[06] • Hujan (1)

170 150 28
                                    

"Tumben makan lo banyak, Han." ucap Rani, saat kami tengah bersantai di ruang kelas.

"Gak tau, nafsu aja." jawabku yang juga merasa heran dengan nafsu makanku saat di kantin tadi.

"Oh iya, ntar izinin gua ya. Gua males masuk, ngantuk banget sumpah. Pengen tidur." sambungku dan Rani hanya menatap malas ke arahku.

"Gua anggap itu iya, bye Rani. Selamat belajar."  ucapku sebelum pergi meninggalkan kelas.

Aku melangkahkan kakiku menelusuri koridor sekolah, hingga aku berhenti di ruang dance yang terletak berdampingan dengan ruang tempat aku berlatih tari dulu. Aku melangkah masuk dan tak mendapati siapa siapa disana, untunglah.

"Haruskah?" tanyaku pada diri sendiri saat melihat pantulan tubuhku di cermin.

Hani bukanlah orang baru dalam dunia dance. Ia telah menggeluti bidang itu sejak ia berumur 10 tahun, tepatnya semasa ia masih duduk di sekolah dasar. Penghargaan dari lomba-lomba pun sudah banyak ia koleksi. Namun itu dulu, sebelum tari hadir di hatinya. Ia seakan jatuh hati pada seni tari, membuatnya ingin mengetahui lebih dalam soal itu.

Aku langsung menuju soundsystem yang berada tak jauh dari tempatku berada, mengaktifkan Bluethoot, dan menyetel salah satu lagu di handphoneku.

Sebelum memulai, aku melepas seragam sekolahku. Di balik itu, aku telah mengenakan kaos berwarna hitam lengan pendek dengan panjang hanya mencapai pusar dan celana legging yang berwarna hitam pula.

Gerakan demi gerakan sudah ku lakukan hingga keringat telah membasahi setengah bajuku. Aku mengambil handphone-ku untuk melihat jam, waktu telah menunjukkan pukul 14:30 . Sudah berapa jam aku disini hingga aku lupa akan waktu. Aku pun mengakhirinya dan beristirahat sebentar sebelum pulang.

Sangat melelahkan. Setelah menimbun lemak, sekarang aku telah membakarnya lagi. Aku membaringkan tubuhku di lantai untuk beristirahat sejenak. Baru beberapa menit berbaring, matanku terasa berat dan ingin tidur saking lelahnya.

"Nggak takut lo tidur sendirian di sini?" Tanya seseorang yang pastinya itu bukanlah Rani. Aku segera bangun dan melihat ke arah sumber suara.

"Reyhan, lo ngapain di sini?" tanyaku tak percaya ketika mendapati Reyhan yang berada di hadapanku.

"Gua udah nunggui lo dari tadi. gua udah ngirim lo pesan, tapi gak lo balas. yaudah, gua cari." Ucapnya dan berjalan ke arahku, ia juga membawakan tasku.

"Gua gak tau kalau lo ngirim pesan ke gua" ucapku dan langsung meraih handphone ku untuk mengecek pesan masuk. Ya, banyak pesan masuk darinya. Aku tak menyadari itu karena sejak tadi aku mengaktifkan airplane mode.

"Tadi gua ketemu cewe yang katanya teman lo, mau nganterin tas ini. katanya lo di sini dari 3 jam yang lalu." ucapnya dan mendudukan kursi yang tak jauh darinya.

"Rani?" tanyaku memastikan

"Mungkin" jawabnya.

"Ayo gua antar pulang" ajaknya dan langsung berdiri, bersiap untuk pulang.

"Ntar lagi deh, gua masih capek banget. Ngantuk" ucapku sambil sesekali menguap.

"Yaudah" jawabnya dan berjalan keluar. Ia juga menutup pintu sebelum pergi. Apa dia pulang ?

Sstelah kepergiannya, aku melanjutkan tidurku yang sempat tertunda. Sebelum tidur, aku memasukan seragamku ke dalam tas. Agar setelah bangun nanti, aku tak perlu membereskannya dan langsung pulang.

Setelah cukup lama tertidur, akhirnya aku terbangun karena suara gemuruh dari luar ruangan. Aku segera merubah posisiku menjadi duduk dan mulai meregangkan otot-otot ku. Setelah benar benar sadar, aku mendapati Reyhan yang ternyata sedang duduk di bangku yang ia duduki beberapa waktu lalu dengan mata yang tengah menatap ke arahku.

"Lo masih disini?. Gua kira lo udah pulang" ucapku dengan suara yang sedikit serak.

"Iya. tadi gua cuma keluar sebentar, gak mungkin gua ninggalin lo sendirian disini. apa lagi keadaan di luar udah gelap banget" jawabnya.

"Nih pake, baju lo terlalu terbuka" ucapnya saat memberikan jaket yang ia pakai. Aku yang menyadari itu pun langsung memakainya.

"Lo kenapa beberapa hari ini selalu ngejemput gua ?" tanyaku merasa penasaran

"Maksud gua, kita kan baru kenal. Gua yang notabene nya cukup susah untuk akrab sama orang asing ngerasa kalau ini agak aneh dan kurang nyaman aja" sambungku.

"Bukan beberapa hari aja, gua akan selalu jemput lo. Lo cukup buang perasaan aneh itu, gua gak ada niatan buat nyelakain ataupun ngelukain lo. Jadi, tenang aja" jawabnya dan membuat-ku tak bisa menjawab apapun dari pernyataannya barusan.

Keadaan di luar sudah benar benar gelap, seperti tengah beranjak malam. Aku berdoa agar hujan tak turun sebelum aku sampai di rumah. Jika itu terjadi, habislah aku. Alergi ku akan kambuh jika hujan benar benar turun.

"Lo kenapa?" tanya reyhan saat memberikan helmnya padaku.

"Gakpapa" jawabku dan langsung menaiki motornya.

Baru saja beberapa saat keluar dari parkiran, hujan turun dengan derasnya. Hujan semakin deras, membuat jaket yang kupakai menjadi sangat basah hingga tak menyiskan bagian yang kering. Aku yang mulai menggigil karena dinginnya air hujan pun reflek memeluk Reyhan dari belakang.

"Han lo gakpapa kan?" Tanyanya di tengah derasnya hujan.

"Berhenti dulu Rey, gua gak kuat." Kataku pelan.

Reyhan pun langsung menepikan motornya di sebuah halte untuk berteduh. Aku pun langsung berlari menuju tempat duduk dan memeluk kakiku dengan kuat untuk sekedar menghangatkan tubuhku, tapi itu tak mengahangatkan sama sekali. Badan ku mulai gatal-gatal akibat hawa dingin yang diberikan oleh hujan.

"Han, tangan lo kenapa?" Tanya Reyhan ketika melihat banyaknya bilur di permukaan tangan ku.

"Gu.. gua.. alergi dingin" jawabku terbata-bata karna tubuhku tengah menggigil kedinginan.

"Astaga Han, kenapa lo ga bilang." ucapnya panik saat melihat keadaan ku saat ini.

"Bentar, gua mau ke mini market dulu buat beli minuman hangat. Lo gapapa kan gua tinggal bentar?" tanyanya dan aku hanya mengangguk tanpa melihat ke arahnya.

Sebenarnya aku takut sendirian di halte ini, mana sekarang hujan turun dengan derasnya dan ditambah dengan cuaca yang gelap dengan pencahayaan yang redup di sekitarnya. Semakin membuatku takut.

"Han, gua ada bawa baju basket. Ukurannya cukup gede. lo pake itu dulu ya?" tawarnya.

Aku yang mendengar itupun langsung menegakkan kepalaku dan mengangguk cepat padanya. Gapapa pake itu dulu, yang penting sedikit mengurangi rasa dingin ditubuhku agar alergi ini tak terlalu parah.

"Tapi, gak mungkin lo ganti disini. Kita ke mini market dulu, gak jauh kok dari sini. Lo tahan bentar ya" ucapnya sebelum akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju mini market yang jaraknya lumayan dekat.

Sesampainya disana, tanpa pikir panjang aku segera mengganti pakaianku dengan pakaian yang diberikan oleh reyhan.

Tak lupa aku membeli celana dalam sebelum mengganti bajuku. Untungnya mini market ini cukup lengkap. Tapi, mereka hanya menyediakan celana dalam. Tidak dengan bra. Sepertinya, mereka perlu menambahkan itu juga agar lebih lengkap.

"Gapake bra gakpapa kan?. bajunya juga gede, ada lengannya juga. jadi gabakal keliatan." ucapku berargumen dengan diriku sendiri.

Setelah selesai dengan pakaian ku, aku pergi keluar untuk menemui reyhan. sekarang anak itu tengah duduk dengan 2 cangkir minuman hangat di atas meja.

"Reyhan" panggilku.

"Ini, diminum dulu. biar hangat" ucapnya mempersilahkan ku duduk disebelahnya.

"Makasih ya Rey" ucapku unuk kesekian kalinya.

"Sama-sama" jawabnya dan tersenyum ke arahku.

26 Maret 2019
"terima kasih sudah membaca part ini, silahkan lanjut ke-part selanjutnya :)"

- author.

Dari Hani untuk ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang