Sadar

14 5 0
                                    


"Memandang malam tanpa bintang sama seperti memiliki cinta namun tak bisa menjaga"


Flashback on.
Zitha kecil terus menangis di dalam ambulans. Setelah kejadian papanya mendorong mama dina sampai tak sadarkan diri, bibinya dan zitha menelepon ambulans dan membawa kerumah sakit. Sesampainya dirumah sakit ibu zitha langsung dimasukkan ke ruang UGD karna luka dikepalanya yang cukup parah. "bi, mama nggak pa" kan?"ucap wanita kecil itu.
"non zitha jangan takut mama baik-baik aja kok"jawabnya.
"tapi tadi itha lihat keluar darah banyak bi dari kepala mama"tak terasa mata wanita kecil itu berkaca-kaca seperti merasakan luka yang sangat parah.
"non tenang aja, kita doa kan saja semoga nyoya baik-baik aja non"ucap bibi menenangkan.
Nafas yang tadi tak beraturan sekarang terasa sudah beraturan di dalam dekapan bibinya "non masih kecil kenapa harus merasakan penderitaan sebesar ini non"ucap bibi sambil terus mengusap pelan rambut ita.

Zitha mengeliat kecil sambil mencoba membuka mata, ia menatap sekeliling dengan warna yang dominan abu-abu terlebih lagi aroma yang sangat ia benci yaitu obat-obatan, ia kembali sadar bahwa hadirnya ia disini untuk ibunya "bibi"teriaknya memangil wanita paruh baya itu.
"eh iya non bibi disini"
"mama dimana bi? Mama udah bangunkan?"tanyanya lagi.
"udah non, ayo bibi antar ke nyonya!"zitha digendong bibinya berjalan melewati koridor dan sampainya diruangan.

Kreekkk. Pintu dibuka melihatkan mamanya yang terbaring lemah dengan luka perban di kepalanya "maaaammmaaaa"teriak gadis kecil itu.
"aduh sayang!! Jangan teriak-teriak ini rumah sakit sayang"ucapnya mamanya sambil pura-pura menutup telinganya.
"ih mama, itha takut mama kenapa-napa low malah ita di marahi"rajuknya membuang muka.
"aduh anak mama ini ya, jangan marah deh sini dekat mama"zitha langsung berlari mendekati ranjang mamanya,matanya kembali berkaca-kaca melihat mamanya "eh kenapa nangis sayang? "ucapnya sambil terus mengusap rambut putri kecilnya.
"mama apakah sangat sakit? "tanyanya polos
"enggak sayang mama sehat kok"ucapnya menutupi rasa sakit dikepalanya, zitha langsung memeluk erat tubuh mamanya.

kreeekkk. suara pintu terbuka mengalihkan semua pandangan melihat siapa yang datang,zitha sangat senang karena yang datang adalah papanya. "papaaaa"teriak zitha sambil berlari ingin memeluk papanya namun ditempis oleh papanya. "minggir zitha saya ada urusan dengan mama kamu". Neon terus berjalan mendekati ranjang istrinya tanpa memperdulikan kekecewaan putri kecilnya, neon melempar amplop berwarna coklat kemungkinan berisi surat "apa ini? "tanya mama dina tak mengerti.
"aku ingin kita berpisah sampai disini"ucap neon dengan santainya.
"apa kamu gila, kenapa tiba-tiba ingin menceraikan saya? "ucapnya sambil meneteskan air mata yang tak mampu terbendung lagi. "saya merasa kita sudah tidak cocok, dan saya sudah menemukan wanita yang lebih membuat saya bahagia"ucapnya acuh.
"oh baiklah jika itu mau kamu" ucap mama zitha pasrah.
"oh iya satu lagi, saya ingin zitha ikut bersamamu, aku tidak sudi merawat anak itu bikin susah aja nanti jadinya".ucap neon. "oh baiklah neon kamu sudah gila memang anakmu sendiri sudah tak kau anggap,ingat kenikmatan apapun yang kau dapat sekarang hanya sementara neon! Dan silahkan pergi dari ruangan ini" teriak mama dina sambil menangis. Tanpa mereka sandari gadis kecil terus menangis didekApan bibinya,dia sangat takut sungguh takut. "papa jangan pergi mama sedang sakit, kasihan mama pa"tangisnya sambil memeluk kaki papanya. "ah minggir kamu, kamu bukan anakku lagi pergi dari hadapanku"neon berjalan keluar tanpa memperdulikan tangisan dari banyak orang disana. Zitha langsung berlari memeluk mamanya yang terus menangis sedu "mama jangan nangis zitha janji bakal terus sama mama kita akan bahagia bersama ma, zitha janji"ucap gadis kecil.
"iya sayang".

