Bagian 4

15.4K 1.4K 53
                                    

Cerita ini sudah tamat di Wattpad dan pindah tayang di Dreame.com, bagi kalian yang ingin membaca versi lengkapnya, silakan mampir di website tersebut. Ada beberapa part tambahan juga yang tidak dibagikan di Wattpad. Jangan lupa like dan komen, ya.
Terima kasih.

Penting!
- mungkin tulisan di bawah nanti akan nggak sepemahaman dengan kamu
- mungkin sampai di sini, kamu akan memutuskan berhenti membaca cerita ini, that's oke. Nggak apa-apa ☺

***

Kening Papa berkerut saat keluar dari kamar, dengan mengenakan pakaian olahraga, Papa pasti akan pamit untuk berolahraga bersama teman-temannya pagi ini. Kegiatan rutin Papa tiap kali libur akhir pekan.

"Kamu kenapa cemberut gitu?"

"Bete!" kataku sambil mengangsurkan susu rendah lemak untuk sarapan Papa pagi ini. Lalu mengambil buah-buahan di kulkas yang sudah kukupas dan kupotong-potong tadi.

"Bete kenapa, sih? Minggu cerah begini kok bete?"

Aku menunjuk ponselku yang tergeletak di atas meja. Sengaja kumatikan data selulernya agar tidak berisik karena banyak notifikasi yang masuk sejak semalam.

"Kenapa lagi hapenya? Rusak lagi?"

"Enggak, Pa. Cuma berisik banget kalau diaktifin data selulernya," rengekku sembari mengoles roti gandum dengan Nutella.

"Banyak orderan?"

Aku kembali menggeleng. Tidak berniat menjawab pertanyaan Papa karena akan membangkitkan rasa kesalku lagi.

"Kamu mau ikut Papa keluar? Biar nggak bete di rumah sendiri?"

"Nggak ah, Pa. Aku mau lanjutin ngepak orderan, biar besok bisa diambil pagi sama kurirnya."

"Ya sudah, jangan lupa kalau mau main, laporan dulu sama Papa. Pintu sama gerbang dikunci."

"Iya, Papaku. Nggak lupa, kok. Lagian, kayaknya aku bakal di rumah terus hari ini. Papa nggak sore kan, pulangnya?"

Papa menggeleng, menelan buahnya dan menyambar gelas susu.

"Siang paling. Nanti Papa sekalian beli makan siang buat kita. Adek mau apa?"

Aku mengunyah sembari berpikir. Makan apa yang enak nanti siang, ya?

"Bakso, mau?"

"Mau! Yang di tempat biasa kita beli ya, Pa. Kalau nggak ada, nasi padang juga nggak apa-apa, Pa," kataku membuat Papa tertawa. Bangkit dari duduknya dan mencangklong tas berisi baju dan raket untuk main badminton nanti. Menghampiriku untuk mengelus rambut dan melabuhkan ciuman di kening.

"Papa pergi dulu, ya? Ingat pesan Papa tadi!"

"Siap, Papa! Hati-hati, ya!"

Papa melambaikan tangan lalu beruluk salam sambil lalu. Aku kembali mengambil selembar roti dan mengolesinya lagi dengan nutella. Aku sudah selesai menyapu dan tinggal mengepelnya nanti.

Aku jadi teringat kegilaan pagi tadi. Saat bangun tidur, biasanya aku akan melihat jam di ponsel karena di kamarku tidak kupasang jam dinding, lalu mengaktifkan data selulernya dan meninggalkannya untuk melaksanakan kewajiban. Baru setelah selesai solat, aku akan menilik ponselku lagi. Biasanya akan ada beberapa chat dari calon pembeli atau teman-temanku yang lain di WhatsApp atau Instagram. Sedangkan tadi pagi, ponselku menerima banyak notifikasi dari Instagram berupa DM dan permintaan pertemanan di Instagram pribadiku.

Gimana aku nggak senewen coba, kan? Pasti itu gara-gara Azka yang seenak jidatnya sendiri menandaiku di Insta Story-nya semalam.

Dengan dongkol, aku melihat jumlah permintaan pengikut yang melonjak tajam. Kebanyakan akun milik perempuan yang aku tahu, pasti fans Azka di dunia maya itu. Lalu melipir ke DM, aku membuka beberapa DM yang masuk, membacanya dan membuat kepalaku pening seketika.

Kisah Dari Masa Lalu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang