Kang Daniel
Entah sejak kapan aku merasa nyaman dengan suara kaki yang selalu mengejar dibelakangku. Rasa nyaman itu perlahan menjadikan candu. Bahkan saat ia tak ada dibelakang ku, aku dengan sukarela mengusiknya agar dapat menikmati wajahnya yang mengemaskan ketika bersemangat mengalahkan ku.
Aku tau ia gadis yang luar biasa, jadi tak heran bahwa saingan ku terbilang banyak. Selama 3 tahun ini, aku hanya bermain aman, sedikit tarik dan ulur agar dia tetap fokus mengejarku. Bermain untuk menancapkan beberapa otoritasku padanya hingga saingan ku perlahan mundur teratur.
Aku bahagia melihatnya tak bosan mengejarku, karena itu tanda ia masih mengarahkan perhatiannya hanya padaku. Tapi, kadang ia menjadi terlalu berlebihan memaksakan tubuhnya hanya untuk memenuhi kobaran semangatnya itu. Sedang aku terkadang jadi impulsif, dengan kepala batunya.
"Dengan tubuh seperti ini. Aku yakin kau bahkan takkan mampu mengerjakan ujian dengan baik besok"
Sungguh, bahkan detik pertama setelah aku mengucapkan hal itu, aku ingin menampar mulutku ini. Aku sadar aku melukainya. Mata jernih yang selalu bersemangat mengimbangi langkahku di belakang, kini bergelanyut keruh. Dan sialnya, aku pria brengsek yang membuatnya seperti itu.
"Kau.. Orang.. Paling Jahat.. Yang pernah aku temui!"
Ucapnya serasa puluhan paku menembus jantungku. Tak seharusnya hal ini terjadi.
Tak seharusnya aku menyakiti orang terkasihku ini.
.
.
.Ujian semesterku sudah selesai kemarin, hingga aku putuskan untuk menjadi seorang penguntit. Mengamatinya dari jauh, karena khawatir melukainya lagi. Ia nampak sempoyongan membawa diri. Sampai akhirnya aku melihatnya limbung dan aku seperti orang kesetanan berlari agar ia tidak terjatuh ke lantai.
"Kau tak apa apa Ongie~ya??"
Ia hanya mengernyit dan sedikit tersenyum, sebelum akhirnya bulir air dimatanya mengalir. Aku terenyuh.
"Kenapa kau menangis? Apa ada yang sakit?"
"Aku.... bisa mengerjakan soalku.... dengan baik"
Aku tau bahwa dalam keadaan terlemahnya, pun ia selalu mengejarku.
"Aku tau. Kau sudah belajar dengan keras. Aku bangga padamu"
Aku menangkap wajah damainya setelah sesaat aku menjawabnya. Meskipun aku tau pandangannya tak terfokus. Sebelum aku menyesal kemudian hari aku harus mengungkapnya...
"Maafkan aku sayang!"
.
.
.Setelah kemarin mengantarnya -dan pedebatan panjang nan pelik- akhirnya ia memilih untuk pulang kerumah. Melihatnya kemarin masih sempat membantahiku, aku merasa ia sudah dapat menerimaku kembali. Jadi disinilah aku saat ini, berdiri mematung depan sofa di ruang tengah sempit rumah Ongie~nya.
Nyonya Ong tiba tiba ada urusan mendadak dan secara sepihak memintaku untuk menjaga putrinya yang sedang demam. Bahkan belum aku meng-iyakan, ia sudah meluncur pergi meninggalkan ku sendiri disini.
Apa aku harus memanggil anak yang lain? Jihoon? Daehwi??
Ditengah kegalauan berfikir, aku merasakan aura panas menatapku. Saat aku berbalik ada segumpal selimut membungkus sesosok makhluk tak berdaya di tangga terbawah menatapnya. Siapa lagi jika bukan Ongie-nya.
"Astagaaa!!!" pekik ku
Ia mirip kepompong diujung tangga, hanya mukanya saja yang nampak. Saat aku menatapnya ia terdiam saja mencermati seperti orang linglung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Special W
FanfictionGS -WannaOne Mature Contain Awalmya Remake dari Komik Jepang "Special A".. Yang aku alihkan ke usia saat mereka sudah lulus SMA. Jadi akan ada beberapa adegan yng mengandung unsur dewasa Mohon dengan bijak yg tidak suka Genre GS dan dedek2 🔞 dilar...