[01] • Accident

493 175 83
                                    

Manik matanya berkeliaran menatap kerumunan yang tak jauh dari tempatnya berada. Ia tak memperdulikan itu, namun rasa ingin tahu yang mulai menjadi-jadi pun meruntuhkan semuanya. Ia melangkahkan kakinya untuk menerobos kerumunan siswa dan siswi di depannya. Beberapa dari mereka memandangnya tajam dan sebal karena posisi mereka yang diserobot seenak hati.

Setelah berhasil menerobos lautan siswa dan siswi itu, ia berbangga hati karena sekarang ia telah berada di barisan paling depan. Yap, rasa penasarannya telah terjawab. Ternyata, yang ia dapatkan hanyalah sebuah pertandingan bola basket. Pertandingan antara SMA-nya, SMA Nusa. Melawan SMA Harapan Bangsa.

"Astaga, kapten basket SMA Harapan Bangsa keren banget"

"Lihatlah, betapa tampannya ia saat menyisir rambut itu menggunakan jemarinya"

"Oh tuhan, tak akan ku dustakan kenikmatan yang kau berikan kali ini"

Begitulah kalimat yang dilontarkan beberapa perempuan di sampingku. Aku mengikuti arah pandang mereka, mataku menangkap sosok laki-laki berwajah tampan, bertubuh tegap, tinggi pastinya, berkulit putih, dengan surai berwarna coklat tua.

"Ooh..." hanya itu responku, tak tertarik.

Aku beranjak pergi meninggalkan kerumunan. Melangkah menjauh, menuju kelas. Lebih baik belajar daripada membuang waktu untuk menonton hal yang tidak penting.

"Mana semua orang?" tanyaku ketika mendapati kelas yang masih sepi, sedangkan beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi.

"Sepertinya, itu gak perlu lo tanyakan lagi Han" jawab perempuan dengan jemari yang sibuk membolak-balikan lembar buku yang ia baca.

"Termasuk Jessi?" tanyaku saat menduduki kursi di sebelahnya.

"Entahlah, sepertinya iya" jawabnya, aku hanya mengangguk menanggapi.

Aku meraih beberapa buku dari dalam tas, berniat untuk membacanya. Membaca materi yang akan dipelajari pada pelajaran pertama. Mencepol asal rambutku dan mengenakan kacamata adalah sebuah keharusan sebelum memulai aktivitas belajar, itu terasa sangat nyaman dan menambah konsentrasi.

Waktu terus berjalan dan bel masuk pun telah berbunyi, menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai. Kelas yang awalnya tampak sepi, sekarang telah kembali seperti biasanya. Namun, satu orang yang tak ku dapati kehadirannya. Jessi, anak itu tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya hingga pelajaran pertama selesai.

"Dimana anak itu?" gumamku.

Aku melenggang pergi meninggalkan ruang kelas, menyusul Jessi yang pastinya masih menempatkan diri di lapangan basket. Aku melihat sekitar, menajamkan penglihatanku. Cukup lama mencari, akhirnya ku dapatkan keberadaannya. Berdiri di pinggir lapangan bersama dengan penonton lainnya.

"HEH!" cukup keras aku mengucapkannya, hingga penonton yang berada di sebelahnya ikut menoleh.

"Hani, lo ngapain di sini? Bolos ya ?" tanyanya tak tahu diri.

"Harusnya gua yang nanya, lo ngapain disini?" tanyaku, menatap tajam ke arahnya.

Bukannya menjawab, ia hanya cengengesan tak jelas. Aku menariknya sedikit menjauh dari kerumunan, sangat tidak etis jika harus berdebat di hadapan banyak orang.

"Kenapa sih Han?" tanyanya dan melepaskan cengkramanku.

"Lo ngapain sih nonton beginian? Balik. Udah kayak cabe-cabean lo di sana, teriak-teriak ga jelas. Lo itu udah mau lulus, harusnya belajar." kataku mulai kesal.

"Gua mau cuci mata, mumet otak gua kalau diajak belajar mulu. Jarang jarang bisa lihat cogan dari SMA sebelah, mana ganteng semua lagi. Udah berasa kayak di taman bunga." ucapnya dan tersenyum-senyum sendiri.

Dari Hani untuk ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang