Kita ada untuk menjadi cerita atas adil Tuhan.
-Senja dan Pagi
Mereka berpisah tepat didepan rumah Saera, masih bergandeng tangan tentunya, Soobin menatap Saera dengan penuh arti, penuh makna, seakan dia mengatakan, dia mencintai Saera, dan tak mampu untuk kehilangan.
"Kamu mau mampir?" tanya Saera sembari menatap Soobin dengan hangat.
"Tidak, lain kali aku akan mampir, sekarang kamu masuklah, aku ingin melihatmu." Ucap Soobin sembari memegang pundak Saera dengan lembut.
"Baiklah, aku masuk dulu ya, selamat tinggal Soobin-aa." Ucap Saera melambaikan tangan pada Soobin.
Laki-laki itu masih terpaku menatap punggung kecil itu, terlihat manis, rasanya dia ingin memiliki Saera seutuhnya.
Setelah sepersekian detik punggung itu telah menghilang dibalik pintu itu, kini Soobin telah tau dimana Saera tinggal, sebuah kemajuan sekaligus keberanian yang bisa dibilang nekat.
Sepanjang jalan pulang kerumah Soobin merenungi semua perbuatannya hari ini, mulai dari dia sudah berani menyuruh Saera menemuinya, menggandeng tangannya bahkan mengantar Saera pulang.
Soobin ragu sungguh ragu, dia ragu apa yang telah dia perbuat itu benar atau tidak, apakah Saera nyaman dengan apa yang dia perbuat.
Soobin takut Saera malah akan perlahan menjauhinya, bukan sekarang tapi suatu saat, dia takut akan hal itu sangat takut.
Karena rumah Saera dengan rumah Soobin lumanyan jauh, kini Soobin duduk dipemberhentian bus, menunggu bus datang mengantarnya pulang.
Bus berwarna biru itu telah berhenti tepat didepannya, pintu terbuka dengan perlahan membuatnya mengeluarkan suara decitan kecil.
Soobin masuk kedalam bus, mengeluarkan kartu transportasi memilih duduk disamping jendela sebelah kanan bus.
Mengingat-ngingat kembali bagaimana Saera, wajahnya, senyumnya, cara dia berjalan, cara mereka bergandeng tangan, cara mereka saling memandang, jika dipikir lagi Soobin merasa itu mustahil dia lakukan.
Bus melaju, kadang berheti dipemberhentian bus, dan pikiran Soobin masih melayang-layang memikirkan 1001 kemustahilan yang dia lakukan.
Hingga akhirnya bus berhenti ditempat seharusnya Soobin berhenti, kini dia berada dijalan menuju rumahnya tidak terlalu jauh dari pemberhentian.
Gerbang terbuka oleh penjaga rumah Soobin, melangkah masuk menuju kamarnya, meletakkan tas dan berganti baju, dan segera disambut oleh suara eomma Soobin yang menggema.
"Soobin, turun segera makan." teriak eomma Soobin.
Segera setelah itu Soobin turun, menuruni anak tangga satu persatu menuju ke ruang makan, yang dimana disana sudah ada Ibu dan kakak laki-lakinya, Choi Hansol.
Keluarga mereka memang gen yang baik, bagaimana tidak, Eommanya Choi Sooyoung dan Appanya Choi Siwon. Keluarga Choi memang terbaik, Siwon adalah seorang pimpinan di rumah sakit universitas, dan Sooyoung seorang designer terkenal, yang bahkan sudah merambah ke Amerika.
Choi Hansol, atau biasanya dia maunya dipanggil Vernon katanya sih biar kekinian, biar keren gitu. Dia masih kuliah dijurusan teknologi. Jangan tanya dia ganteng atau tidak, ya jelaslah ganteng badai gitu. Soobin aja badai apa lagi kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi ㅣ Soobin TXT
Fanfiction"Saya pastikan kamu menjadi yang terakhir!" kata Soobin [Terinspirasi dari lagu Alffy Rev : Senja dan Pagi] ©KimMayra