesakitan dari Ryan dan Dennis langsung terdengar, saat Melvin menjewer telinga mereka berdua.
"Gercep aja lo berdua liat yang bening dikit," ujar Melvin melepas jewerannya.
Amanda hanya tertawa pelan melihatnya, sedangkan Dirgam hanya memutar bola mata malas, sudah biasa dengan tingkah mereka.
Melvin menatap Amanda, dia ingin mengatakan sesuatu, namun terhenti karena ada yang mendahuluinya memanggil Amanda.
"Manda!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [The Truth Untold] [ON GOING]
Teen FictionAmanda Mefiana Fani hanyalah seorang gadis berusia 17 tahun yang sedang menikmati indahnya masa remaja. Kehidupannya terlihat sangat bahagia, apalagi saat dia dipertemukan dengan cowok bernama Melvin Walter, cowok yang memiliki paras tampan karena m...