Tamparan pertamaku

216 15 0
                                    

Hari ini, aku pulang kampung. Untuk pengurusan Kartu Tanda Penduduk, yang emang belum pernah aku proses sebelumnya. Karena dapet izinnya cuma 3 hari. Jadi di rumah cuma bisa sehari 2 malem doang. Tapi ngga papa deh, yang penting pulang. Hehe.

Aku berangkat dengan memakai jas almamater waktu dulu sekolah di Aliyah. Setingkat SMA gitu. Karena dulu ngambil jurusan nya keagamaan. Jadi, aku dapet jas almamater nya warna putih. Ada liner hijau toska sebagai pemanis jas itu. Jujur, aku memang bangga memakai jas ini. Why? I don't know.

Aku sampai di rumah ashar. Dari perjalanan sebelum dzuhur. Setelah sampai di rumah, aku duduk. Dan langsung makan. Karena mamak ku belum sampai di rumah.

Setelah aku makan dan manďi, aku tiduran dikamar. Mamak ku pulang
"Ehhh, pulang kapan? Kok ngga ngasih tau?"
"Barusan" jawabku sambil mencium tangan yang sangat istimewa itu.
"Mamak sehat?"
"Alhamdulillah"

Setelah ngobrol-ngobrol, mamak bilang kalo temennya punya anak yang berkebutuhan khusus sedang tinggal di rumah ini. Karena penasaran, jadi aku nemuin dia. Keliatan nya habis mandi. Aku coba dekati dia

"Hay? Namanya siapa?" Sapaku.
Dia tidak meresponsku. Mungkin tidak mengerti bahasa ku. Akupun mengulanginya lagi dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun, Dia tetap tidak meresponsku.

"Dia ngga bisa bicara juga ngga bisa mendengar" kata mamak

Sontak hal itu membuat ku menangis. Sungguh. Kamu bilang aku alay, lebay, cengeng pun terserah. Yang pasti aku bener2 ngga tega liatnya. Aku langsung lari ke dalam kamar dan menangis disana. Bukan apa-apa, tapi menurut ku, selama ini aku banyak mengeluh ini dan itu. Dengan kesempurnaan yang Allah berikan padaku. Tanpa melihat diluar sana ada dia, atau bahkan mereka, yang memiliki banyak kekurangan.

Setelah pengurusan KTP ku selesai, aku langsung pulang ke tempat ku menuntut ilmu. Akupun menggunakan jas yang waktu itu ku pakai.

Setelah sampai di tempat tinggal sementara ku ini, aku menemukan surat dari dalam tasku.  Tulisan yang menurutku jauh dari kata rapi. Namun, Aku coba baca surat itu, yang isinya sangat menyentuh hatiku.

Assalamualaikum, dokter cantik

Kalimat pertama di surat itu. Ah, bahkan akupun bukan dokter. Apa karena jas almamaterku? Entahlah. Aku pun melanjutkan membaca surat itu

Hay dokter cantik?
Nama ku Firmansyah. Maaf ya dok, waktu itu aku ngga merespons dokter.
Padahal dokter sudah berusaha menggunakan bahasa isyarat. Bukan apa-apa. Aku hanya khawatir dokter akan takut jika mengetahui bahwa aku ngga seperti mereka orang normal.

Sejak kecil, aku memang ngga bisa berbicara dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

Orang-orang sering kali menghindar dariku. Tatapan mereka saat melihatku adalah tatapan jijik, risih, benci bahkan muak. Tak sedikit dari mereka sering mengejekku dengan perlakuan mereka. Tak jarang juga aku merasa di kucil kan dan diasingkan. Mereka seolah-olah takut pada ku, seolah-olah mereka menganggap ku sebagai monster yang berkeliaran. Dan sangat menakut kan.

Padahal, sungguh. Aku ngga mengerti apa salah ku. Aku ngga pernah ganggu mereka. Aku hanya ingin seperti mereka punya banyak temen. Tapi nyatanya, justru aku sering di tertawakan oleh mereka. Memang, tawa mereka ngga bisa ku dengarkan, tapi wajah mereka bisa ku lihat.

Aku ingin sekali merasakan rasanya disayangi ibu. Namun ibu justru lebih memilih pergi meninggalkanku dan ayah. Mungkin ibu malu punya anak sepertiku. Aku yang ngga sama dengan mereka. Aku yang menyeramkan dan menjijikkan. Sejak kecil, Aku tinggal dengan Ayahku. Dia mengajati ku banyak hal yang ngga bisa aku cerita kan. Aku sayang sekali pada Ayah.

Jujur, Aku ingin bisa berbicara seperti mereka, bisa mendengar seperti mereka. Agar aku bisa sekolah seperti yang lain. Agar aku merasakan indahnya disayang ibu. Agar aku punya banyak teman seperti mereka. Namun, Allah memberiku fisik seperti ini.

Kata pak kyai, aku harus tetap bersyukur dan tersenyum. Karena dari sekian banyak orang yang membenci ku, aku punya Ayah yang sangat menyayangi ku. Aku juga punya mata yang bisa melihat, juga tubuh yang bisa berjalan.

Kata pak kyai juga, mungkin dengan Allah memberi aku seperti ini, aku jadi tidak bisa sembarangan berkata. Aku juga tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

Sekali lagi, maaf ya, dok. dokter cantik kalo udah bisa ngobatin orang, aku juga dikasih obatnya ya, dok. Biar bisa bicara dan mendengar.

Makasih, dok.
Assalamualaikum.

Sumpah, air mata ku ngga bisa berhenti mengalir melewati pipi.

Aku merasa, Betapa bodoh nya aku, seorang mahasiswa yang sering mengeluh akan semua tugas justru di ingatkan oleh dia, anak kecil yang bukan siapa-siapa.

Aku ingat betul bagaimana wajah polosnya menatapku ketika aku ingin berangkat kesini. Mata sayu nya membuat ku tak tega, apalagi senyuman yang slalu terlontar, aku sama sekali ngga nyangka. Dengan semua masalah yang dihadapi nya, dia masih terus bisa tersenyum kepada siapapun. Bahkan pada orang yang pernah menyakitinya.

Aku doakan semoga kelak, ada seorang dermawan yang mau membantu nya, mungkin dia susah dalam berbicara. Namun setidaknya dia bisa mendengarkan apa yang orang lain bicarakan. Dan semoga sang ibu yang telah mengandung dan melahirkannya segera sadar dan bisa menemui nya. Aamiin.

#firmansyah-NamaSamaran-

Deary Mahasiswa Bimbingan KonselingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang