Akan ada yang Pulang

14 2 0
                                    

"Hari ini Ibu pulang fa, tunggu ya..."

Aku nggak tau lagi harus apa, ibu pasti bawa georgia besok kesini. Aku mau pergi aja deh besok tapi kemana ya enaknya? Hmmm...
Aku mau browsing aja lah nyari kedai kopi dekat sini, aku mau nyoba rasanya kopi kayak gimana.
--
19:00
Kedai Kopi Bang Jer.

"Mas, capucino satu ya. Di meja nomor 5 paling pojok."

"Siap mbak, tapi manggilnya nggak usah mas ya, panggil saja Bang Jer heheh"

Barista itu segera kembali ke tempatnya dan membuatkan kopi pesanan Ifa, Ifa segera menuju ke meja nomor lima. Ia hanya membawa tas kecil, selembar kertas, bolpoin, dan buku puisi kesayangannya
Karya:Sapardi djoko damono.

Ia menunggu capucino datang, ia melamun untuk mencari kata yang akan ia tulis pada kertas putihnya.

"Mbak, kopimu"

Barista itu datang membawa capucino pesanan Ifa.

"Terimakasih mas eh bang, maaf... "

Ifa mulai menggerakkan bolpoinnya, baru pertama kalinya ia ke Kedai Kopi dan sepertinya ini menenangkan, sepertinya ia ingin lagi-lagi main kesini dan mungkin akan rutin setiap malam minggu. Padahal kopi itu pahit dan hidupnya bahkan lebih pahit dari kopinya, ah aku sudah biasa merasakan pahitnya, bahkan lebih pahit dari kopi ini . Pikirnya.

"Kopi dan Kertas Putih"

Kutulis kata tanpa makna
Aku ingin pulang, namun aku tumbang
Aku lemah, aku juga kalah
Berharap kenyataan ini selalu semanis hayalan sempurnaku sebelum tidur
Malam ini, rasanya sunyi
Ramai, namun tak lagi damai
Aku hanya butuh waktu untuk tenang
Aku hanya butuh teman untuk bersandar
Aku hanya butuh sesuatu yang bisa aku gunakan untuk melampiaskan segenap emosi dan amarahku.

"Boleh aku duduk sini nggak? "

Pemuda itu terlihat manis namun tetap saja Ifa merasa ketenangannya terganggu, Ifa hanya melirik ketus dan mendengus kesal. "Kenapa sih, semesta selalu nggak mau dukung aku?  Kenapa nggak pernah biarin aku tenang"  Ifa menggerutu kesal dan langsung mengambil uang di dompetnya kemudian menaruh uang tersebut ke bawah cangkir, Ifa tak mau diganggu oleh siapapun.

Tak tahu lagi mau kemana, akhirnya Ia memutuskan untuk pulang. Ifa hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya karena kebetulan kedai kopi ini sangat dekat dengan rumahnya, sayangnya Ifa baru mengetahui adanya kedai tersebut berada tak jauh dari rumahnya. Tahu begini dari dulu aku mampir kesini untuk menepi dari penatnya realita, gerutunya.

"Ndok, habis kemana?"   Nenek Ifa belum tidur dan sudah pasti neneknya menunggu cucu kesayangannya pulang. Ifa memeluk neneknya kemudian, "Habis ke kedai Tok Aba, nek. Tadi Ifa mau agak lama disana tapi ada yang ganggu" Ifa berhasil kesal dibuat oleh pemuda itu, pemuda yang meminta izin untuk duduk di sebelahnya.

"Siapa yang gangguin kamu, mana orangnya, biar nenek slepet pake karet bungkus nasi" sembari mengambil ancang-ancang Neneknya seperti akan memulai suatu jurus.

"Nggak nek, kan pas dia minta izin ke Ifa, Ifa langsung pulang" Kata Ifa sambil tertawa terbahak-bahak akibat ulah neneknya.

Ifa mengambil teko teh yang sudah di seduh dan sudah siap diminum oleh dia dan neneknya.

"Minum dulu nek" Menawari neneknya yang sepertinya ngos-ngosan akibat tadi belaga mengambil ancang-ancang.

"Fa..."

"Hmmm? "

"Besok, Ibumu datang. Kan besok hari minggu, jadi kamu jangan main dulu ya..."

"Bawa anaknya ya nek? "

Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang