Pertemuan 1

94 21 10
                                    

Berikan aku tanganmu
Selamatkan aku sebelum aku semakin terjatuh
.....

Tania hanya menatap kosong lantai ketika ia mendengar diagnosa dokter mengenai penyakitnya. Ia merasa hidupnya hancur dan tak mempunyai harapan lagi. Penyakit yang dulu ia pikir hanya bisa sembuh ternyata sekarang menjadi sangat mematikan. Ia menderita penyakit Leukemia Limfositik.

Tania berjalan dengan langkah yang lesu,ia tak percaya penyakit selama ini ia pikir akan sembuh malah semakin mematikan.

Ia keluar dari rumah sakit menuju bangku taman, sambil melihat indahnya rembulan kala itu. Ia terpukau dengan keindahan rembulan itu, mengingatkannya akan ibunya yang sangat menyukai indahnya bulan.

Tania berjalan ke arah bangku taman dengan tatapan kosong. Ia duduk dengan lesu. Bayangan ketika ia akan meraih semua mimpinya dan menjadi orang yang sukses pun seketika lenyap.
Apakah ia bisa menjadi sukses dengan penyakitnya itu.

Tania masih tak percaya dengan semua ini, ia berharap kedua orang tuanya masih ada. Ia butuh seseorang untuk melindunginya, tapi nasib berkata lain. Ia hanya sebatang kara di dunia ini.

"Pada siapaku bersandar, pada siapaku mengeluh. Apakah aku masih bisa melanjutkan hidupku yang berantakan ini?" Tania merenung.

.....

"Kalau begitu aku pulang duluan ya ron, sudah malam dan sekarang waktunya kau beristirahat" kata Arvin kepada Roni temannya yang sakit.

Arvin berjalan keluar rumah sakit sambil menyapa perawat dan pasien pasien yang lewat. Memang begitulah Arvin, happy virus pagi banyak orang. Kelak yang menjadi pasangannya sungguh beruntung.

Setelah ia berada di luar rumah sakit, ia melewati taman dan tiba tiba terpaku ketika ia melihat seorang gadis cantik yang sedang duduk di bangku taman di bawah sinar rembulan yang sangat indah.

"Bahkan matanya melebihi indahnya sinar rembulan" batin Arvin dalam hati

"Siapakah dia? Dia kelihatan rapuh, bisakah aku menjadi sandaran dihidupnya?" Arvin membatin.

Arvin duduk di bangku taman yang jaraknya lumayan dekat dari tempat Tania duduk. Ia masih terpukau melihat keindahan rembulan malam itu di tambah kecantikan Tania.

"Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan" Batin Arvin karena saking terpesona oleh keduanya.

Tania yang telah merasakan dinginnya angin malam pun memutuskan untuk kembali ke rumah untuk mengistirahatkan diri.
Tania tidak menyadari kehadiran Arvin saat itu, dia berjalan menjauh di bawah sinar rembulan itu.

Arvin masih menatap sosok
Tania yang kian menjauh dari pandangan mata Arvin. Ia tersenyum dalam diam sambil menatap punggung nan rapuh milik Tania, ia bertekad akan menjadi sandaran untuk Tania.

Ya dia bertekad.

Aku meletakkan perasaanku di taman
Setelah bulan bersinar terang
Hatiku menuju ke arahmu

...

Catatan penulis

Hai teman-teman, gimana cerita kali ini?

Jangan lupa tetap dukung cerita ini dengan vote dan komen yaa

Sekian basa basinya
Sekian dan sampai jumpa di chapter selanjutnya💜

26 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang