Alberic sangat membenci gadis diatas bangkar rumah sakit dengan alat bantu pernapasan itu terbaring lemah, Alberic berjanji akan membenci gadis itu habis habisan, membuat nya menderita seumur hidup, dan menghukum nya sampai Alberic puas, Karna didal...
Dengan air mata yang terus mengalir tanpa suara sedikit pun, jari jari tangan juga lutut yang sunggu lemas seperti tidak memiliki tulang dan raga, tubuh dan bahu yang merosot tidak memiliki tenaga, itu lah yang dirasakan oleh Alberic sekarang ini, bagaimana dengan perasaan Alberic? Sungguh tidak bisa di deskripsikan, sedih-marah-tidak percaya-marah-kecewa-semua terasa diaduk aduk didalam dada nya, Alberic menatap putus asa ke tempat peristirahatan terakhir tunangan nya-Selvi-cintanya-raganya-hidupnya-segala gala nya bagi Alberic.
Air mata sudah tidak bisa di tahan lagi walaupun sudah berusaha menahan, tanpa suara atau isakan air mata itu terus bercucuran dengan tidak sabaran nya.
"Bang, balik udah yu.." sentuhan di bahu kiri nya tak sama sekali membuat Alberic menoleh, dia sudah tau siapa yang menyentuh nya atau bahkan yang mengajak nya pulang.
Dia, Diaz, sepupu Alberic, umur nya 2 tahun dj bawah Alberic dan dia adalah saudara Alberic yang paling dekat dengan nya.
"Bang, come'on, lo udah lama banget disini, mau sampai kapan? Selvi juga gabakal dateng kesini buat anter lo pulang right?"
"Brengsek! Bisa diem lo bangsat?!" Ucap Albetic tajam dan dengan sekali hentakan tangan Diaz sudah melayang di tepis Alberic.
"Engga!!!! Aku mau disini! Aku mau nemenin Ka Selvi!!" Terdengar ucapan keras perempuan di dekat Alberic, perempuan itu berwajah pucat dengan bibir yang tak kalah pucat juga, dia memakai kursi roda dengan tangan kiri yang di infus
"Sil, ayo pulang, tadi dokter cuman bolehin keluar selama 2 jak ga lebih, lo abis oprasi sil! Inget!" Dan entah siapa-nya, perempuan di samping nya berusaha membujuk agar dia segera pergi dari tempat peristirahatan terakhir Selvi
"Non silvi ayo balik ke rumah sakit yu, nanti Non ga sembuh sembuh, dokter kan cuman ngasih waktu 2 jam galebih Non" perempuan paruh baya dengan rambut di sangguh yang sedikit memutih juga ikut membujuk perempuan berkursi roda tersebut.
"Engga! Hiks...ka..Se-Selvi...Hiks..aku gamau pulang! Aku punya siapa di sini selain Ka Selvi? Hiks...k-ka..." ucap perempuan itu dengan isakan meraung raung nya tidak jelas.
Karna keributan tersebut membuat Alberic menoleh, mendapati pemandangan yang membuat nya menegang, perempuan dengan gaya pasien nya, duduk di kursi roda, tangan kiri di infus lengkap dengan baju khas rumah sakit berwarna hijau sedang di paksa keluar oleh dua perempuan di samping kanan kiri nya, terlihat jelas perempuan itu tidak mau meninggalkan tempat ini, dia menangis histeris dengan isakan pilu yang menyesakan dada, bahkan darah dari selang infus nya sudah naik akibat terlalu banyak gerak
*jadi kalo di infus itu gabole bnyk gerak, kalo tngan nya brgerak trus, bsa ngebuat darah pasien naik ke atas dari selang itu /pengalam thor yg dlu kseringan diinfus;)
Alberic berdiam diri kaku memandangi wajah perempuan tersebut yang pucat berlinang air mata.
Dia berjalan tergesa ke arah perempuan itu, namun belum dua langkah perempuan itu sudah jatuh pingsan di kursi roda nya, membuat dua orang wanita di samping kanan kiri nya segera membawa perempuan tersebut pergi.
Alberic berhasil mencegah salah satu dari wanita tersebut dengan gaya rambut ombre berwarna ungu gelap di bagian bawah rambut nya, baju kaos merah yang dilapisi kemaja kotak kotak berwarna hijau lumut.
"Maaf?" Tanya nya risih karna Alberic mencekal pergelangan nya cukup kuat.
"Tadi siapa?" Tanya Alberic dengn suara barithon rendah nya.
"Yang...mana?" Ucap nya bingung.
"Yang di kursi roda...siapa?"
Pertama wanita ini menautkan alis bingung, seperti mengingat ingat sesuatu, dua menit kemudia di tersentak kaget akan ingatan yang tiba tiba muncul.
"Lo! Tunangan nya Ka Selvi ya?!" Ucap dia histeris sambil menunjuk tepat di depan wajah Alberic dengan tidak sopan nya.
"Bisa kita bicara lebih tenang dan nyaman? Gadisini tentu nya" ucap Albetic jengkel.
"T-tunggu sebentar" ucap nya dan segera menelfon seseorang.
"Halo bi! Bibi sekarang bawa Silvi ke rumah sakit, gausah nunggu saya, saya ada urusan penting sekarang, bawa Silvi cepet ke rumah sakit, ya bi, saya tutup"
"Gimana?" Ucap Alberic.
"Ya, ayo saya masih punya waktu" ucap nya mengangguk, mengikuti langkah kaki Alberic menuju cafe terdekat dari sana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"J-jadi yang tadi itu betulan kembaran Selvi?" Ucap Alberic tergagap tidak percaya.
"Hmm, beda dua menit dan ka Selvi jadi yang tertua diantara mereka" ucap Alin-sahabat Silvi yang cukup dekat dengan Selvi.
"Selvi sebelum nya pernah kasih tau saya kalo kembaran nya dirawat juga, tapi dia dirawat karna apa?"
"Anemia parah, dan...eumm...dia ada penyakit jantung dari lahir" ucap Alin tidak enak.
"Anemia? Ya...Selvi juga punya, tapi untuk jantung..."
"k-ka Selvi donorin jantung nya buat Silvi, ka Selvi meninggal bukan karna Anemia nya, tapi karna udah ngorbanin jantung nya buat Silvi"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tbc 07/02/2019
Blom ko blom, masih blom, eps selanjutnya silahkan dinikmati, jangan pindab kemana mana beb.
Hargain, tinggalkan jejak¡¡¡¡¡¡
My story for you all💞 _With love, seagu◽ ◽By/kimchi_