Flashback off

"papa jahat "teriak zitha sambil mebuka matanya dengan keringat yang bercucuran membasahi keningnya.
"zitha sayang ada apa nak? Akhirnya kamu sadar juga" ucap mamanya sambil mengusap keringat di kening putrinya.
"mama papa jahat"ucapnya seperti ketakutan.
"cup-cup he mama disini jangan takut sayang".

Ketika ia berusahan bangun "awww"rintihnya merasa sakit di punggung belakang. "eh jangan banyak bergerak dulu sayang, kondisi kamu belum pulih sepenuhnya"ucap mamanya. Dan baru ia sadari ia berada di tempat ini tempat yang sama sekalih tidak ingin dia datangi tempat yang membuat dia muak untuk hidup.
"ma ayo pulang"rengek zitha.
"iya kita pulang jika kondisi kamu sudah membaik sayang"ucapnya memberi penjelasan.
"maunya sekarang aku benci rumah sakit ma, zitha juga nggak papa kok zitha sehat" kekehnya berusaha bangun dari ranjang namun

bruuukkkk. ia terjatuh saat itu juga. Mamanya panik langsung membantu putrinya kembali ke ranjang. Namun

Kreeekkk. Pintu terbuka menunjukkan seorang lelaki putih, tinggi, namun matanya sipit masih menggunakan seragam sekolah memasuki ruangan.

"ada apa tante"ucapnya kwatir.
"nggak papa kok nak alex, cuma zitha ini ngeyel minta pulang "

namun orang yang dibicarakan cuek tak menatap sama sekali hanya menatap kesamping tanpa memperdulikan sekitarnya. Hening sesaat tidak ada yang memulai pembicaraan. "eh sayang ini teman kamu dari tadi siang disini low, ayo disapa dulu" ucap lembut mamanya.
"zitha nggak punya teman" jawabnya acuh.
"nggak boleh gitu sayang, ayo cepat disapa"
"nggak mau y nggak mau ma,,, suruh aja pergi siapa yang nyuruh juga kesini" jawabnya cuek.
Mendengar itu alex mencoba memahami kemukinan sungguh gadis kecilnya sangat trauma kepada orang tak dikenal sehingga menjadi seperti ini.
"nggak papa kok tante, oh iya alex pulang dulu tan udah malam soalnya takut dicari ".ucapnya sambil mencium tangan mama dina.
"maaffkan zitha ya nak, mungkin keadaannya masih sakit jadi kaya gitu"
"iya tan santai aja, oh ya cepet sembuh ya zitha, aku pulang dulu assalamualaikum ".
"hemmmm"jawab zitha.
"waallaikumsalam nak"

Alex mengendari sepedah sportnya dengan kecepatan rata-rata, sesampainya dirumah dia langsung menuju teras dikamarnya. "kamu kenapa ta, segitu bencinya kamu sama aku sampai melihat aku pun tak mau,bulan apakah aku bisa menggapai bintang yang dekat didepanku walaupun mentari yang memberinya kehidupan? "tanya alex sambil menatap langit malam.



Gimana gaess
Maaf bosenin
Auto bingung
Lanjut aje lah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Girl With HatredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang